Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hasil Penelitian: Ambang Batas BPA Belum Aman

Jurnal yang terbit pada 2012 menunjukkan bahwa ambang batas aman 0,6 ppm masih lebih tinggi dari dosis rendah yang dipakai dalam berbagai studi.

26 Agustus 2024 | 14.14 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi dok freepik

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INFO NASIONAL - Sebelum Badan Pengawas Obat dan Makanan mengeluarkan Peraturan BPOM Nomor 6 Tahun 2024 terkait kewajiban memberi label BPA (Bisphenol-A) pada produk air minum dalam kemasan atau AMDK, sebenarnya ada penetapan ambang batas aman, yaitu 0,6 mg/kg (ppm).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dosis tersebut diklaim tetap aman bagi tubuh, karena masih ada kemungkinan hanyut melalui saluran sekresi. Namun, berbagai penelitian menghasilkan temuan yang berbeda dari anggapan tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ahli farmakologi dari Universitas Airlangga, Prof. Junaidi Khotib, mengatakan tetap ada kemungkinan jumlah ambang batas aman itu berubah. Sebab, jumlah BPA yang bermigrasi dari polimer polikarbonat sangat tergantung pada tingkat keasaman cairan yang dikemas, suhu penyimpanan (distribusi dan penyimpanan retail) dan paparan sinar matahari.

Sepanjang 2021 hingga 2022, telah dilakukan tiga kali pemeriksaan terhadap kondisi-kondisi tersebut dan pengaruhnya terhadap migrasi BPA. Hasil temuannya, kata Prof. Junaidi, kadar BPA yang bermigrasi pada air minum lebih dari 0,6 ppm mengalami peningkatan berturut turut 3,13 persen, 3,45 persen, dan 4,58 persen. 

Sementara hasil pengujian migrasi BPA sebesar 0,05-0,6 ppm dari kemasan polikarbonat juga mengalami  kenaikan berturut turut dari 28,12 persen, 49,56 persen dan 50,98 persen. 

Demikian pula, pada sarana distribusi dan peredaran menunjukkan hasil uji migrasi (>0,6 ppm) yang meningkat dari 0 persen menjadi 12,99 persen. Sedangkan untuk kadar BPA 0,05-0,6 ppm terjadi kenaikan dari 30,00 persen, 33,33 persen, hingga 41,56 persen. 

“Dengan demikian siklus penggunaan kemasan isi ulang galon polikarbonat juga mempengaruhi tingginya kadar BPA,” kata Prof. Junaidi.

Karena itu, ia menyambut gembira kemunculan Peraturan BPOM 6/2024. “Setidaknya membuka membuka ruang edukasi yang memadai pada masyarakat agar dapat memilih produk yang dapat menjamin kesehatan,” kata dia.

Menyoal ambang batas 0,6 ppm, sebenarnya ada penelitian lain yang menunjukkan dosis lebih rendah dari jumlah tersebut tetap perlu mendapat perhatian dan kewaspadaan. Kesimpulan ini tertuang dalam jurnal berjudul Low dose effects of bisphenol A: An integrated review of in vitro, laboratory animal, and epidemiology studies yang ditulis oleh Laura N. Vandenberg dan rekan-rekannya.

Jurnal yang dipublikasikan dalam Endocrine Reviews pada 2012 ini, membahas dampak paparan dosis rendah BPA pada berbagai organisme, termasuk manusia. Penelitian ini menunjukkan bahwa BPA, bahkan dalam dosis yang sangat rendah, dapat memengaruhi sistem endokrin dan berkontribusi pada berbagai masalah kesehatan, seperti gangguan reproduksi, perkembangan, metabolisme, dan risiko penyakit lainnya.

Jurnal ini meninjau lebih dari 700 studi yang meneliti efek BPA pada berbagai sistem biologis. Laura dan timnya berfokus pada penelitian yang memeriksa dosis rendah BPA yang mendekati tingkat paparan manusia dan mengevaluasi dampaknya pada kesehatan reproduksi, perkembangan, metabolisme, dan fungsi otak.

Dosis rendah yang dipakai dalam studi adalah 0.025-0.5 µg/kg berat badan per hari. Dosis ini diperoleh dari kisaran paparan BPA pada manusia yang umum dari lingkungan. Untuk diketahui, BPA telah digunakan oleh banyak industri sehingga peluruhannya di lingkungan sudah lazim terjadi.

Adapun hasil studi tersebut menunjukkan bahwa bahkan pada dosis rendah, BPA dapat menyebabkan gangguan pada sistem endokrin dan berpotensi memicu berbagai masalah kesehatan. Karena itu, Laura mendorong semua pihak meninjau kembali regulasi penggunaan BPA, terutama dalam produk yang dapat menyebabkan paparan kronis pada manusia.

Bagaimana dengan dosis yang ditetapkan di Indonesia yaitu 0,6 ppm, lebih rendah dari dosis yang dipakai dalam studi yang dijalankan Laura dan tim? Untuk menghitungnya, perlu diketahui bahwa kadar 0,6 ppm adalah konsentrasi maksimum BPA yang diizinkan dalam air minum dalam kemasan (AMDK). Sedangkan dosis rendah pada studi yaitu 0.025-0.5 µg per kilogram berat badan per hari. 

Untuk menghitungnya perlu dibuat contoh kasus. Misalnya berat badan seseorang 60 kilogram. Maka kadar 0,6 ppm dibagi berat badan tersebut menghasilkan 0,01 mg/kg berat badan atau sama dengan 10 µg/kg berat badan.

Dari hasil ini dapat diketahui bahwa 10 µg/kg berat badan jauh lebih tinggi dari dosis rendah yang dipakai dalam studi atau 0.025-0.5 µg per kilogram berat badan per hari. (*)


Sandy Prastanto

Sandy Prastanto

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus