Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INFO NASIONAL - Jakarta, kota global yang kini semakin modern, terus bertransformasi menjadi tempat yang nyaman bagi generasi muda. Transportasi publik seperti Transjakarta, MRT, LRT, hingga KRL mempermudah mobilitas warga, terutama generasi Z. Namun, Jakarta masih menyisakan sejumlah pekerjaan rumah ketika usianya akan mencapai 5 abad pada 2027.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rangga, mahasiswa Universitas Mercu Buana, mengatakan pentingnya pemerataan pembangunan. "Semoga semua titik di Jakarta itu merata, mulai dari pembangunannya atau penanganan masalah seperti banjir bisa di seluruh wilayah," ujar Rangga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia juga menyoroti persoalan pendidikan. "Bahkan walau saya tinggal di Jakarta Pusat, masih melihat banyak anak yang putus sekolah, terutama di perkampungan. Jadi menurut saya, pendidikan di Jakarta itu belum merata,” ucapnya.
Diki Alamsyah, mahasiswa di kampus yang sama, berharap Jakarta semakin ramah untuk pejalan kaki. "Saya ingin Jakarta jadi kota yang transportasinya mudah. Trotoarnya lebar dan tertib, enggak ada pedagang yang jualan," ujarnya. Diki juga berharap pemerintah memperbaiki kesenjangan antara sekolah negeri dan swasta. "Perbagus sekolah-sekolah. Jangan membedakan swasta dan negeri," katanya.
Hal serupa disampaikan Qolbiyati Salma Safitri, mahasiswa Universitas Nasional, yang menilai pentingnya fasilitas publik yang lebih baik, terutama di pinggiran kota. "Harapannya sudah pasti bisa lebih baik, bukannya malah merusak fasilitas yang sudah ada. Tolong juga perbanyak fasilitas yang belum ada, contohnya trotoar di pinggir-pinggir Jalan Fatmawati. Apalagi di sana trotoarnya juga masih jelek," katanya.
Ia juga menyoroti pentingnya program pemerintah yang lebih konkret dan membantu rakyat. "Jangan janji saja, harus ditepati. Salah satunya, permudah perekrutan untuk lowongan pekerjaan. Jangan terlalu banyak syarat yang aneh,” katanya.
Perempuan yang biasa disapa Obi ini, bercerita berdasarkan pengalaman teman-teman kampus yang sudah lulus, bahwa persyaratan dalam lowongan pekerjaan di Indonesia seringkali memberatkan pencari kerja. Misalnya pembatasan usia, pengalaman kerja, dan lainya.
Terlebih, Obi menambahkan, jumlah pengangguran saat ini juga tinggi. Akibatnya, perusahaan merasa memiliki posisi tawar yang lebih tinggi dan menetapkan persyaratan yang semakin ketat. Kondisi tersebut membuat banyak pencari kerja kesulitan memenuhi kualifikasi yang diminta, meskipun punya kompetensi yang memadai untuk posisi yang dituju
Rani, mahasiswa Universitas Negeri Jakarta, memiliki harapan yang nyaris serupa dengan Obi. "Harapannya, ketimpangan sosial semakin sedikit," ujarnya. Rani juga menyoroti pentingnya bangunan yang ramah lingkungan dan transportasi umum yang lebih diminati.
"Terus lebih banyak juga pejalan kaki yang ada di Jakarta. Moda transportasinya juga, kendaraan pribadi lebih berkurang. Jadi orang-orang lebih banyak menggunakan kendaraan umum,” kata dia. (*)