Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INFO NASIONAL-Wakil Ketua MPR RI Jazilul Fawaid atau Gus Jazil mengaku bahagia dan bangga setelah dikukuhkan sebagai anggota kehormatan Ikatan Pencak Silat Pagar Nusa Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Saya merasa bahagia dikukuhkan menjadi anggota kehormatan Pagar Nusa Lamongan," kata Jazilul dalam acara "Gebyar Maulid dan Pembaitan Santri Baru Pencak Silat NU Pagar Nusa Lamongan 2020", yang diselenggarakan Ikatan Pencak Silat Pagar Nusa Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Kamis 29 Oktober 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam kesempatan tersebut, Gus Jazil juga mengajak anggota Pagar Nusa untuk belajar kesabaran, ketabahan, dan ruhul jihad dari Nabi Muhammad SAW. Menurut dia, semua umat Islam wajib meneladani Nabi secara utuh dan penuh.
"Nabi Muhammad merupakan junjungan kita, kepada Beliaulah kita mencontoh bagaimana bersikap, berpikir, dan berbuat," ujarnya.
Menurut Jazilul, banyak sisi yang bisa diteladani dari Nabi Muhammad karena merupakan sosok yang sabar dalam menjalani kehidupan. Dia menjelaskan, dalam perjalanan hidupnya, sejak kecil Nabi Muhammad sudah dirundung dengan kesedihan. Sebelum lahir, ayahnya
"sudah meninggal dunia lalu ketika berumur enam tahun, ibunya juga tiada, dan kakeknya yang dicintai pun juga meninggalkan Nabi untuk selamanya ketika berumur delapan tahun. Meski demikian Nabi tetap sabar dan tabah dalam menjalani masa-masa kecilnya," ucapnya.
Gus Jazil menambahkan, meskipun Nabi hidup dalam masa-masa seperti itu, kehidupannya tetap dijalani dengan semangat, bahkan perilakunya yang selalu jujur membuat dirinya disebut orang sebagai yang bisa dipercaya, Al Amin. Sikap-sikap seperti itu yang perlu diperbuat, bersikap dan berbuat jujur membawa rasa nyaman dalam kehidupan semua orang.
"Dalam berhubungan dengan sesama umat Islam dan umat non-Islam, Nabi selalu berlandaskan pada hukum yang disepakati. Hukum dan kesepakatan yang diambil selalu memberi keadilan," ujarnya.
Dia mencontohkan, ketika renovasi Ka'bah berlangsung, terjadi perselisihan di antara suku dan kelompok yang ada di Makkah, mereka berselisih siapa yang berhak meletakkan Ajar Aswad di tempat semula. Karena Nabi disebut Al Amin, maka dipercaya menengahi masalah perihal siapa yang berhak meletakkan hajar aswad.
Jazilul menceritakan, Nabi mengambil langkah membentangkan kain putih dan meletakkan Hajar Aswad di tengahnya. Selanjutnya, meminta setiap pemimpin Kabilah untuk memegang ujung-ujung kain dan mengangkatnya bersama-sama. "Langkah yang demikian dirasa adil oleh semua pihak yang berselisih, sehingga masalah renovasi Ka'bah selesai dengan damai," katanya.
Dalam setiap perselisihan, menurut Jazilul, Nabi ingin menyelesaikan dengan perjanjian hukum, ketika ada perselisihan antara Umat Islam dengan Kaum Quraisy di Mekkah. Dia juga mencontohkan, ketika umat Islam yang akan melakukan umrah di Makkah dilarang Kaum Quraisy, untuk mengatasi persoalan itu, Nabi memilih menyelesaikan masalah dengan melakukan Perjanjian Hudaibiyyah meskipun Nabi mempunyai kekuatan militer yang kuat.
"Dengan dasar hukum yang disepakati bersama antara Kaum Quraisy dan umat Islam, justru membuat dakwah Nabi semakin berkembang," ujarnya.
Gus Jazil menjelaskan, dalam membangun tatanan kehidupan yang lebih luas dengan berbagai suku, kabilah, kelompok, dan agama yang lain, Nabi melakukan perjanjian yang dikenal dengan nama Piagam Madinah. Perjanjian itu disepakati pada tahun 622 Masehi dan dijadikan sebagai panduan hidup bersama.
"Dari perjalanan Nabi Muhammad tersebut, Nabi dalam bersikap kepada dirinya, sesama umat Islam, dan kepada kelompok dan agama lain selalu berlandaskan pada hukum," katanya.
Sikap Nabi yang demikian sangat luar biasa, meskipun memiliki pengaruh yang sangat kuat, tetapi Nabi tetap membangun kebersamaan dengan menyepakati adanya aturan. "Mengedepankan hukum yang perlu kita teladani dari Nabi," ujarnya. (*)