Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INFO NASIONAL - Ketua DPR RI, Puan Maharani, memfasilitasi suara generasi muda yang menginginkan dunia menjadi lebih baik lewat gerakan nyata mengatasi perubahan iklim. Harapan kelompok pemuda tersebut disampaikan pada salah satu forum 144th Inter-Parliamentary Union (IPU) Assembly & Related Meetings di Bali.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebagai President of Assembly, Puan yang menjadi pemimpin Sidang Paripurna Majelis IPU ke-144 menguraikan sejumlah isu yang tetap relevan untuk diperjuangkan, yakni perdamaian, kesetaraan gender, dan perubahan iklim.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Puan menuturkan, IPU harus mendorong peningkatan partisipasi perempuan dan kalangan muda dalam pengambilan keputusan di berbagai badan publik. Termasuk dalam isu perubahan iklim yang menjadi tema dari IPU ke-144.
“Perempuan mencakup 80 persen dari displaced person yang terdampak dari perubahan iklim. Perempuan dan anak perempuan adalah yang paling rawan dalam situasi konflik,” kata Puan dalam First Plenary Sitting of the 144th Assembly of the Inter Parliamentary Union di Bali International Convention Centre (BICC) Nusa Dua, Bali, Senin, 21 Maret 2022.
Untuk mendengarkan aspirasi terkait isu perubahan iklim, Puan mengundang perwakilan dari generasi muda. Pertama, Melati Wijsen, pemimpin gerakan Youthtopia yang bertujuan memberdayakan anak-anak muda agar menjadi agen perubahan.
“Melati juga seorang penggagas dari Bye Bye Plastic Bags, sebuah organisasi yang menghimpun pemuda dari seluruh dunia yang berjuang menghentikan pemakaian kantong plastik,” tutur Puan.
“Melati kami hadirkan untuk mengingatkan tanggung jawab kita terhadap generasi muda dan generasi-generasi mendatang bahwa tugas kita adalah meninggalkan bumi yang lebih hijau, lebih sehat, dibandingkan dengan yang kita warisi dari para pendahulu,” ujarnya.
Berdiri di hadapan forum IPU, Melati yang tinggal di Bali sejak kecil menyatakan generasi muda sudah bosan dengan berbagai agenda penyelamatan bumi yang hanya sekadar kata-kata. “Pemuda dari seluruh dunia, termasuk anggota parlemen yang hadir di sini, tahu perubahan iklim sudah ada. Dan kita tidak menunggu sampai tua untuk melakukan aksi,” kata Melati.
Melati mengaku sudah sejak usia 12 tahun mengkampanyekan penghentian polusi plastik melalui berbagai gerakan. Hal ini dilakukan karena tidak ingin Bali yang indah tercemar oleh polusi plastik.
“Sekarang setelah hampir 10 tahun, hal itu sudah terealisasi. Kami mendengar kita harus take action, maka jangan lagi cuma berbicara. Kami tidak butuh lebih banyak lagi konferensi-konferensi,” tuturnya.
Melati mengungkap pemanasan global telah menyebabkan banyak bencana, seperti mencairnya es di kutub, hutan terbakar, dan banyak lagi. “Perubahan iklim sudah ada dan sedang terjadi. Ini kenyataan buat kita. Banyak pemuda di dunia punya visi, ide, untuk membangun agar dunia menjadi lebih baik. Tapi kami membutuhkan contoh,” ucap Melati.
Perempuan 21 tahun itu pun meminta agar pemimpin dunia, termasuk dari kalangan parlemen, memberikan kebijakan serius terkait masalah perubahan iklim. “Kita pemuda di sini serius mengenai perubahan. Kita sudah siap. Bagaimana dengan kalian?” kata Melati ke para anggota parlemen negara-negara dunia di forum IPU.
Setelah Melati, Puan mengundang Presiden Forum of Young Parliamentarians, Sahar Albazar dari Mesir. Menurut Sahar, penggunaan emisi dan berbagai perilaku penyebab pemanasan global sudah ada sejak generasi muda saat ini lahir. “Tapi kami yang akan merasakan dampaknya, kami yang akan memperbaiki kerusakan-kerusakannya,” ucap Sahar.
Para pemuda di dunia disebut tak merasa puas dengan kebijakan-kebijakan pemimpin dalam mengatasi perubahan iklim. Untuk itu, Sahar mengajak seluruh generasi muda di dunia melakukan aksi. “What can we do? Kita melakukan aksi sesuai Paris Agreement, dan untuk sampai sana kami membutuhkan partisipasi lebih banyak lagi dari kalangan muda. Termasuk di parlemen-parlemen dunia agar kita lebih banyak didengar dan bisa berbicara,” ujarnya.
Di forum ini, sebuah pesan video dari mantan Sekjen PBB, Ban Ki-moon turut disampaikan. Ban Ki-moon menjadi tokoh yang selalu mendorong tindakan nyata di semua tingkatan untuk menanggulangi perubahan iklim.
Delegasi IPU juga diingatkan pada pesan dari Sekjen PBB saat ini, Antonio Guterres, dalam laporan terbaru The Intergovernmental Panel on Climate Change, atau IPCC, sebagai badan keilmuan PBB untuk perubahan iklim.
Ada pula pesan dari Ketua Parlemen Tuvalu, Samuelu Penitala Teo. Tuvalu merupakan salah satu negara pulau dan berkembang di kawasan Pasifik yang mengalami secara langsung efek yang sangat merugikan dari perubahan iklim.
Puan lalu mengingatkan forum IPU agar serius menanggapi aspirasi dan pesan-pesan yang telah disampaikan tersebut. Ia mengatakan, parlemen harus mampu memberi contoh melakukan aksi nyata penanggulangan perubahan iklim. “Mari kita tunjukkan bahwa Parlemen dapat berkontribusi mewujudkan dunia yang lebih aman, adil, dan sejahtera,” ucap Puan.
Sementara itu, Sekjen IPU, Martin Chungong, menyatakan mempromosikan pemberdayaan pemuda menjadi salah satu agenda IPU. Para pemuda harus diberi kesempatan untuk membawa perubahan pada dunia. “Kita harus katakan yes untuk pemuda-pemuda di dalam parlemen,” kata Chungong. (*)