Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kelurahan Pajajaran Kini Asri Bernilai Ekonomi

Warga di wilayah RW 04, Kelurahan Pajajaran, menjadikan urban farming sebagai kegiatan unggulan daerah.

23 Mei 2018 | 13.14 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INFO NASIONAL - RW 04 Kelurahan Pajajaran, Kota Bandung, akan segera bersolek agar terlihat lebih cantik dan menarik minat wisatawan. Hal ini diungkapkan Camat Cicendo Fajar Kurniawan ketika ditanya rencananya menata wilayah tersebut dalam acara Bandung Menjawab yang diselenggarakan Humas Kota Bandung di Media Lounge Balai Kota Bandung, Jalan Wastukancana, Bandung, Selasa, 22 Mei 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Kami ingin membangun kawasan wisata dengan mengecat kampung menjadi warna-warni. Ini yang sedang kami koordinasikan,” ujar Fajar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Wilayah RW 04 Kelurahan Pajajaran memang spesial bagi Fajar karena wilayah ini dulunya merupakan kawasan kumuh yang kerap terendam banjir luapan Sungai Citepus. Melalui penanganan banjir multidimensi dengan kolaborasi warga dan pemerintah Kota Bandung, kini kawasan itu menjadi asri, bahkan produktif dengan adanya urban farming.

Fajar mengatakan, untuk mengubah wilayah RW 04 menjadi kawasan asri, bukan hal mudah. Menurut dia, melalui pendekatan kultural, warga diajak berpartisipasi mengatasi masalah lingkungan. Mulai membersihkan sedimentasi sungai hingga pemanfaatan lahan terbuka untuk urban farming.

“Kami memberdayakan 158 orang petugas gorong-gorong dan 95 satuan perlindungan masyarakat. Tim ini dioptimalkan sebagai kekuatan fungsional. Warga sangat menerima cara ini dan mereka mau ikut terlibat,” tutur Fajar.

Selama dua bulan, kata Fajar, sampah dan sedimen sungai diangkut menggunakan troli karena jalan yang dilewati sempit. Proses pembersihan sungai tidak selesai sampai di situ. Sebab, meski sudah dibersihkan, sedimen sungai tetap menumpuk di titik-titik tertentu.

"Warga kemudian berinisiatif memasukkan tanah sedimen tersebut ke dalam polybag untuk dijadikan media tanam. Sampah non-organiknya dimasukkan ke bank sampah yang sudah kita bentuk. Sedimen lainnya jadi media tanam dimasukkan ke dalam pot-pot,” kata Fajar.

Tak hanya itu, warga kemudian meninggikan kirmir sungai dan memasang paranggong di atas kirmir sepanjang 350 meter. Paranggong itu kemudian digunakan untuk menempatkan polybag yang telah ditanami bibit sayuran.

“Warga merawat tanaman-tanaman di atas kirmir sampai bisa dipanen dan dijual. Akhirnya, mendatangkan sumber ekonomi untuk masyarakat,” ujarnya.

Warga, ucap Fajar, semakin antusias dengan kegiatan urban farming di wilayahnya. Kini setiap keluarga memiliki wilayah urban farming dan mengelolanya sendiri. Bahkan beberapa keluarga menanam tumbuhan di atap-atap rumah mereka.

Fajar boleh berbangga karena setelah tiga tahun, masyarakat di wilayah RW 04 Kelurahan Pajajaran menjadikan urban farming sebagai kegiatan unggulan daerah. Bahkan banyak yang datang berkunjung ke kawasan tersebut untuk mencontoh atau sekadar membeli sayuran segar hasil bertani warga.

“Bahkan rumah warga yang dulunya membelakangi sungai, sekarang berangsur-angsur menjadi menghadap sungai. Karena mereka merasa lebih mudah mengurus tanaman di depan rumah ketimbang di belakang. Ini kan sangat bagus,” tuturnya.

Kini kawasan urban farming di RW 04 telah mampu menghasilkan berbagai macam sayur dan buah yang dijual di Bandung Agri Market. Jenis sayur serta buah yang ditanam, antara lain cabai, selada, tomat, pakcoy, golden melon, labu madu, blewah, juga brokoli. Ada juga beberapa jenis tanaman hias. (*)

 

Esra Dopita Meret

Esra Dopita Meret

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus