Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Riset Buktikan Lima Kesalahpahaman Terkait Plastik Sekali Pakai

Pakar lingkungan dari Universitas Michigan, Amerika Serikat, Shelie Miller, mengungkap beberapa kesalahpahaman umum terkait kemasan plastik sekali pakai dan pentingnya pendekatan Analisis Siklus Hidup (Life Cycle Assessment).

8 Juli 2023 | 18.55 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INFO NASIONAL - Pakar lingkungan dari Universitas Michigan, Amerika Serikat, Shelie Miller, mengungkap beberapa kesalahpahaman umum terkait kemasan plastik sekali pakai dan pentingnya pendekatan Analisis Siklus Hidup (Life Cycle Assessment). Hasil penelitiannya ditulis dalam artikelnya yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Science & Technology.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Miller menemukan bahwa dampak lingkungan yang signifikan bukan disebabkan oleh kemasan plastik, tapi justru lebih banyak dari produk yang terkandung di dalamnya. “Konsumen cenderung berfokus pada dampak kemasan, daripada dampak produk itu sendiri,” kata Miller, yang juga seorang profesor di School for Environment and Sustainability. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurutnya, konsumsi bijak bisa mengurangi kebutuhan akan produk dan menghilangkan pemborosan, jauh lebih efektif mengurangi dampak lingkungan secara keseluruhan. Ia pun menemukan bahwa dampak lingkungan dari kemasan plastik relatif minimal dibandingkan dengan bahan kemasan sekali pakai lainnya, seperti kaca atau logam. 

Untuk mengukur dampak lingkungan secara komprehensif, Miller dan timnya menggunakan alat yang disebut Penilaian Siklus Hidup (Life Cycle Assessment—LCA). LCA mencakup beragam kategori dampak, seperti perubahan iklim, penggunaan energi, penipisan air dan sumber daya, hilangnya keanekaragaman hayati, timbulan limbah padat, dan toksisitas terhadap manusia serta lingkungan. 

Berikut kesalahpahaman yang dibuktikan dalam publikasi hasil risetnya berjudul “Five misperceptions surrounding the environmental impacts of single-use plastic”. Pertama, kemasan plastik dituding sebagai  kontributor terbesar terhadap kerusakan lingkungan. Berdasarkan, hasil penilaian LCA, produk dalam kemasan lebih bertanggung jawab untuk dampak lingkungan daripada kemasan itu sendiri.  

Kedua, plastik memiliki dampak lingkungan lebih besar daripada semua bahan kemasan. Hasil LCA, mengungkap, plastik adalah 1 dari 10 bahan kemasan yang dampak lingkungannya lebih sedikit daripada bahan kemasan pada umumnya. 

Ketiga, produk yang dapat digunakan kembali memiliki dampak lingkungan yang lebih rendah, jika hanya digunakan kembali dalam jumlah yang cukup untuk mengimbangi intensitas material yang lebih besar.

Keempat, daur ulang dan pengomposan harus menjadi prioritas tertinggi. Hasil LCA, menyatakan, manfaat lingkungan dari daur ulang dan pengomposan cenderung lebih kecil, utamanya dibandingkan upaya pengurangan konsumsi secara keseluruhan. 

Kelima, upaya 'zero waste' yang melarang plastik sekali pakai bisa meminimalkan dampak lingkungan. Hasil LCA, menyebut, inisiatif 'zero waste' bisa menghasilkan konsekuensi yang tidak diinginkan, jika tidak dirancang secara holistik untuk benar-benar mengurangi dampak lingkungan. 

Miller pun menekankan pentingnya melihat masalah plastik sekali pakai dalam konteks Analisis Siklus Hidup. Mengevaluasi seluruh siklus hidup produk, mulai dari ekstraksi sumber daya hingga pembuangan atau penggunaan ulang, sangat penting untuk memahami dampak lingkungan secara komprehensif.  

Ia sepakat bahwa tantangan lingkungan terkait dengan plastik dan limbah plastik tidak boleh diabaikan. Karena itu, menurutnya, perlu ada pemahaman yang lebih luas tentang dampak lingkungan. 

Sebab, pemahaman yang lebih tepat dapat membantu mencapai solusi yang lebih efektif dan menjaga keberlanjutan lingkungan. “Konsumen seringkali berfokus pada aspek-aspek dampak lingkungan yang lebih terlihat, seperti limbah kemasan, padahal sejumlah besar dampak lain yang tidak terlalu mencolok tidak diperhatikan,” kata Miller.  

Menurutnya, analisis LCA menawarkan evaluasi yang lebih sistematis terhadap seluruh rantai pasokan. "Sehingga menyoroti dan bisa mengukur dampak lingkungan yang tidak terlalu terlihat tapi berpotensi signifikan". 

Miller menegaskan bahwa upaya untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan meningkatkan daur ulang, hanya mengalihkan perhatian dari dampak lingkungan yang lebih besar. Utamanya hal-hal yang terkait dengan penggunaan energi, manufaktur, dan ekstraksi sumber daya. 

Karena itu, melalui penelitiannya ini, Miller mendorong banyak orang untuk mengadopsi pandangan yang lebih holistik dalam mengatasi masalah plastik sekali pakai. "Sangat penting bagi konsumen untuk mempertimbangkan seluruh siklus hidup produk dan memprioritaskan pengurangan konsumsi serta penggunaan ulang, sebelum mendaur ulang," ujarnya. (*)

Prodik Digital

Prodik Digital

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus