Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Wendrika, Talenta Muda Peruntuh Sekat Sektarian di Desa Gambut

Di Sungai Nipah, Wendrika mendorong warga untuk memanfaatkan lahan gambut milik Pondok Pesantren untuk dijadikan lahan produktif.

8 Agustus 2020 | 11.04 WIB

Wendrika dalam acara bersama Pramuka Peduli Gambut.
Perbesar
Wendrika dalam acara bersama Pramuka Peduli Gambut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

INFO NASIONAL - Pak Salam (54 tahun), warga Desa Sungai Nipah, Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat, sedang sibuk membungkus teh Rosela produksi kelompoknya. Usaha ini dirintisnya setahun lalu. Sekarang ia punya toko online di sebuah marketplace terkenal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Produksi teh ini bermula dari melimpahnya tanaman Rosela yang dibudidayakan Salam dan kawan-kawan di lahan milik Ponpes Ainul Yaqin Al-Mubarok, satu-satunya pesantren yang ada di desanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

“Wendrika yang awalnya memfasilitasi kami mengembangkan pertanian tanpa bakar di lahan pesantren ini. Kemudian ia mengajak kami mengolah rosela ini menjadi teh,“ kata Salam.

Wendrika yang disebut Salam adalah seorang perempuan muda yang bertugas menjadi fasilitator Desa Peduli Gambut di Sungai Nipah. Lulus dari Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak tahun 2018 lalu, Wendrika terpilih menjadi fasilitator. Program Desa Peduli Gambut (DPG), sebuah program pendampingan desa yang dijalankan Badan Restorasi Gambut (BRG).

Wendrika sangat menikmati tinggal di desa dan mendedikasikan hidup mendampingi masyarakat. Sebelum bertugas di Sungai Nipah, ia menghabiskan waktu setahun mendampingi desa lainnya yaitu Desa Tri Mandayan di Kecamatan Teluk Keramat Kabupaten Sambas.

Pembuatan sekat kanal swadaya dan mandiri di Desa Tri Mandayan, Kalimantan Barat.

Sebelum menjadi Fasilitator DPG, perempuan Dayak asal Kabupaten Sekadau ini sempat bergabung dalam kegiatan pendampingan petani perempuan yang dilakukan sebuah LSM di Kabupaten Sintang. Berbekal pengalaman tersebut, Wendrika tidak canggung lagi berbaur dengan masyarakat desa dalam tugasnya sebagai fasilitator desa. “Saya percaya, kalau kita berniat baik maka masyarakat akan menerima kita dengan baik pula,” ujarnya.

Tidak berlebihan ia mengatakan itu karena Wendrika pada awalnya harus menghadapi kecanggungan. Wendrika seorang penganut Katolik yang taat, sementara desa-desa dimana ia bertugas dihuni oleh mayoritas Muslim. Namun perbedaan ini bukan penghambat baginya untuk memberikan pendampingan yang tulus kepada warga masyarakat kedua desa.

Di Sungai Nipah, Wendrika mendorong warga untuk memanfaatkan lahan gambut milik Pondok Pesantren untuk dijadikan lahan produktif. Tidak hanya itu, seperti yang diceritakan Pak Salam di atas, Wendrika juga berperan besar membangun UMKM di pesantren tersebut.

Perbedaan keyakinan sama sekali bukan faktor penghambat baginya untuk membantu masyarakat. Tiap hari Wendrika bolak-balik ke Kantor Desa untuk berkoordinasi terkait kegiatan dan terus mendampingi bapak-ibu petani mengelola lahan gambut. Tidak jarang warga di malam hari juga datang ke tempatnya tinggal untuk sekedar diskusi dan berkonsultasi.

Semua dijalaninya dengan riang-gembira dan tidak pernah mengeluh. Wendrika rajin bertanya kepada siapapun menyangkut hal-hal yang belum dimengertinya. Karena upaya keras dan ketulusannya itu, dia mendapatkan kepercayaan dan disayangi masyarakat. “Kami menginginkan Wendrika tetap menjadi pendamping kami,” kata Asmuni, Kepala Dusun Saiyung Desa Tri Mandayan.

Wendrika saat melakukan praktik pengolahan Rosela untuk Pesantren Peduli Gambut (PPS) di Desa Sungai Nipah.

Wendrika sendiri punya talenta yang kuat dalam berkomunikasi. Kemampuan komunikasinya kepada berbagai kalangan, luar biasa. Apapun usulan dan ajakannya terkait upaya restorasi gambut, disambut antusias oleh masyarakat dan pemerintah desa.

Di Desa Tri Mandayan, misalnya, Wendrika berhasil mengajak masyarakat membangun sekat kanal secara swadaya. Ia juga mengajak para Bhabinkamtibmas untuk menyebarkan metode pengelolaan lahan tanpa bakar di lahan gambut.

Wendrika juga berinisiatif membentuk gerakan Pramuka Peduli Gambut di SMA I Teluk Keramat. Pelajar anggota pramuka ini diajaknya mengunjungi demplot PLTB untuk mengenal langsung ekositem gambut. Bahkan ia diminta berceramah tentang perlindungan ekosistem gambut didepan mahasiswa baru Politeknik Negeri Sambas.

Apa yang telah dilakukan Wendrika memperkuat optimisme kepada kita bahwa harmoni antar umat beragama itu sangat mudah dilakukan sepanjang ada ketulusan. Sekat sektarian tidak berlaku di desa-desa peduli gambut.(*)

Prodik Digital

Prodik Digital

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus