Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bertahan dalam Pelestarian Batik Bantengan

Banyak pengorbanan yang tekah dilakukan oleh Anjani, namun itu tidak ada artinya dibanding keberhasilan dalam melestarikan Batik Bantengan.

8 Mei 2018 | 05.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Satu Indonesia Award 2018. Anjani Sekar dan batiknya. Tayang 8 Mei 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebuah keberhasilan tidak serta merta terjadi tanpa melalui proses untuk mencapainya. Untuk meraihnya, seringkali berbagai rintangan dan permasalahan pun , menjadi bagian yang harus dihadapi. Apalagi untuk satu kegiatan yang berorientasi tidak hanya pada keuntungan semata, namun juga manfaat bagi masyarakat.

Hal ini pula yang dihadapi oleh Anjani Sekar Arum, salah satu peraih Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2017 atas tekadnya yang kuat dalam pelestarian Batik Bantengan khas Kota Batu, Malang, jawa Timur. Keberhasilan tidak begitu saja ia peroleh. Ada kerja keras serta ketehguhan hati dalam menghadapi segala permasalahan yang merintangi perjalanan cita-citanya.

Walaupun ayahnya adalah seorang pelukis, tetapi Anjani memilih untuk mengambil jurusan Seni dan Desain dengan kekhususan batik yang dikenal tidak memiliki banyak peminat. Kondisi ini adalah tantangan pertama yang harus ia hadapi. Perlu sekitar Rp 6 juta untuk mempelajari teknok pewarnaan, itu pun tidak bisa ia jalani secara menyeluruh karena mahalnya biaya yang harus dikeluarkan. Ia juga belum memiliki sanggar sendiri, sehingga dalam mempraktekkan ilmunya, Anjani melakukan segalanya di rumah yang berarti ia juga harus menjamin lantai rumahnya bersih kembali setelah proses membatik.

Tantangan berikutnya muncul ketika ia tengah menyelesaikan skripsinya yang mengangkat Batik Bantengan. Anjani harus menikah, karena orang tua calon suaminya yang sedang sakit parah ingin segera melihat anaknya menikah. Kemudian, ia pun harus menyelesaikan skripsinya dalam kondisi hamil dan melahirkan satu orang anak. Namun, Anjani tidak mau menyerah, ia selesaikan skripsi dan terus berjuang mengembangkan kreatifitasnya untuk melestarikan Batik Bantengan.

Selanjutnya, tantangan yang harus diatasi muncul saat ia memutuskan untuk mengenalkan Batik Bantengan ke sejumlah anak-anak usia SD hingga SMA dan mendidik mereka untuk menghasilkan uang dari batik yang mereka buat. Anjani menyiapkan segala kebutuhan membatik anak didiknya secara pribadi. Bahkan tidak jarang ia stres dan tidak bisa tidur ketika bahan habis, padahal anak-anak sudah menyiapkan banyak desain. Namun demikian, bukan keuntungan materi yang Anjani cari, tetapi sebuah kebahagiaan yang ia dapat saat memikirkan keberlangsungan generasi penerus dan perjuangan melestarikan Batik Bantengan.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang kisah Batik Bantengan serta program SATU Indonesia Awards 2018, silakan kunjungi website www.satu-indonesia.com .

BAYU SATITO / TIM INFO TEMPO

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dian Andryanto

Dian Andryanto

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus