Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

<font face=arial size=1 color=#ff9900>Palestina</font><br />Berhadiah Nikah, Uang, dan Haji

Setelah bebas, para tahanan Palestina menerima uang tunai US$ 2.000 dan naik haji gratis dari pemerintahnya dan Raja Arab.

12 Desember 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tidak ada hari yang paling membahagiakan bagi Abdurahman Rabi' Shihab, 32 tahun. Pada Jumat, 25 November 2011, dengan gemetar Abdurahman mengucap janji di Masjid Al-Umari, Jabalia, Gaza Utara. Kepada ayah Mannah Abboraboh, ia berikrar untuk bertanggung jawab lahir-batin atas putrinya.

Setelah pemerintah Israel membebaskannya dari penjara Beersheba pada 18 Oktober 2011, giliran Raja Arab Saudi Abdullah dan Perdana Menteri Palestina Ismail Haniya menghadiahi Abdurrahman pernikahan dengan seorang gadis Gaza, plus tunjangan tunai US$ 2.000 dan naik haji gratis.

"Antara percaya dan tidak percaya, semua teman-teman bilang saya harus berbahagia, karena ini awal kemerdekaan Palestina," ujar Abdurahman. Sebelumnya ia sempat khawatir akan nasibnya ketika namanya disebut petugas Israel. Maklum, Abdurahman sudah menjadi penghuni Penjara Beersheba sejak umur 10 tahun.

Abdurahman adalah satu dari ribuan lelaki Palestina yang ditahan Israel karena tuduhan melawan Israel. Ia ditangkap ketika masih duduk di bangku ibtidaiyah atau sekolah dasar. Saat itu ia dan teman-temannya melempari tentara Israel dengan batu. Mereka geram karena kebun mentimun, kentang, dan terong milik orang tua mereka dihancurkan tentara Israel.

Tanpa diadili, Abdurahman bersama teman-temannya langsung disel. Vonis Abdurahman, 35 tahun. Meski menghabiskan 22 tahun hidupnya di penjara, tidak terlintas sedikit pun di benak Abdurahman untuk menghentikan perlawanan terhadap Israel.

"Sebenarnya sedih juga ketika saya harus meninggalkan teman-teman yang masih di dalam, tetapi mereka mengatakan kepada saya, kebebasan ini adalah awal perjuangan saya demi kemerdekaan Palestina," ujar Abdurahman kepada Abdullah Onim, relawan Mer-C, sebuah organisasi kemanusiaan dari Indonesia, di Gaza, yang menghadiri pernikahannya.

Abdurahman memang tergolong beruntung. Dia berkisah, ada orang Palestina yang harus menjalani masa tahanan hingga 300 tahun dan meninggal di dalam penjara. Jenazahnya pun tetap berstatus tahanan karena tentara Israel melarang keluarganya mengambil jenazah.

Ada juga yang dibebaskan dalam keadaan cacat. Rupanya, selama 13 tahun, tahanan yang tidak ingin disebut namanya ini dikurung dalam ruang sempit, 1 x 60 sentimeter. Ia mengaku tidak bisa melihat matahari dan hanya menandai adanya kehidupan di luar lewat serangga, seperti kecoak, yang keluar-masuk selnya untuk memakan sisa roti.

Tahanan lain yang ikut dibebaskan dan menerima hadiah pernikahan adalah Bassil Hasyim Abid Fatah, 32 tahun. Dia mendekam di penjara sejak berumur 18 tahun dan hanya menjalani hukuman tujuh tahun, tanpa peradilan, dan dikirim ke Beersheba.

Bassil ditangkap karena melawan tentara Israel yang mencoba memasuki Kota Jabalia di Gaza Utara. Setelah bebas, Bassil sempat menjadi relawan pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza. "Saya berterima kasih dan mendoakan rakyat Indonesia atas bantuan ini," ujarnya.

Sepanjang sejarah konflik Israel-Palestina, baru kali ini Israel membebaskan tahanan perempuan. Dua tahanan perempuan asal Kota Khalil, Tepi Barat, bebas bersama Abdurrahman dan Bassil. Salah satunya adalah Ahlam Tamimi, 38 tahun. Ia dihukum seumur hidup atas tuduhan membunuh 10 tentara Israel. "Ia menanam ranjau, meledakkan tank Israel, dan masuk ke markas pertahanan Israel," ujar Abdillah Onim.

Israel dan Palestina akhirnya sepakat melakukan pertukaran tahanan, setelah prajurit Israel, Gilad Shalit, dibebaskan otoritas Palestina. Ketika tentara Israel menyerang Kota Khan Younis, Gaza Selatan, pada 2006, pejuang Palestina berhasil menyandera beberapa tentara Israel, salah satunya Shalit. Sejak itu Israel gencar melakukan serangan di wilayah Palestina, mendesak agar Shalit dibebaskan. Warga Palestina yang dianggap mengetahui keberadaan kopral Shalit ditangkap dan ditahan.

Akhirnya, Mesir bersedia menjadi penengah perundingan damai Palestina-Israel, yang menghasilkan kesepakatan tukar tahanan. Puncaknya, pada 18 Oktober 2011, Israel menepati janji: menukar Shalit dengan 1.027 tahanan orang Palestina.

Cheta Nilawaty

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus