Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

I Nyoman Sungada, Pematung Handal dari The Hidden Beach

Cerita inspiratif I Nyoman Sungada yang sangat tertarik pada dunia seni kreatif, terutama seni pahat dan patung

5 Juli 2021 | 16.54 WIB

Foto: Dok. BNI
Perbesar
Foto: Dok. BNI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

INFO BISNIS - I Nyoman Sungada kecil adalah bocah yang tinggi tingkat keingintahuannya terhadap dunia yang jauh dari realitas kehidupan yang ada di sekitar tempat tinggalnya di Desa Kutuh, Badung, Bali. Sekitar 50 tahun lalu, warga Pecatu adalah nelayan, sedangkan I Nyoman Sungada sangat tertarik pada dunia seni kreatif, terutama seni pahat dan patung. Saat masih menjadi siswa kelas 3 sekolah dasar, I Nyoman Sungada rela menahan lapar hanya untuk melihat seorang pemahat membuat ogoh – ogoh, di luar Pecatu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Jiwa kreatif I Nyoman Sungada seakan mengarahkannya untuk menjadi seniman ketimbang menjadi nelayan. Meskipun putus sekolah, semangat I Nyoman Sungada tidak pernah surut untuk menyerap ilmu – ilmu baru jauh hingga ke Ubud. Di usianya yang setara dengan anak SMA, I Nyoman Sungada berhasil menghasilkan karya pahat pertamanya, yang kemudian dia jual ke Denpasar dengan harga Rp 10.000. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

“Senang rasanya. Puas bisa menghasilkan sesuatu dari karya seni sendiri. Meskipun uang Rp 10.000 cukup besar waktu itu buat saya, namun bukan itu sumber kepuasan saya. Kebahagiaannya adalah karena berhasil membuat hasil karya yang dilihat orang, dianggap menarik dan indah,” ujar I Nyoman Sungada.

Kini, usianya sudah menyentuh angka 60 tahun. Karya I Nyoman Sungada semakin menjadi – jadi. Karya terbarunya yang patut dihargai adalah Patung Pasir Garuda Wisnu di Pantai Pandawa, Kabupaten Badung, Bali. Patung pasir terbesar di Indonesia, dan masih sangat langka di tanah air. 

Patung replika Garuda Wisnu ini dibangun dari 2 ton pasir Pantai Pandawa hingga menjulang setinggi 14,1 meter; Panjang 18 meter; dan lebar 9 meter. Berdiri kokoh menyambut siapa saja yang baru tiba di Pantai Pandawa, yang lama tersembunyi hingga para wisatawan asing menyebutnya The Hidden Beach. 

I Nyoman Sungada inilah yang menggerakkan 20 pematung, 10 tukang kayu, dan 30 relawan untuk merealisasikan simbol kerja keras penduduk Pecatu. Karya pahat yang indah ini menjadi simbol harapan dan kebangkitan Bali yang terpuruk akibat lamanya Pandemi Covid – 19 mendera nusantara. Harapan pun bersemi karena keagungan Patung ini menjadi Langkah awal kearah event Road to Bali International Sand Sculpture Contest 2022 yang akan melibatkan para pematung dunia dalam kontes tersebut.

Garuda Wisnu ini sekaligus menambah rangkaian prestasi para pematung Pecatu di bawah bimbingan I Nyoman Sungada. Dialah yang membentuk Himpunan Seniman Pecatu, dengan segudang pengalaman di dunia patung. Tidak hanya di Bali, melainkan hingga ke mancanegara. 

Uniknya, prestasi yang diraih I Nyoman Sungada dengan ke – 35 anggota Himpunan Seniman Pecatu justru pada lomba – lomba patung salju tingkat dunia. Prestasi terbarunya antara lain menyabet juara kategori Best Skill dan pemenang kategori Excellent pada International Snow Sculpture Competition tahun 2020 di Harbin, China. Lalu menjadi juara 3 pada International Snow Sculpture Contest tahun 2013 di Sapporo, Jepang. 

“Prestasi kami ini tidak terlepas dari Agustono Gentari, beliau Founder Komunitas Pematung Salju Indonesia,” ujar I Nyoman Sungada.

Awal Juli 2021 boleh jadi menjadi puncak kebahagiaan I Nyoman Sungada dan para seniman Pecatu. Pasalnya, replika Garuda Wisnu yang mereka bangun selama 12 hari di bawah terik mentari, hingga sempat nyaris terkena halilintar, akhirnya rampung dibangun. Karya indah ini pun mendapatkan perhatian dari orang – orang penting, mulai dari Gubernur Bali Wayan Koster, hingga Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI Royke Tumilaar. 

Tidak hanya sekadar memuji, Royke malah lebih jauh melangkah. BNI menjadi penentu penting lainnya dalam pembangunan Replika Garuda Wisnu itu. BNI juga yang berkeinginan agar seniman Pecatu tetap berkarya dan mampu hidup dari karya – karyanya. Maka mengalirlah juga CSR BNI pada Himpunan Seniman Pecatu berupa bantuan mesin laser cutting dan komputer jinjing yang berkemampuan mendesain lebih canggih. 

“Saya kaget. Ada perusahaan yang begitu memperhatikan pemahat seperti kami. Sebelum BNI tidak ada perusahaan yang membantu,” kenangnya.

Iya benar. Semangat baru kebangkitan Bali boleh jadi muncul dari titik berdirinya replika Garuda Wisnu ini. Bukan di pantai Kuta, Seminyak, Sanur, atau pantai – pantai indah lainnya yang sudah sangat dikenal dunia, tetapi di Pantai Pandawa. Dimana untuk menyentuh pasir Pantai Pandawa ini, perlu pemangkasan tebing batu cadas yang lama memisahkan The Hidden Beach ini dengan dunia. 

I Nyoman Sungada adalah saksi hidup betapa perih dan sulitnya kehidupannya di Pecatu sewaktu kecil. Jangankan kehidupan layak, untuk mencari air pun, Ayah dua orang putri  ini pernah berjalan kaki sejauh 5 kilometer. Namun, kini di Pantai Pandawa – lah keagungan Bali ingin dihidupkan kembali. 

Sama seperti keluarga Pandawa dalam Kisah Mahabarata yang memang tangguh dan memiliki determinasi dalam memperjuangkan kebenaran, para seniman Pecatu pun ini memiliki ketangguhan yang telah menggema hingga ke mancanegara. 

Semoga tarian Kecak kembali menggema. Tak hanya di Uluwatu, kini pun bisa di Pantai Pandawa, tepat di kaki Sang Garuda Wisnu. (*)

Tempo.co

Tempo.co

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus