Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kehadiran akses internet gratis dari Bakti Aksi Kementerian Komunikasi dan Informatika dirasakan manfaatnya oleh Kepala Dusun Torok 1 Aik Belek Desa Montong Ajan Kecamatan Praya Barat Daya, Lombok Tengah, Pathoni. Di tahun 2020, dusunnya mendapatkan bantuan perangkat akses internet gratis. “Saat itu, semua jadi suka berkumpul di sekitar area internet gratis,” kata dia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada masa itu, wilayahnya belum tersentuh jaringan internet. Kehadiran akses internet merupakan suatu hal yang paling dinantikan. Selang dua atau tiga bulan kemudian, dusunnya kembali mendapatkan bantuan dari Bakti Kominfo, kali ini berupa Base Transceiver Station (BTS) dari Bakti Sinyal dengan pemenang provider Telkomsel yang dikenal dengan nama BTS USO Montong Ajan. Karena jarak jangkauan BTS lebih kuat, maka warga pun mulai memanfaatkan internet dari rumah masing-masing.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seiring waktu, provider Telkomsel juga membuat tower konvensional. Sinyalnya membuat kekuatan dari BTS Bakti Sinyal yang dibuat tahun 2020 melemah. Membuat warga merasa kehadirannya bisa berguna jika dipindahkan ke tempat lain. Kebetulan, di Lombok Tengah masih terdapat wilayah yang tidak memiliki jaringan internet.
Rendy Chandra Raharjo dari Divisi Lastmile Backhaul Direktorat Infrastruktur Bakti Kominfo mengatakan, sesungguhnya kehadiran Bakti Sinyal memang diperuntukkan bagi wilayah-wilayah yang memang belum memiliki jaringan internet. Munculnya provider-provider setelah adanya Bakti Sinyal, justru memang dinantikan. Karena itu artinya akan lebih memenuhi kebutuhan masyarakat akan jaringan internet.
“Silahkan saja ajukan usulan untuk direlokasi tempatnya, asalnya di tempat yang baru bukan tanah yang bermasalah, memiliki IMB, dan tidak dikelilingi dengan bukit-bukit. Namun jika di atas bukit dan di bawahnya terdapat pemukiman yang padat, itu lebih baik lagi,” kata dia.
BTS Bakti, kata Rendy, berfokus pada wilayah 3T, wilayah yang tidak layak secara ekonomi, dan/atau wilayah yang dinilai masih membutuhkan sarana dan prasarana TIK. Selain itu, wilayah-wilayah yang terisolasi dari akses telekomunikasi atau blank spot. Pembangunan BTS hingga ke level perdesaan bertujuan untuk memantik pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan pembangunan manusia dengan cara membuka akses terhadap TIK.
Adanya BTS diharapkan dapat menutup kesenjangan digital nasional. Infrastruktur telekomunikasi merupakan prasyarat penting bagi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan masyarakat. “Namun sayang, tidak semua lokasi memiliki nilai komersial di mata penyelenggara telekomunikasi swasta. Maka, tetap dibutuhkan andil pemerintah agar terwujud pembangunan yang merata dari barat hingga timur Indonesia,” ujar dia.
Bakti, menurut Rendy, tidak dapat bekerja sendiri tanpa berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan. “Kami memiliki unit organisasi Direktorat Layanan Telekomunikasi dan Informasi untuk Masyarakat dan Pemerintah (LTI MP) yang salah satu tugasnya menjalin komunikasi hingga ke tataran pemerintah daerah di Kota/Kabupaten. Kami pun berkoordinasi dengan Forkopimda setempat apabila hendak membangun atau melaksanakan pemeliharaan infrastruktur, khususnya di daerah-daerah yang situasi keamanannya fluktuatif.”
BTS Bakti utamanya meliputi: 1.) lahan yang disediakan oleh pemerintah daerah, 2.) sistem daya atau power, baik menggunakan PLN maupun off-grid; 3.) infrastruktur menara atau tower dengan berbagai konfigurasi jenis maupun ketinggian; 4.) transmisi jaringan, baik menggunakan teknologi satelit, gelombang radio, maupun serat optik.
Penyediaan BTS Bakti dilaksanakan melalui 2 (dua) skema, yakni skema sewa layanan pada 1.682 lokasi yang dibangun bertahap sejak 2015 hingga 2020. Sementara, pada kelanjutan pembangunan BTS 4G di 5.618 lokasi yang dimulai tahun 2021 menggunakan skema belanja modal.
Rendy mengakui, untuk membangun BTS ini tidak mudah. Tantangannya beragam, di antaranya: geografis sulit misalnya pada lokasi pegunungan dan kepulauan. Di banyak lokasi pembangunan juga masih nihil infrastruktur dasar seperti listrik dan jalan raya. Bahkan, upaya Bakti sering terganjal isu ancaman keamanan dan vandalisme.
“Beberapa insiden keamanan bahkan sampai merenggut korban jiwa, yakni pada pekerjaan pemeliharaan infrastruktur Palapa Ring tahun 2022 dan korban luka-luka serta penyekapan pada pembangunan BTS 4G tahun ini,” ujar dia.
Kepala Dinas Kominfo Lombok Tengah H Muhammad mengatakan, kebutuhan akses internet dan BTS sangat dibutuhkan oleh masyarakat apalagi Lombok Tengah baik bagian Utara dan Selatan terdiri dari gunung dan bukit. Menurutnya banyak wilayah yang masih membutuhkan jaringan internet. Dia pun saat ini sedang memetakan mana saja blank spot di wilayahnya.
“Begitu ada BTS masyarakat merasa manfaatnya terbantu terutama bagaimana berkomunikasi, mencari informasi, kemudian dalam rangka bagaimana produk-produk yang dihasilkan bisa dipasarkan melalui jaringan itu,” kata dia.
Sementara jika tower BTS konvensional sudah masuk, menurutnya, maka lokasi Bakti SInyal dapat direlokasikan ke lokasi yang membutuhkan. “Saat ini ada dua titik yang akan kita coba relokasikan,” ucapnya.
BTS juga dibutuhkan di wilayah menuju Gunung Rinjani. Guna mendukung pariwisata. Saat ini kata dia, akses ke Rinjani menjadi favorit para pendaki. Apalagi ada rencana investor membangun kereta gantung, BTS akan mendukung Kawasan pariwisata tersebut. “Bisa BTS masuk luar biasa, karena banyak pendaki lewat sana.”
Menurutnya, saat ini digitalisasi sudah menjadi primadona. Masyarakat merasa sulit kalau tidak menggunakan digitalisasi. “Kita berharap sinyal-sinyal bisa disalurkan ke desa-desa. Supaya mereka tidak ketinggalan informasi.”
Pondok pesantren, koperasi, tokoh masyarakat, kelompok masyarakat, desa, semua banyak yang membutuhkan dan menggunakan akses internet. Sementara BTS dapat digunakan di daerah wisata. “Kami sangat berharap, Lombok Tengah, jangankan bicara desa tapi semua harus terakses. Itu yang kita inginkan.” Muhammad mengatakan, ada tiga hal yang harus dibenahi yaitu industrialisasi semua sektor, digitalisasi yang kuat, dan investasi. Hal itu dilakukan untuk menuju Indonesia 2045.