Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Untuk niaga boleh, untuk keluarga...

Kendaraan niaga-serba guna sedang populer di indonesia. pasarannya diperebuntukan oleh berbagai merek: daihatsu, suzuki, toyota, dan mitsubishi. industri karoseri pun ikut tumbuh pesat. (pwr)

20 September 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERTARUNGAN penjualan mobil niaga kelas 1.000 cc bakal seru. Akhir Agustus lalu, Daihatsu Hijet Zebra diluncurkan. Pihak"lawan" tentu tak tinggal diam. Saling mengintip kelebihan dan kekurangannya. Dan perebutan pangsa pasar kendaraan niaga 1.000 cc akan membuat dag-dig-dug dealer pengusaha karoseri, bahkan juga konsumen. Kebutuhan kendaraan pribadi saat ini tampaknya memang menjadi sesuatu yang mutlak. Apa boleh buat, efisiensi dan efektivitas memaksanya demikian. Terutama di kota-kota besar. Apalagi mengingat Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Berpenduduk lebih 165 juta jiwa tersebar pada ribuan pulau, dan tak berlebihan bila menyebut Indonesia sebagai negara transportasi. Transportasi tak bisa dipisahkan dari perkembangan ekonomi. Ia telah menjadi urat nadi perekonomian. Selain itu. ciri masyarakat modern, yang menuntut efisiensi dan efektivitas tinggi, akhirnya menuntut tersedianya alat transportasi serba guna yang memenuhi semua kebutuhan masyarakat. Sebagai alat angkut hasil industri, perdagangan, pertanian, maupun pertambangan dan penumpang. Dari tahun ke tahun kebutuhan orang akan mobil pribadi bertambah terus untuk ke kantor, pasar, sekolah, rekreasi, atau keperluan lain. Harga sedan belum terjangkau. Karena itu konsumen mencari jenis lain yang lebih murah tetapi serba guna. Untuk niaga bisa, untuk keperluan pribadi pun oke. Tak heran kalau kemudian kendaraan jenis niaga-serba guna ini yang paling laku di Indonesia. Menurut Alam Wiyono, Direktur Pemasaran Toyota Astra Motor, dulu kendaraan jenis niaga itu memang dirancang sebagai kendaraan pengangkut barang. "Tetapi, kemajuan industri karoseri mengubahnya menjadi kendaraan pribadi," katanya. Sekalipun pasaran kendaraan bermotor di Indonesia menurun, dari 16.897 kendaraan perbulan pada tahun 1981, menjadi 12.000 per bulan di tahun 1986. Namun, pasaran kendaraan niaga kelas 1.000 cc tetap menunjukkan trend pertumbuhan yang positif, dari 3.782 kendaraan per bulan pada tahun 1981, menjadi 6.300 per bulan di tahun 1986. Subronto Laras. Ketua Umum GAIKINDO (Gabungan Agen Tunggal dan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia) pada kesempatan lain menambahkan, hal itu terjadi karena harganya masih di bawah separuh harga sedan yang paling murah. Lebih dari itu bisa dipakal untuk berbagai kegunaan. Angky Camaro, Direktur PT Indo Mobil Utama, agen tunggal Suzuki di Indonesia mengungkapkan bahwa peningkatan penjualan kendaraan niaga memang terjadi sejak tahun 1981. Meski tahun-tahun sebelumnya kendaraan niaga yang dimodifikasi menjadi minibus sudah banyak di pasaran. Ini karena dukungan peraturan pemerintah tentang pembebasan bea masuk pada mobil jenis niaga. Suzuki dan Daihatsu memanfaatkan kesempatan itu. Daihatsu yang sudah memasuki pasar Indonesia pada awal tahun 60-an, dikenal sebagai Bemo beroda tiga, pada tahun 1973 mulai memasarkan Hijet S 38 P. Tetapi, ledakan pasar terjadi ketika para produsen menampilkan kelas 1.000 cc Angky mengakui bahwa 80% produknya adalah jenis Suzuki Carry. Suzuki mengambil langkah efislen, karena sudah membuat mesin sendiri di Indonesia. Dari ketiga tipe yang dipasarkan di Indonesia, Suzuki memilih jenis mesin 1 000 CG dengan empat silinder, digunakan untuk, Jimny. Forsa, dan Carry. Suzuki membuat mesin 4.000 unit setiap bulan, karena itu over head cost bisa tertutup karena permintaan jenis Carry tinggi. MESKIPUN permintaan mobil niaga meningkat, Subronto Laras melihat kebutuhan itu masih jauh dari yang diharapkan. "Terutama bila dibandingkan dengan populasi penduduk Indonesia," ujarnya. Ia memperkirakan 70% dari seluruh kendaraan niaga sekarang dimodifikasi menjadi minibus. Hanya 30% yang masih dalam bentuk pick-up. "Itu pun banyak digunakan sebagai mobil pribadi, bukan mobil pengangkut," ujar Angky. Bagi pasangan muda, menggunakan mobil pick-up masih lebih menguntungkan dibanding menggunakan sepeda motor. Kalaupun sudah diubah jadi minibus, kegunaannya ternyata tetap multipurpose. Bisa digunakan penambah pendapatan, untuk antar jemput anak sekolah, misalnya. Karena itu Subronto Laras menilai jenis mobil niaga ini punya segment market yang khas. "Bagi orang yang akan membeli mobil sebagai mobil pertama, akan lari pada jenis minibus, soalnya serba guna." Di Jepang sendiri tipe minibus dengan mesin 550 cc justru tetap berkembang. Mengingat kegunaannya hanya sebagai pengangkut barang ringan dalam kota, atau jarak pendek. Dan bila digunakan membawa penumpang, paling-paling untuk empat orang. Alasan ini menjadikan pasar mobil 1.000 cc menjadi khas Indonesia, seperti kata Subronto. PILIHAN mobil kelas 1.000 cc memang banyak. Tetapi, sampai saat ini Daihatsu Hijet dan Suzuki Carry yang tampaknya paling berperan di pasaran. Daihatsu Hijet sejak tahun 1981 menjadi market leader. Rata-rata 909 unit terjual di tahun 1981, meningkat menjadi 2.165 kendaraan per bulan sekarang. Selama lima tahun Hijet bertahan. Dalam pada itu, Suzuki pun menguntit ketat. Tahun 1986 Suzuki mengklaim sebagai yang paling banyak terjual. Suzuki tampaknya mengambil alih kedudukan Hijet, apalagi dibantu dengan karoseri yang beraneka, dan didukung pula dengan iklannya yang menyebutkan "Paling ideal dalam kelasnya". Tentu saja Daihatsu tak tinggal diam. Itulah sebabnya muncul Hijet Zebra yang dimensinya memang menandingi Suzuki. Hijet menggunakan iklan "Teliti Sebelum Membeli". Ini tentu meminjam slogan Lembaga Konsumen agar konsumen tak sembarangan membeli barang, tetapi memperhatikan dulu dengan seksama. Ada lima syarat yang harus dipertimbangkan sebelum membeli mobil kabin pengemudi, penumpang dan barang. Tenaga dan kebandelan mesin serta iritnya pemakaian bahan bakar. Pengendalian kemudi dan kemampuan olah-gerak di jalan. Keamanan dan stabilitas kendaraan. Juga reputasi perusahaan penjual serta dukungan purnajual. "Hijet Zebra memiliki keunggulan pada lima syarat utama kendaraan yang baik itu," kata Edie Santosa, General Manager Marketing PT Astra International Inc. Sebagai produk generasi baru hasil pengembangan Hijet 1.000, Daihatsu Zebra disiapkan untuk mengungguli dalam kelasnya. "Perbaikan-perbaikan kami dasarkan pada riset serta pengamatan terhadap kebutuhan konsumen Indonesia. Produk baru ini tidak saja lega sebagai kendaraan penumpang, tetapi juga perkasa sebagai kendaraan angkutan," lanjut Edie. Kecuali Suzuki dan Daihatsu, saingan mereka adalah Toyota Kijang. Selain kelasnya di atas 1.000 cc Kijang mempunyai keistimewaan lain, yaitu punya hidung. Tidak seperti Suzuki Dan Daihatsu. Alam Wiyono mengakui, bentuk Kijang terdahulu memang sederhana dan kurang menarik. Sehingga para pengusaha karoseri banyak mengubahnya sebagai kendaraan penumpang secara habis-habisan. Bentuk asli Kijang malah hilang. Melihat pengalaman itu, Kijang lalu diubah. Bulan November mendatang bakal muncul Kijang generasi baru yang dinamis, dan memenuhi selera pasar. "Kami sudah menggunakan mesin pres untuk membuat Kijang yang baru," tambah Alam Wiyono. Namun, Alam menyadari, Kijang saat ini masih banyak digunakan sebagai kendaraan pengangkut. Ini mengingat tenaga dan daya-muatnya lebih besar. "Karena itu kami memproduksi 50:50 antara yang pick-up dan yang siap dimodifikasi," ujar Alam. Ini berbeda dengan Daihatsu dan Suzuki yang 70 bagian justru disiapkan untuk modifikasi. PEREBUTAN pangsa pasar yang ketat antara Daihatsu dan Suzuki kini disemarakkan pula oleh masuknya pendatang baru yang justru mengawali hiruk-pikuknya modifikasi kendaraan niaga menjadi minibus. Mitsubishi yang dulu sukses dengan jenis Colt T-120, kemudian Colt Minicab, kini muncul pula dengan produk barunya. Setelah lima tahun diam, PT Krama Yudha Tiga Berlian (KTB) sekarang juga terjun memasarkan kendaraan niaga kelas 1.000 cc. Mobil Mitsubishi Jet Star tampil pula dalam Lomba Karoseri Laik Darat yang diselenggarakan oleh DLLAJR (Dinas Lalulintas dan Angkutan Jalan Raya) pertengahan September ini. Keistimewaan Jet Star adalah menggunakan mesin Daihatsu 1.000 cc tiga silinder. "Menggunakan mesin dari merek lain sebenarnya sudah sesuatu yang lazim sekarang," jelas Ir Maswir, dari PT KTB. KTB memilih mesin Daihatsu adalah karena memperhatikan efisiensi dan menunjang program pemerintah. Karena mesin Daihatsu yang digunakannya sudah dirakit di Indonesia, sehingga penambahan pemakaian untuk Mitsubishi, biaya produksinya bisa lebih rendah. Namun, mengapa yang dipilih mesin tiga silinder Daihatsu, bukan yang lain? Herman, kolega Maswir di PT KTB menjawab bahwa pilihan itu jatuh karena dengan mesin tersebut pemakaian bahan bakarnya irit. Ini sering menjadi persyaratan bagi calon pembeli. Selain itu, pihak Mitsubishi Motors telah memetik pengalaman selama ini di Indonesia terhadap mesin Daihatsu tiga silinder. Kemudian dikombinasikan dengan komponen parts orisinil Mitsubishi yang akhirnya mendapatkan performa optimal itu. Maswir menambahkan, dengan performa mesin tersebut, terdapat berbagai keuntungan yang didapat. Kemudian dengan penggabungan dalam transmisi dan lain sebagainya, akhirnya didapat performance keseluruhan yang optimal. Karena penggabungan yang dilakukan merupakan penyempurnaan yang sudah ada. Pengalaman sejak awal tahun 70-an dalam segmen pasar ini menjadi pelajaran berharga bagi Mitsubishi di Indonesia untuk menyempurnakan produk baru yang dipasarkan sekarang. "Kalau Colt dulu terasa keras dan kaku, itu karena orientasinya memang untuk barang," jelas Maswir. Tetapi karena sekarang dipikirkan untuk kendaraan penumpang, maka rem dan peredam kejut misalnya, disesuaikan untuk kendaraan angkut penumpang. Agar penumpangnya dapat lebih selesa menikmati perjalanannya. KONDISI beralihnya kegunaan mobil niaga menjadi mobil penumpang telah membuka usaha baru, yaitu industri karoseri. Beberapa kalangan mengatakan bahwa industri karoseri juga merupakan industri khas Indonesia. "Barangkali ini jenis industri satu-satunya di dunia," kata Budi Hermawan, Direktur Eksekutif perusahaan karoseri Alexander. Industri karoseri terlihat lebih maju dibanding industri mobilnya. Ini terbukti dari pameran mobil oleh GAIKINDO di Balai Sidang Senayan, Jakarta beberapa waktu lalu. Bahkan tahun 1985 pernah diselenggarakan Lomba Karoseri. Tahun ini, Lomba Karoseri Laik Darat pun diselenggarakan secara meriah. Lomba ini bukan untuk membatasi jumlah perusahaan karoseri, tetapi justru meningkatkan mutu agar memenuhi standar. Slamet misalnya, pengusaha karoseri Malindo dari Malang, Jawa Timur, menyambut baik usaha tersebut. Karena peserta lomba justru mendapat bimbingan langsung sejak menyerahkan gambar, konsultasi mulai berjalan, dan finalnya adalah setelah karoseri itu selesai, dinilai secara tuntas, sesuai dengan arahan dan konsultasi yang telah dilakukan. Slamet yang mengaku sejak tahu 1972 sudah berkecimpung dalam dunia bisnis karoseri, menyatakan pada mulanya ia bekerja secara liar, tanpa bimbingan. Ia kemudian sadar bahwa usaha tersebut menyangkut keselamatan manusia, maka ia mulai bekerja dengan membuat gambar desain lebih dulu. Lalu ia bekerja sama dengan perusahaan komponen yang membuatkan bahan-bahan untuk industri karoserinya. Cara Slamet memang berbeda dengan Budi Hermawan yang justru menggabungkan cara tradisional dan komponen. "Membuat karoseri merupakan seni tersendiri," Lagi pula dengan cara itu ia benar-benar menerapkan anjuran pemerintah untuk melakukan industri padat karya. Terbukti karyawan Budi 400 orang, dengan produksi setiap bulan rata-rata 150 unit. Karena itu ia mengharap agar industri karoseri mendapat perhatian pemerintah. Karoseri Alexander yang selama ini banyak mengerjakan minibus merek Suzuki Carry, tahun lalu meraih juara umum dalam Lomba Karoseri. Keberhasilan itu kian meningkatkan Suzuki Carry. Karena itu, kerja sama banyak dilakukan bersama agen tunggal mobil tersebut demi kemajuan pemasaran mobilnya sendiri dan usaha karoseri tersebut. Misalnya, Budi mengusulkan untuk tak memasang lagi plat di bagian belakang kabin pengemudi untuk mobil yang siap modifikasi. Karena plat tersebut akhirnya toh dibuang oleh pengusaha karoseri. Ini jelas sudah mengurangi biaya. "Bayangkan kalau harga plat itu saja dua puluh ribu rupiah misalnya per unit, berapa sudah biaya dikurangi," ungkap Budi. Kerja sama seperti itulah yang selalu diterapkan sampai sekarang. Mitsubishi melakukan pendekatan lain. Untuk tipe Jet Star, pihak Mitsubishi membuat karoseri standar pada pengusaha karoseri yang ditunjuk. Dari bentuk standar itulah kemudian dilakukan pengembangan. Maswir menjelaskan hal itu dilakukan untuk tetap menjaga kemampuan optimal yang dimiliki mobil tersebut. "Bentuk standar itu sudah teruji melalui ruang R & D, Research and Development," ujar Maswir. Standarisasi itu meliputi penggunaan plat dan sebagainya. Karena bila menggunakan plat yang lebih tebal memang mendapat kesan kuat dan kokoh, tetapi tentu menjadi lebih berat sehingga akan mempengaruhi kemampuan mesin serta keiritan bahan bakar. Alam Wiyono yang dulu sering menjumpai para body maker memindahkan pipapipa rem dekat bagian-bagian yang kurang aman, meminta pengusaha karoseri agar tidak memindahkan bagian-bagian tertentu bila dimodifikasi. "Ini sangat berbahaya," tegas Alam. Sementara itu Edie Santoso mengaku, pihak Daihatsu sangat memperhatikan usulan yang disampaikan pengusaha karoseri. "Bagi kami, yang penting adalah agar tidak banyak bahan yang terbuang. Namun kendaraan tetap memenuhi standar yang kami janjikan nyaman, kuat, dan aman," ujarnya. "Karena itu kami selalu mencoba dekat dengan pihak karoseri, sehingga saling bisa memberi masukan untuk penyempurnaan produk." Industri karoseri memang khas industri Indonesia. Usaha ini langsung menunjang pemasaran jenis kendaraan niaga, seperti diakui pengusaha karoseri New Armada dari Magelang. Pengusaha ini mengakui bahwa sekarang produsen mobil sering mengundang para pengusaha karoseri untuk membicarakan mobil yang diproduksi, juga mengarahkan pembuatan karoserinya. Selain itu, tentu saja, adanya bimbingan pemerintah setelah melihat kemajuan usaha ini sangat pesat. CAMPUR tangan pemerintah dalam industri karoseri sehubungan dengan keselamatan dan keamanan pemakai mobil dengan karoseri, memang diperlukan. Disamping itu, kepentingan pemerintah yang lain adalah masalah tenaga kerja. Soalnya, industri karoseri mampu menampung tenaga kerja dalam jumlah besar. Tak heran, Menteri Sudomo menaruh perhatian pada industri ini. Tentu karena bukan semata penampungan tenaga kerja, tetapi juga keselamatan kerja karyawannya. Di Amerika Serikat, Ralph Nader dari Lembaga Konsumen Amerika Serikat, merupakan lawan paling kuat para produsen mobil di sana. Ralph Nader sangat teliti terhadap faktor keamanan dan keselamatan penumpang kendaraan bermotor. Di Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen belum bisa segalakRalph Nader yang dapat menolak suatu jenis mobil bila didapati hal yang dapat membahayakan keamanan dan keselamatan penumpang. Tini Hadad, Sekretaris Yayasan Lembaga Konsumen (YLK) menjelaskan bahwa di Indonesia konsumen sangat memerlukan transportasi sendiri yang murah dan memungkinkan mereka bebas bergerak tanpa menunggu kendaraan umum. "Konsumen bisa saja tak senang dengan desain dan lain sebagainya. Tetapi, karena kebutuhan mereka tetap saja membeli kendaraan tersebut," katanya. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa itu merupakan dendam konsumen terhadap kendaraan umum karena mereka tak mendapat pelayanan yang layak dari para awak transportasi umum itu. "Belum lagi teror pencopet dan perampok yang sering beroperasi di bus-bus kota," katanya. Tini hanya berharap agar iklan mobil tidak terlalu berlebihan cara menawarkannya. Ia menunjuk sebuah iklan yang menyatakan mobil jenis itu untuk kegunaan dan keadaan yang multipurpose, padahal tidak begitu. "Jangan karena permintaan tinggi, lalu memanfaatkan keadaan dalam berpromosi, " ujar Tini. Melihat berbagai model yang ditawarkan oleh perusahaan karoseri, Az Nasution SH., Wakil Ketua YLK menyebut hal itu sebagai upaya industri mobil dan karoseri untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Ia memberi contoh tentang model kaca lebar yang banyak ditampilkan akhir-akhir ini. Apakah kaca yang digunakan dari jenis safety glass atau tidak? Dan apakah ada ketentuan untuk kaca selebar itu demi keamanan penumpang? Apakah pula ketentuan itu sudah dipatuhi? "Persoalannya, makin tinggi selera orang, makin tinggi pula syarat keamanan dan kenyamanannya," kata Az Nasution. Jadi akhirnya konsumen sendiri yang harus jeli memilih. Maswir yang sedang gencar mempromosikan Mitsubishi Jet Star mengakui, kenyamanan paling menjadi perhatian utama produksinya. Disadari bahwa mobil jenis niaga lebih banyak digunakan sebagai mobil pengangkutan penumpang pada akhirnya. Maka segala segi dalam faktor kenyamanan berkendara sangat diperhatikan. "Hal itu pula yang mendorong kami melahirkan Hijet Zebra," ujar Edie Santosa bersungguh-sungguh. Az Nasution sendiri mengomentari kendaraan niaga yang dijadikan angkutan umum. Untuk ini ia mengutip slogan sistem perhubungan nasional yang menyebut aman, nyaman, cepat, dan tepat. Tetapi, ketika Lebaran lalu ia melihat kendaraan niaga jenis 1.000 cc dijejali lebih sepuluh penumpang. Itu pun masih ditambah dengan barang bawaan para penumpang tersebut. Jelas ini menyalahi aturan berkendara. "Untuk menjalankan slogan tersebut, tentu harus didukung fisik kendaraan yang bersangkutan," ucap Nasution. KOMPONEN Penunjang lainnya, tentu ikut terangkat dalam situasi kemajuan industri mobil niaga. Ban, accu, dan unsur penunjang lainnya. Pemilik kendaraan pertama, biasanya tak ingin direpotkan dengan berbagai perbaikan dan pemeliharaan mobilnya. Ini membuka peluang pemasaran berbagai alat bantu. Accu MF misalnya, yang menawarkan maintenance free. Artinya pengguna accu MF terbebas dari pemeliharaan, termasuk mengontrol apakah air accunya masih atau sudah berkurang. Pembeli mendapat jaminan dengan layanan purna jual. Hal ini berani dilakukan karena accu tersebut memang tak memerlukan perawatan, asal sistem kelistrikan pada mobil tersebut sempurna. Dan hal itu dijamin dengan pemeriksaan sistem kelistrikan cuma-cuma bagi pembeli. Susanto Bunyamin, Marketing Manager PT Goldi Pendawa yang mengageni accu MF menandaskan bahwa produknya itu cocok untuk jenis mobil niaga, terutama yang sudah dimodifikasi menjadi minibus. Letak accu mobil jenis ini biasanya tersembunyi dan ditutup dengan penutup yang semi permanen, sehingga menyulitkan untuk pemeriksaan berkala terhadap air accunya. Dengan menggunakan produk PT Goldin Pendawa, kesulitan itu akan teratasi. Tak ada lagi tutup yang menonjol untuk menuang air accu, sehingga penguapan melalui tutup itu tak terjadi. Lebih dari itu, plat bagian dalamnya dibuat dari campuran timah calcium yang ikut menahan penguapan. Susanto mengingatkan, jenis mobil niaga yang banyak digunakan kaum wanita, karena itu produknya dibuat tanpa melakukan perawatan lagi. Kepraktisan itu tentu merupakan layanan terhadap kian tingginya selera konsumen. Soal lain yang menuntut pemeriksaan berkala ialah minyak pelumas. STP menawarkan "vitamin" minyak pelumas yang disebut oil treatment. Minyak tambahan tersebut akan membantu pemilik mobil merawat bagian dalam mesin mobilnya. Dicampur pada minyak pelumas dengan perbandingan 1:10, setelah bercampur bahan tersebut bereaksi mempertahankan molekul-molekul minyak pelumas yang akan pecah karena panasnya mesin. Tony Chandra dan Toto Haryanto dari PT Laris Chandra, agen tunggal STP dl Indonesia mengatakan bahwa dengan penambahan bahan tersebut, usia pemakaian minyak pelumas dapat diperpanjang. "Selain mempertahankan molekul di saat panas, ia juga mempertahankan pemuaian," kata Tony. Namun, tentang sampai berapa kilometer minyak pelumas harus diganti, Tony dan Toto sama-sama sulit menjawab. Mereka hanya menyatakan bahwa dengan penambahan STP Oil treatment, usia pemakaiannya minyak pelumas bisa ditingkatkan sampai 50%. "Kalau menurut bengkel, maunya setiap 2.000 kilometer minyak pelumas diganti, "ujar Toto. Tetapi, dari suatu percobaan, bahkan tanpa oil treatment, sampai 10.000 kilometer tanpa diganti minyak pelumas juga tak apa-apa. Karena itu Tony dan Toto sulit menjawab dengan pasti. "Yang penting adalah memeriksa sekali sepekan minyak pelumas yang masih ada dalam mesin," tegas Toto. Toto juga menambahkan dan mengingatkan bahwa oil treatment bukanlah minyak pelumas. Bila bahan itu yang dijadikan minyak pelumas tanpa dicampur dengan minyak pelumas sesuai peraturan, maka mesin akan macet. "Karena kepekatannya yang tinggi," katanya. Bahan-bahan lain seperti oil treatment, disebut sebagai bahan additive untuk membantu perawatan kendaraan. "STP juga mengeluarkan gas treatment yang dicampur dalam bahan bakar, juga radiator treatmen sebagai bahan campuran air dalam radiator," jelas Tony. "Perkembangan bahan additive itu sebenarnya air dalam radiator," jelas Tony. "Perkembangan bahan additive itu sebenarnya mengikuti perkembangan otomotif yang semakin memerlukan kenyamanan, keamanan, serta dikendarai lebih cepat," kata Tony menambahkan. DARI omset penjualan kendaraan bermotor yang setiap tahunnya sekitar 144.000 unit, hampir 100.000 di antaranya adalah jenis niaga. Ini sudah turun bila dibandingkan dengan tahun 1981 ketika pasaran kendaraan bermotor mencapai 200.000 setahun. Menurut Subronto, meski sekarang kondisi pasar sedang sulit, pengembangan industri mobil tetap optimis. "Meski sekarang masih dalam taraf belajar, tetapi bidang karoseri justru mengambil porsi lebih besar," kata Subronto. Ia mengambil contoh, harga minibus yang berkisar enam sampai tujuh juga rupiah harganya. "Sepertiga dari harga itu adalah nilai tambah dari industri karoseri," katanya. Karena itu Subronto bangga, meski mobil datang dari Jepang, tetapi 30% nilai tambahnya berasal dari Indonesia. Alam Wiyono juga memikirkan untuk ekspor mobil-mobil niaga. Untuk itu memang perlu dipikirkan negara-negara berkembang mana yang bakal bisa dimasuki jenis kendaraan niaga seperti itu. Sebagai Ketua Umum GAIKINDO, Subronto menyatakan bahwa angka 600.000 unit sampai satu juta unit setahun produksi kendaraan niaga bukan merupakan impian, tetapi suatu tantangan yang harus dilakukan. Karena mobil niaga berkembang menjadi mobil keluarga Indonesia. Berarti pula makin mengembangkan industri karoseri yang merupakan khas Indonesia, dan bakal berkembang menjadi industri mobil produk Indonesia. Ditulis oleh Harso Widodo dan Canisyus Maran Tiga Silinder atau Empat Silinder? ISI silinder lebih kecil menjadikan konsumsi bahan bakar juga berkurang. Tetapi, orang khawatir akan tenaga yang dihasilkan makin berkurang. Kelemahan ini yang kemudian ditanggulangi dengan mengubah jumlah tabung silindernya. Mesin dengan tiga silinder untuk kelas 1.000 cc tampaknya ideal. Meski sempat menimbulkan perdebatan di antara para ahli otomotif. Karena itu tak mengherankan bila kemudian masyarakat pemakai mobil mempertanyakan kebolehan mesin tiga silinder. Daihatsu telah membuktikannya, sebagai contoh. Terbukti dari kemenangan berbagai rally internasional di Afrika dengan medan yang berat, oleh Daihatsu Charade, baik yang non turbo maupun kelas turbo. Kekuatan mesin tiga silinder sesuai bagi mesin dengan isi silinder kecil. Majalah Motor, sebuah majalah otomotif Inggris yang dinilai paling kritis dalam menilai mobil-mobil impor menulis bahwa akselerasi mesin kelas 1.000 cc Daihatsu dengan tiga silinder mampu mencapai 0-100 km/jam dalam waktu 16 detik. Berarti lebih gesit 0,9 detik dibanding dengan Sunny GLS (1.171 cc), dan lebih gesit 2,7 detik dari Escort L MK2. Para pembuat mesin tiga silinder berupaya mengejar efisiensi optimal dalam segala hal. Entah dari ratio daya, bobot mesin, pemakaian bahan bakar, dan pemeliharaan. Termasuk kemudahan pemeliharaan. Dari berbagai upaya tersebut, akhirnya malah menghasilkan biaya lebih murah untuk memproduksi mesinnya dibanding pada mesin yang sama dengan empat silinder. Dan dengan mesin tiga silinder yang bobotnya lebih ringan, distribusi beban kendaraan menjadi lebih ideal. Dalam jumlah komponen, mesin tiga silinder memerlukan komponen gerak lebih sedikit. Sehingga tingkat friksi menjadi lebih rendah. Karena itu, tenaga mesin yang hilang akibat gesekan juga bisa dikurangi, sehingga daya mesinnya yang efektif untuk menggerakkan kendaraan semakin bertambah. Satu-satunya handicap yang dihadapi mesin ganjil tiga silinder yaitu masalah vibrasi. Tetapi, Daihatsu dengan memasang counter balance shaft berhasil untuk mengurangi handicap tersebut. Vibrasi ditekan sampai batas minimal, sehingga mesin tetap bekerja baik/supel pada putaran stasioner, sekitar 700 rpm (tanpa AC). Jika dilengkapi AC, putaran stasioner cukup dinaikkan sampai 900 rpm. Innocenti, produsen mobil Italia juga memesan mesin 1.000 cc tiga silinder sebanyak 30.000 unit mesin setiap tahunnya dari Daihatsu. Mitsubishi yang menggunakan mesin ini pula untuk tipe Jet Star, karena pertimbangan berbagai performance yang ditampilkan. Ditambah pula dengan penggabungan teknologi Mitsubishi yang prima. Di Jepang, dan di beberapa negara lain, sedan Suzuki Forsa juga menggunakan mesin tiga silinder. Tiga syarat utama bagi mesin tiga silinder, yakni performance, irit bahan bakar, dan keunggulan suspensi menyebabkan mobil jenis ini menjadi pilihan. Kontroversi memang masih terjadi antara tiga silinder dan empat silinder untuk mesin kelas 1.000 cc. AZ Nasution SH., Wakil Ketua YLK hanya mengatakan bahwa yang diperlukan konsumen adalah keamanan penggunaannya, bukan masalah teknis yang sebenarnya tak banyak mereka ketahui. Komponen Menunjang Industri Karoseri TIDAKLAH berlebihan kalau disebut industri karoseri akan menjadi dasar dari industri mobil buatan Indonesia. Industri karoseri yang semula merupakan pekerjaan tangan, sekarang berkembang secara komponen. Industri ini pun menjadi berkembang karena permintaan konsumen terhadap mobil pribadi meningkat. Dan permintaan pasar terhadap mobil penumpang tak terpenuhi oleh jenis sedan karena harganya tinggi. Didorong pula dengan adanya Lomba Karoseri Laik Darat yang diselenggarakan oleh DLLAJR (Dinas Lalulintas dan Angkutan Jalan Raya). Ini menjadikan perusahaan karoseri semakin berhati-hati dan profesional terhadap pekerjaannya. Tidak asal terlihat bagus secara estetis. Karena dalam penilaian Lomba Karoseri Laik Darat ini nilai estetika kabarnya hanya 15%, sedangkan untuk konstruksinya 45%. "Kami sekarang tak bisa lagi bekerja tanpa gambar," kata Slamet dari perusahaan karoseri Malindo. Dulu memang ia, mengakui bahwa bekerja dengan gambar sulit dilakukan oleh tukang-tukangnya. Karena mereka semua adalah pekerja alam. Tetapi, kemajuan teknologi menuntut kondisi demikian. Lagi pula, bekerja dengan gambar sebenarnya menghindarkan jiplakan yang segera dilakukan oleh perusahaan karoseri lain kalau diketahui bahwa model tersebut laku dipasaran. Seorang pengusaha karoseri lain mengakui kegeramannya setelah melepaskan satu model yang laku di pasaran. Hanya dalam waktu singkat, model itu sudah dijual pula oleh perusahaan karoseri lain, meski dengan sedikit perubahan. Perkembangan industri karoseri nyatanya juga merangsang munculnya usaha komponen untuk menunjangnya. Fatullah, pengusaha komponen KSK (Karya Sarana Kareta) mengakui banyak mendapat bantuan dari para pengusaha karoseri. Pada mulanya, usaha itu memang mendapat tantangan dari para pengusaha karoseri, terutama tukangtukang pembuat karoseri. Usaha itu dilihat sebagai akan mematikan mata pencaharian mereka. Fatullah lalu mengadakan pendekatan dengan mereka, bahwa mereka masih tetap bisa bekerja, bahkan meningkatkan pendapatan mereka. "Dengan cara lama mereka hanya bisa mengerjakan beberapa unit dalam satu bulan, tetapi dengan sistem komponen mereka bisa menyelesaikan lebih banyak," jelas Fatullah. Dengan sistem komponen pula, kualitas menjadi lebih terjamin, dan waktu kerja menjadi lebih pendek. Dengan kata lain, dalam waktu yang sama bisa menyelesaikan lebih banyak. Kalau pembuatan karoseri masih dilakukan secara tradisional, bisa saja terjadi kekurangan bahan misalnya, dan si tukang akan mengambil plat kekurangan itu dengan plat yang ada di dekatnya. Dan untuk meratakan sambungan itu, juga memperindah bentuk lekukan, mau tak mau dempul pun harus berbicara dan banyak digunakan. Karena itu konsumen sering mengeluh bahwa mobilnya terlalu banyak menggunakan dempul. Konsumen yang makin kritis menjadikan usaha komponen makin berbicara. Dengan bantuan industri komponen semuanya menjadi serba persis, tinggal menggabungkan. Memang faktor seninya menjadi hilang, seperti pengakuan Budi Hermawan dari perusahaan karoseri Alexander. Bila ada yang mengatakan bahwa dengan sistem komponen maka bentuk karoseri akan menjadi seragam, rasanya tidak benar. Slamet mengatakan bahwa pada dasarnya memang sama, tetapi ada penambahan di beberapa sudut yang akan terlihat bahwa karoseri itu lain dengan yang sebelumnya. Fatullah sendiri mengatakan bahwa masih bisa dilakukan berbagai perubahan dari bentuk komponen dasar itu. Dan keuntungan yang didapat dengan sistem komponen ialah bentuk-bentuk lekukan menjadi manis tanpa bantuan dempul. Lagi pula plat yang digunakan sama tebalnya dengan plat mobil itu sendiri. Ini juga sudah menjadi persyaratan. Tetapi, bila plat tersebut dikerjakan secara pekerjaan tangan, maka dempul akan menjadi lebih tebal. Karena itu pengusaha karoseri yang masih membuat dengan cara pekerjaan tangan selalu menggunakan plat yang lebih tebal untuk mengurangi penggunaan dempul. Kerugian dari sistem komponen memang harus membuat dalam jumlah unit yang besar, karena sistem-tersebut menggunakan mesin pres untuk mencetak komponen-komponen tersebut. Namun, Fatullah tampaknya yakin bahwa industri karoseri nantinya akan berkembang kesana. Karena beberapa produsen sudah menganjurkan untuk menggunakan sistem tersebut. Mitsubishi misalnya sudah sejak lama menggunakan sistem tersebut dan bekerja sama dengan pabrik perakitan Permorin. Diharapkan sistem ini akan menjadi model pabrik karoseri masa depan. Swara Mahardhika dan Hijet Zebra DI TENGAH suara musik yang berdentam, beberapa gadis molek asuhan Guruh Sukarnoputra bertebaran dan menampilkan kepiawaian mereka dalam bertembang sambil bergoyang. Belum usai penonton terpaku oleh pertunjukan gadis-gadis berbikini dengan jas motif zebra, tiba-tiba ruangan dipenuhi asap dry-ice. Dari belakang panggung menyeruak mobil mini pick-up dengan seorang gadis bak Cleopatra di atapnya. Seluruh penonton menahan nafas. Diam. Dan terpukau menanti apa yang terjadi dalam adegan berikutnya. Gadis anggun dan menggairahkan itu tercenung. Wajahnya mengungkapkan rasa kecewa dan mengharap uluran tangan dari penonton. Perlahan namun pasti, mini pick-up bergerak mendekati penonton. Dari belakang panggung muncul pula minibus dengan penampilan mengesankan. Gadis tadi menoIeh. Wajahnya gembira menyambut kedatangan mobil istimewa yang didambakan. Pertunjukan grup Swara Mahardhika tersebut adalah bagian dari acara peluncuran perdana Daihatsu Hijet Zebra di Krakatau Hall, Hotel Horison, Jakarta, yang dihadiri para dealer dan perusahaan karoseri seluruh Indonesia. Edie Santosa, General Manager PT Astra International, Inc-MVD, dalam acara tersebut mengatakan bahwa Daihatsu Hijet Zebra secara konsepsional maupun uji lapangan terbukti mengungguli semua kelas mini pick-up kelas 1.000 cc. "Kunci sukses yang menjadikan kami selalu bertahan di puncak penjualan, karena kami terus menerus meningkatkan mutu teknologi dan layanan kepada para pemakai Daihatsu. Kepuasan pemakai dalam memiliki kendaraan pilihan, merupakan landasan kami bekerja," ujarnya Kemudian Edie menunjukkan fakta ketangguhan Daihatsu, sejak dari Bemo yang masih mampu beroperasi di jalan-jalan sampai sekarang, sampai kehadiran Daihatsu Charade Turbo yang merajai berbagai rally internasional. Di Indonesia, kendaraan Daihatsu kelas 1.000 cc tetap menjadi pilihan utama masyarakat karena mesinnya terbukti bandel, paling irit bahan bakar, dan terjamin layanan purna jualnya. Yang Baru Yang Menang Daihatsu Hijet Zebra merupakan hasil pengembangan dari Hijet 1.000 lama, sekaligus dimaksudkan sebagai kelanjutan sukses generasi sebelumnya. Berbagai penyempurnaan dilakukan setelah mengadakan riset dan pengembangan selama dua tahun disamping meneliti kebutuhan dan harapan konsumen di Indonesia Sehingga boleh dikatakan bahwa Daihatsu Hijet Zebra hasil pengembangan maksimal kendaraan niaga serba guna kelas 1.000 cc di Indonesia. Artinya, ukuran kendaraan paling ideal seimbang dengan tenaganya yang besar. Kalau meminjam istilah iklan mereka: Paling Lega, Tenaga Perkasa. Menumbangkan semua lawan di kelas 1.000 cc. Dalam uji coba di lapangan menunjukkan bahwa keperkasaan Daihatsu Hijet Zebra sungguh mengagumkan. Tes di tanjakan berat antara Bogor-Puncak-Tangkuban Perahu dengan beban 1.000 kg tenaganya tetap luar biasa meskipun menggunakan gigi perseneling dua, sementara mobil lain sekelasnya harus mengganti ke gigi perseneling satu. Hal ini bisa dimengerti, karena mesin Hijet Zebra telah diperbesar tenaganya 12,7 persen. Tes lain semakin menunjukkan Hijet Zebra begitu telak menumbangkan lawan. Dalam tes akselerasi (percepatan) 0 - 200 meter, ditempuh oleh Hijet Zebra hanya dalam waktu 13,6 detik, mobil lain sekelas memerlukan waktu 14,5 detik. Dalam tes di medan banjir dengan ketinggian air 300 mm, Hijet Zebra mampu menempuh jarak 1.000 m (kecepatan 330 km/jam) sebelum mogok. Sementara mobil lain sekelasnya hanya mencapai jarak 50 m (kecepatan 20 km/jam) sudah langsung mogok. Tes kebisingan di dalam ruangan membuktikan bahwa Hijet Zebra lebih nyaman, hanya 24 dB, mobil lain sekelasnya mencapai 28 dB. Tes injakan rem dalam keadaan normal sistem rem Hijet Zebra lebih ringan dan pakem, yakni 0,3G = 27,5 kg. Begitu pula dalam tes pendinginan mesin, pada kecepatan tinggi Hijet Zebra bekerja lebih sempurna dengan suhu yang lebih rendah (air = 98 derajat Celcius, dan oli = 130 derajat Ceicius), adapun mobil lain sekelas mencapai suhu air = 108 derajat Celcius, dan oli 142 derajat Celcius. Ditambah lagi dengan ukuran Daihatsu Hijet Zebra yang paling ideal untuk mobil niaga serbaguna kelas 1.000 cc, menjadikannya paling tepat untuk dimanfaatkan sebagai kebutuhan. Paling nyaman sebagai kendaraan keluarga. Paling menguntungkan untuk dijadikan kendaraan angkutan. Trend Baru Di Jakarta, memang belum begitu banyak Daihatsu Hijet Zebra yang beredar di jalanan. Namun, kehadiran mobil baru ini rupanya telah tercium luas di beberapa kalangan masyarakat. Irwan misalnya, profil yang mewakili anak muda Jakarta yang menggemari mobil serbaguna kelas 1.000 cc mengatakan: "Gue lebih mantap deh kalo ganti Zebra. Lebih Stabil. Ukuran peleknya pas kalo pakai radial. Dan tarikannya yahud," komentarnya bersemangat. Di kalangan karyawan yang memiliki minibus kelas 1.000 cc umumnya berkomentar senada. Erwin Ch, karyawan sebuah perusahaan swasta di Jakarta menegaskan, mengendarai Hijet Zebra saya tidak merasakan lagi mengemudikan mobil kecil. Nyaman untuk membawa keluarga. Dan lincah untuk di dalam kota. Fatullah, pengusaha komponen yang memasok pada beberapa industri karoseri menyambut kehadiran Hijet Zebra dengan bersemangat. "Ini berarti tambahan pekerjaan buat saya," katanya terus terang. "Saya harus menyediakan kebutuhan para pengusaha karoseri." Ketika ditanyakan mengenai jaminan pemilikan, umumnya mereka percaya dan tidak ragu lagi seperti halnya jaminan pemilikan bagi Daihatsu Hijet 1.000 lama. Nama Astra memiliki reputasi terpercaya sebagai perusahaan penjual yang menjamin layanan purna jual yang memuaskan. Misalnya, terdapat bengkel pemeliharaan di seluruh Indonesia dan sukucadang mudah didapat. Lebih lanjut, Edie Santoso selaku pihak penjual menyadari, "Sekarang konsumen Indonesia lebih kritis. Lebih teliti dan jangan sekali-kali mencoba membodohi, apalagi menipu dengan janji-janji yang kosong. Karena itulah, kami justru menyarankan kepada konsumen untuk membandingkan kelebihan Hijet Zebra dengan mobil serbaguna lain yang sekelas, untuk meneliti sebelum membeli. Sehingga betul-betul dapat membuktikan sendiri bahwa selain ukurannya paling ideal dan tenaganya lebih perkasa, Hijet Zebra sebagai kendaraan generasi baru, lebih lincah dan paling irit bahan bakar." IKLAN

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus