Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INFO OTOMOTIF - Hari pertama perjalanan tim Tempo di seri Jelajah Nusantara telah usai. Masih menggunakan Mitsubishi New Pajero Sport Dakar 4x4, perjalanan di wilayah Karawang dan sekitarnya ini diawali dengan mampir ke Bendungan Walahar. Kemudian diselingi dengan Rumah Pengasingan Bung Karno-Hatta, dan ditutup dengan mengunjungi salah satu lokasi UMKM porang di Karawang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lokasi pertama yang kami kunjungi, yakni Bendungan Walahar, merupakan salah satu bangunan peninggalan Belanda yang kini digunakan untuk mengatur debit air Sungai Citarum. Bangunannya berdiri kokoh membentuk waduk dengan luas kurang lebih 15 hektare.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Masih menggunakan Mitsubishi New Pajero Sport Dakar 4x4, perjalanan di wilayah Karawang dan sekitarnya ini diawali dengan mampir ke Bendungan Walahar.
Bendungan Walahar juga berfungsi mengalirkan debit air Sungai Citarum ke persawahan yang ada di Kabupaten Karawang. Jika dilihat secara detail, bendungan ini terdiri atas 3 bagian, yakni pintu penahan air di bagian bawah berjumlah 5 pintu, bagian jembatan seluas 3 meter yang menghubungkan Kecamatan Klari dan Desa Anggadita, dan bagian ruang mesin untuk mengatur sistem bendungan.
Usai berhenti sejenak di Bendungan Walahar, kami bergegas ke Rumah Sejarah Soekarno-Hatta di Rengasdengklok. Rumah ini menjadi bagian penting dari sejarah Indonesia, sebab di sinilah kedua tokoh negara tersebut diasingkan dari Jakarta agar tidak terpengaruh Jepang dan segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.
Rumah ini diketahui milik warga bernama Djiauw Kie Siong. Awalnya, letak rumah ini berada tepat di sisi tanggul Sungai Citarum. Namun karena adanya banjir besar, rumah tersebut dipindahkan sekitar 20 meter dari lokasi sebelumnya.
Masuk ke dalamnya, kami melihat interior rumah berwarna hijau dan dihiasi berbagai foto tokoh yang terlibat dalam Peristiwa Rengasdengklok, seperti Soekarno, Hatta, Wikana, Chaerul Saleh dan Achmad Soebarjo. Selain itu ada pula beberapa perabotan yang pernah digunakan Soekarno dan Hatta pada saat itu yang masih disimpan hingga saat ini, seperti tempat tidur, meja dan kursi.
Hari semakin gelap menandakan malam akan segera tiba. Kami memutuskan untuk menutup hari di Karawang dengan bertemu seorang petani porang bernama Rizal.
Menurut Rizal, porang adalah tanaman jenis umbi-umbian yang menjadi alternatif usaha menjanjikan dan memiliki potensi cukup besar untuk dikembangkan.
Masih menggunakan Mitsubishi New Pajero Sport Dakar 4x4, perjalanan di wilayah Karawang dan sekitarnya ini diawali dengan mampir ke Bendungan Walahar.
Rizal yang juga merupakan pegiat tanaman mengaku pamor tanaman porang melejit dengan banyaknya ekspor ke negara-negara lain seperti Jepang. Umbi porang yang diolah menjadi tepung, menjadi bahan baku nasi shirataki, yang belakangan ini diminati orang banyak.
Hal tersebut turut mendorong kalangan perbankan melirik pembiayaan ke sektor tersebut, tak terkecuali PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Bank BNI berkomitmen mendorong pembiayaan berupa penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) kepada petani porang dengan tujuan untuk meningkatkan nilai ekspor komoditas itu.
Menurut Rizal, sudah banyak ada beberapa wilayah di Paguyuban Petani Porang Jawa Barat yang telah menjalin kerja sama dengan Bank BNI. Namun, tak menutup kemungkinan bahwa ke depannya, petani porang di Kabupaten Karawang dan sekitarnya juga akan mendapatkan hal serupa. (*)
#CeritaPahlawanKini #JelajahNegeriTempo