Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INFO NASIONAL - Agustinus Taolin menghadapi tantangan besar begitu masuk ke ruang kerjanya pada April 2021. Semua sektor kehidupan masyarakatNdi Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, sedang luluh-lantak diterpa Pandemi Covid-19.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di sektor kesehatan, sekitar 20 persen populasi tidak memiliki jaminanNkesehatan. Tenaga dokter, alat penunjang diagnostik, dan obat-obatan pun sangat minim. “Angka stunting di atas 20 persen dan kematian ibu dan bayi juga tinggi,” ujar Bupati Belu, Agustinus Taolin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di sektor pendidikan, angka putus sekolah tinggi, kualitas guru rendah, serta sarana dan prasarana seperti gedung sekolah, jaringan listrik dan Internet belum memadai. Sementara di bidang pertanian produktivitas rendah karena kesulitan pupuk, bibit, dan pengairan. Populasi sapi timor juga terus menurun. Selain itu, banyaknya jalan yang rusak menghambat distribusi.
Kehidupan masyarakat pun semakin susah karena kekurangan air bersih dan banyak rumah tidak layak huni. Semua masalah ini menyebabkan Kabupaten Belu masuk kategori daerah tertinggal. “Kami dihadapkan dengan pandemi. Ada pembatasan aktivitas sosial dan refocussing anggaran. Beban di sektor kesehatan sangat berat akibat lonjakan kasus dan keterbatasan SDM, alat kesehatan dan obat-obatan,” ujar dokter lulusan Universitas Gajah Mada ini.
Ia berupaya menjawab semua tantangan tersebut dengan sejumlah inovasi, sejalan dengan visi yang diusung bersama wakilnya, Aloysius Haleserens, yaitu Membangun Masyarakat Belu yang Sehat, Berkarakter dan Kompetitif.
Terobosan pertama adalah pengobatan gratis menggunakan KTP dalam program Cakupan Kesehatan Semesta Belu (Cakes Belu).
“Program ini berlaku di seluruh fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Dampak sudah terlihat pada penurunan angka kemiskinan ekstrem, kesakitan, kematian ibu dan bayi, serta penurunan stunting,” tutur Agus Taolin.
Inovasi berikutnya berupa program Optimalisasi Pengelolaan Database Rumah Tidak Layak Huni (Sipenata RLTH) berbasis digital. Pemkab Belu membuat aplikasi yang memberikan informasi akurat—termasuk koordinat—rumah warga yang kondisinya memprihatinkan. Tujuannya agar perbaikan rumah tidak layak huni bisa tepat sasaran.
Di sektor pendidikan, Pemkab Belu membangun sejumlah gedung sekolah baru dan meningkatkan kualitas guru melalui sertifikasi, hingga memberikan beasiswa kepada pelajar. Kemudian, di bidang pertanian, pemerintah memberikan bantuan pupuk , bibit dan obat-obatan untuk hama kepada petani. “Kami juga membangun embung dan meningkatkan pengaliran air bersih untuk masyarakat
Di bidang pemerintahan, Agus Taolin menggabungkan beberapa instansi agar organisasi di Pemkab Belu lebih ramping. Ia juga memanfaatkan digitalisasi keuangan di semua desa. “Kabupaten Belu merupakan daerah pertama di NTT yang melakukan digitalisasi keuangan daerah. Kami juga daerah dengan capaian MCP (Monitoring Center for Prevention) tertinggi di NTT,” katanya. Setelah program-program tersebut berjalan selama sekitar 3,5 tahun; masalah-masalah yang awalnya membuat pening Agus Taolin mulai terurai.
Pertumbuhan ekonomi mencapai 3,19 persen di 2023. Persentase penduduk miskin juga turun dari 15,6 persen di 2021 menjadi 14,3 persen di 2023. Bahkan program Cakes Belu dan Sipenata RLTH mendapat penghargaan dari Kementerian Dalam Negeri dalam Innovative Government Award 2023. Untuk mendorong kinerja para PNS agar bisa mengakselerasi berbagai program yg dicanangkan, Bupati dr. Agus juga secara konsisten memberikan tunjangan perbaikan penghasilan (TPP) bagi PNS pemkab belu sekitar 28 milar rupiah setiap tahun sejak 2022. “Harapan saya ke depan adalah masyarakat Belu menjadi sehat, berkarakter, kompetitif dan sejahtera,” dia mengungkapkan.(*)