Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Emak-Emak yang Sukses Berdagang Keripik Pisang

Membantu pedagang memperbaiki dan mengembangkan produk adalah salah satu hal yang menjadi perhatian Kemendag.

7 Agustus 2019 | 14.17 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INFO NASIONAL — Kementerian Perdagangan (Kemendag) tak hanya mengurusi stabilitas harga, tetapi juga ikut memperhatikan nasib pedagang. Membantu pedagang memperbaiki dan mengembangkan produk adalah salah satu hal yang menjadi perhatian Kemendag. Hal itu diakui salah satu pedagang yang sukses setelah bersentuhan dengan Kemendag. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perdagangan menjadi tempat paling empuk buat emak-emak zaman now. Dengan ketekunan, bimbingan, dan perhatian, emak-emak ini melejit menjadi the rising star dalam berdagang keripik pisang di Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seperti kisah menarik hasil blusukan Direktorat Penggunaan dan Pemasaran Produk Dalam Negeri (P3DN) Kementerian Perdagangan ini. Namanya Anisah. Meski usianya sudah menjelang kepala empat, tetapi semangatnya seperti perempuan muda usia. Penuh inisiatif dan energik. Dengan setelan biru dan kerudung beledu ungu serta sepatu bot berhak tinggi, Anisah tampil mengesankan di hadapan peserta Bimbingan Teknis Pengembangan Produk yang dihelat Direktorat P3DN Kemendag. Kalimatnya lancar, penuh percaya diri. 

“Sukses tidak datang tiba-tiba. Perlu perjuangan dan kerja keras. Dengan belajar, kita bisa melakukannya,” katanya. 

Bisnis Anisah memang tidak langsung menjadi sukses. Ia memulainya dengan merangkak mulai dari nol. Belajar dimulai dari uji coba. “Saya belajar secara otodidak. Coba gagal, coba lagi sampai berhasil,” ucapnya.

Bersama suaminya, Suseno, Anisah mulai berdagang kue lebaran. Omzet kue Lebaran tidak terlalu bagus. Hanya menjelang Lebaran, kue-kue laku keras. Selebihnya stagnan, permintaan seret. 

Putar otak, banting setir sudah dilakukan berkali-kali, namun nasib belum juga berpihak. Kali ini, Anisah melirik keripik pisang. Awalnya ia hanya membeli sesisir pisang di pasar. Ia coba iris tipis, lalu digoreng krispi. 

“Saya edarkan ke tetangga kanan kiri. Uji coba, tes rasa. Feedback-nya bagus. Keripik renyah dan gurih,” tutur Ibu empat anak ini.

Sejak itu, ia mencoba menekuni keripik pisang. Mulai sesisir pisang kepok hingga setandan. Semuanya laris manis. Kini Anisah mengolah tak kurang lima kuintal pisang kepok sehari.  “Saya harus melayani 570 gerai Indomaret se-Provinsi Lampung,” katanya bangga. 

Ia juga memasok ke ritel modern lainnya seperti Lotte Mart, TransMart, dan sejumlah toko oleh-oleh seperti Yuli Travel, Panda Gaol, dan Banana Foster. 

Anisah pun tak sendiri lagi bekerja. Dia sudah memiliki sepuluh karyawan dan tiga mitra binaan. “Mereka saya bina untuk mengerjakan order yang saya berikan. Semua permodalan saya yang menanggung,” ujarnya. 

Tidak hanya itu, Anisah juga merambah pameran. Ia merasakan pentingnya Pameran Pangan Nusa yang digelar Kemendag sebagai batu lompatan menuju sukses. Berkat pameran, produknya tak hanya ludes diserbu pembeli. Ia mengaku telah memiliki jaringan sesama pengusaha dan para buyer dari berbagai daerah. 

“Pameran sangat bermanfaat bagi pengembangan usaha keripik saya,” aku emak-emak yang ingin segera menunaikan ibadah haji ini. 

Tak ayal, banyak pameran diikutinya. Pekan Raya Jakarta mulai dijajal. Sejumlah pameran yang dihelat di Jakarta Convention Centre juga diikuti. Produk yang dibawanya dari Lampung selalu habis terjual.

Beberapa pameran pun akhirnya menjadi agenda rutin dalam kalender kegiatannya. Kini ia bersiap melirik buyers luar negeri. “Saya mulai ingin pameran ke luar negeri,” ucapnya seraya berbisik untuk minta difasilitasi Kemendag. 

Inovasi Produk dan Merek

Berdagang sangat membutuhkan inovasi. Anisah tak berdiam diri menghadapi hal ini. Inovasi produknya sangat beragam. Semua rasa pisangnya mulai manis, asin, pedas cabe ijo hingga beragam rasa seperti cokelat, keju, stroberi, lengkap semua tersedia. 

Inovasi rasa dilakukan untuk melayani permintaan pasar. Tak ada permintaan yang ditunda. Semua dilayani dan Anisah berhasil menciptakannya. Rasa apa pun, Anisah siap memproduksinya. 

Inovasi kemasan juga mulai dikembangkan. Kemasan sederhana, dibungkus plastik lalu dimasukkan ke kardus, disamak kertas cokelat, lalu dibungkus plastik kembali. Kemasan standar legendaris ini paling laku dan digemari. “Berasa ada yang kurang khas Lampung jika tak dikemas kardus dan dibungkus kertas cokelat,” katanya.

Tren kemasan modern dengam beragam gambar, warna, dan merek dari bahan aluminium foil dan plastik, sudah dicobanya. Ia membuatnya dengan sabar dan telaten. Namun, ia mengaku kemasan kardus tradisional yang paling laku.

Begitu juga tentang merek Panda Tirai. Merek yang dibangun Anisah sangat sederhana. Namanya Panda Tirai, dilengkapi dengan gambar Panda dan sesisir pisang. Dicetak di kertas dan dilekatkan di kemasan. Sangat sederhana, tetapi memberi kesan legendaris. Meski  baru dirintis, Anisah sudah mengaku siap berekspansi ke tingkat yang lebih tinggi. (*)

Bahasa Prodik

Bahasa Prodik

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus