Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Harapan Guru untuk Jakarta Menuju Usia 5 Abad

Guru di Jakarta berharap kota dengan usia menjelang setengah abad terus meningkatkan pendidikan inklusif, sarana digital merata, serta pelatihan kompetensi untuk mewujudkan smart city dan generasi unggul.

21 Desember 2024 | 12.25 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INFO NASIONAL – Jakarta dua tahun lagi akan berusia 500 tahun. Maharani yang sejak kecil bermukim di kawasan Roxy, Jakarta Pusat, merasakan kota ini mengalami perubahan yang semakin baik. “Menurut saya Jakarta itu luar biasa. Kota yang berkembang, dan saya bangga jadi warga Jakarta,” ujarnya saat bertemu Info Tempo, Jumat, 20 Desember 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berprofesi sebagai guru, Maharani berharap Jakarta dengan statusnya sebagai kota global berupaya meningkatkan berbagai kebutuhan di dunia pendidikan. Menurut dia, kota global harus menjadi kota pintar atau smart city. Kendati mengajar di tengah Jakarta yang sangat dekat dengan sentral pemerintahan, ia menilai media pembelajaran untuk peserta didik masih kurang. “Jadi, saya berharap pemerintah lebih memperhatikan sarana dan prasarana pendidikan,” kata dia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Siswa di sekolah berasal dari beragam latar belakang keluarga. Bagi anak dengan orang tua berpendapatan menengah ke atas tentu tidak terlalu susah menyediakan gawai untuk kebutuhan belajar sang anak. “Sejak era pandemi Covid-19 kan kita semakin akrab dengan pembelajaran digital. Tapi ada siswa yang tidak punya laptop, lebih kesulitan menerima pelajaran dengan sistem online,” ucap Maharani.

Pendapat serupa diucapkan oleh Anang Wahyu Pramono, guru yang tinggal di Cilincing, Jakarta Utara. Jakarta sebagai kota pintar harus terintegrasi antara teknologi dan dunia pendidikan. “Masalahnya masih kurang merata. Belum semua sekolah mendapat fasilitas komputer. Menyulitkan kalau harus ujian online. Kami sebagai guru harus berpikir agar ujian bisa terlaksana sesuai instruksi dinas, bagaimana caranya semua siswa bisa ikut ujian,” ucap Anang.

Kendati begitu, Anang melanjutkan, Jakarta yang saat ini masih berstatus ibu kota mendapatkan banyak keuntungan. Bantuan internet untuk sekolah-sekolah dapat dibilang telah merata karena mendapat bantuan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. “Jadi, harapan saya cuma satu, sarana dan prasarana teknologi ke depan lebih merata sehingga guru dan murid bisa semakin nyaman, harus ter-cover dari tingkat SD sampai SMA,” ucapnya.

Endah Oktavia Dewi Kosmara, Kepala Sekolah SDN 01 Gambir, punya harapan lain untuk Jakarta. Ia ingin pelatihan untuk para guru guna meningkatkan kompetensi terus ditingkatkan. Sebenarnya Dinas Pendidikan DKI Jakarta kerap menggelar pelatihan secara luring maupun daring. “Tapi belum semua guru bisa mendapatkan fasilitas itu,” ujar dia.

Selain itu, terkadang materi pelatihan yang diberikan selalu berulang sehingga guru yang pernah ikut akhirnya menghadapi topik pembelajaran yang sama, alhasil tidak terjadi peningkatan kompetensi karena gagal mendapat ilmu baru terkait dunia ajar. “Akhirnya guru itu tetap ikut karena diharuskan, tapi jadinya sekadar menggugurkan kewajiban,” kata Endah.

Beban sekolah lainnya, Endah menambahkan, adalah kewajiban menjadi institusi pendidikan yang inklusif. Di satu sisi, ia mengaku sangat senang karena membuka kesempatan pada semua anak berkebutuhan khusus atau kaum disabilitas mendapatkan pendidikan. “Itu bagus banget, tepat dengan status Jakarta sebagai kota global berusia 5 abad. Saya bangga dengan Pemprov,” ujarnya.

Satu hal yang harus disiapkan pemerintah, menurut Endah, penambahan guru khusus yang terbiasa menangani kaum disabilitas. “Kalaupun harus dari guru yang ada di sekolah, buatkan pelatihan yang intens sehingga Peraturan Gubernur Nomor 32 Tahun 2021 yang mengatur kuota 25 persen untuk disabilitas dapat diimplementasikan,” tuturnya.

Inklusivitas juga menjadi perhatian Linda Haerunnisa. Sebagai guru, ia berharap Jakarta menjelang usianya ke-500 tahun semakin setara dalam segala hal. “Baik dari segi pendidikan, infrastruktur, dan juga kesetaraan gender. Semua harus inklusif. Jangan sampai yang di pusat Jakarta semuanya bagus fasilitasnya, tapi di pinggir-pinggiran masih kurang lengkap. Semua harus merata,” ucap ASN yang mengawali karier sebagai pengajar honorer ini.

Guru lainnya, Sri Mulyati, menaruh harapan besar untuk kota global Jakarta. “Jakarta harus menjadi acuan untuk daerah-daerah yang lain, terutama pendidikannya. Jadi sesuai dong sebagai smart city. Harus juga smart teacher, mungkin harus juga smart financial supaya guru lebih semangat, termotivasi, sehingga menciptakan generasi masa depan yang lebih baik,” kata dia. (*)

Sandy Prastanto

Sandy Prastanto

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus