Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Inovasi Desa Bawa Trenggalek Kembali Raih Penghargaan Proklim 2024

Salah satu inovasi yang digagas para petani di Trenggalek yaitu lahan padi hemat air.

9 Agustus 2024 | 20.40 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Bupati Trenggalek, Mochammad Nur Arifin, menerima Piagam Apresiasi Pembinaan Proklim Tahun 2024. di JCC Senayan, Jum`at, 9 Agustus 2024. Dok. Pemkab Trenggalek

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INFO NASIONAL – Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin menyambut dengan hangat salaman dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya. Kabupaten di pantai selatan Jawa Timur itu meraih penghargaan karena memiliki kebijakan/peraturan maupun melakukan pembinaan Program Kampung Iklim (Proklim) di tingkat daerah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kendati demikian, bupati yang kerap disapa Gus Ipin justru berterima kasih kepada masyarakat Trenggalek yang telah melakukan beragam inovasi dalam menghadapi perubahan iklim. “Jadi bukan untuk saya, tapi untuk seluruh desa dan komunitas,” ujarnya usai acara Penghargaan Program Kampung Iklim (ProKlim) di Jakarta Convention Center, Jumat, 9 Agustus 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gus Ipin menceritakan salah satu inovasi yang digagas para petani di daerahnya, yaitu lahan padi hemat air. Metodenya, komunitas petani tersebut menggali tanah dengan kedalaman sekitar 50 cm lalu diberi lapisan semi-permeable, kemudian ditimbun lagi dengan tanah. Cara ini membuat air dapat bertahan lama di lapisan tanah sehingga padi terhindar dari kekeringan.

“Dan itu yang dulu lahan kering, nggak bisa ditanam padi sama sekali, sekarang bisa panen sampai empat kali semusim,” kata bupati muda kelahiran 1990 itu.

Selain itu, ada pula pemerintah desa yang membuat peraturan desa atau perdes yang mengatur tentang kawasan konservasi. “Jadi, inovasi mereka cukup luar biasa,” Gus Ipin mengimbuhkan.

Terobosan warga desa itu, menurut Gus Ipin, dapat menjawab pernyataan Menteri LHK Siti Nurbaya yang menyebutkan bahwa krisis iklim yang dihadapi seluruh dunia membawa ancaman krisis pangan. Sebab, kemampuan tanah untuk menyimpan air itu sekarang semakin turun. Petani jadi kesulitan meprediksi musim tanam maupun musim kering.

“Nah, ini artinya komunitas sekarang sudah mulai semangat, sudah tahu bahwa sekarang musim tanam nggak bisa diprediksi. Cuaca hujan ekstrim, atau sebaliknya kekeringan parah,” tutur Gus Ipin.

Berbagai inovasi itu, memang menjadi perhatiannya sejak memimpin Trenggalek pada 2019. Ia telah menetapkan, salah satu indikator kinerja utama adalah indeks Kota Hijau. Salah satu program yang ia gagas adalah Adipura Desa, dan sekarang berlanjut ke Adipura di tingkat RT.

Adipura Desa merupakan salah satu upaya skema fiskal ke desa dari Pemkab Trenggalek. “Desa yang mendapatkan juara karena mau melestarikan lingkungan hidupnya, menjaga air, kualitas udara, dan lainnya diberi hadiah hingga Rp 400 juta. Ada pula yang dapat 300 juta, dan Rp 200 juta,” ujarnya.

Berkat program tersebut, sekarang warga semakin giat bergotong-royong membersihkan lingkungan. “Nah, itu kan sebenarnya menghemat anggaran pemerintah. Dengan gotong-royong, kita mendapatkan impact yang lebih besar untuk iklim, tetapi, dengan minim anggaran,” ucapnya.

Kabupaten Trenggalek pada 2023 juga meraih penghargaan yang sama, sebagai Pembina Proklim. Bahkan tahun lalu juga meraih penghargaan untuk kategori ProKlim Utama yang diraih Desa Gading Kecamatan Tugu, serta Proklim Lestari untuk Desa Wonocoyo Kecamatan Panggul. (*)

 

Sandy Prastanto

Sandy Prastanto

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus