Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
REKOR itu pecah di tangan Presiden Filipina ke-13, Joseph Ejercito Estrada. Rabu pekan lalu, Sandiganbayan—Pengadilan Korupsi Filipina—menjatuhkan vonis bui seumur hidup bagi Estrada, 70 tahun. Inilah hukuman terberat yang pernah dijatuhkan lembaga itu sejak berdiri pada 1998. Erap, begitu dia biasa disapa, menolak keras vonis. Dia langsung meminta banding ke Mahkamah Agung.
”Ini keputusan politis,” ujarnya setelah hakim membacakan keputusan. Erap menuding Presiden Gloria Macapagal-Arroyo berada di belakang nasib buruknya. Proses peradilan Estrada berlangsung pasang-surut selama enam tahun sebelum putusan dijatuhkan. Hakim dan jaksa pernah diganti karena dianggap tak mampu. Maka pihak kejaksaan lega tak terkira setelah hakim menjatuhkan vonis dengan hukuman jumbo tersebut.
”Ini kesempatan terakhir bagi negara untuk menunjukkan kita bisa mendakwa, mengadili, dan memvonis pejabat publik tanpa memperhatikan jabatannya,” ujar Dennis Villa-Ignacio. Dialah jaksa khusus yang menangani kasus Estrada. Presiden Arroyo hanya berkomentar singkat dan diplomatis mengenai nasib bekas bosnya itu: ”Kita mematuhi apa yang telah diputuskan pengadilan,” ujar Arroyo.
Berawal pada Oktober 2001, pengadilan terhadap Estrada menyertakan empat dakwaan yang bermuara pada korupsi. Dia dituduh merugikan negara US$ 85 juta atau sekitar Rp 799,55 miliar. Hanya dua dari empat dakwaan yang terbukti, yaitu menerima uang dari perjudian ilegal serta menerima komisi dalam penjualan saham dana pensiun pemerintah. Pengadilan kemudian menyita aset-aset milik Estrada senilai 731 juta peso (sekitar Rp 148 miliar) dan membekukan rekeningnya, US$ 87 juta.
Estrada, yang memimpin Filipina pada Juni 1998-Januari 2001, adalah orang dengan jabatan tertinggi yang pernah divonis Sandiganbayan. Keputusan berani itu mendongkrak citra peradilan Filipina yang selama ini memble. Selama Sandiganbayan berdiri, hingga Mei 2006, hanya 27 pejabat ”tingkat tinggi” yang pernah divonis, termasuk dua gubernur. Sejak 2001 hingga Mei 2006, sekitar 53,4 persen atau 3.909 kasus tertunda penyelesaiannya. Yang dapat diadili hanya 19,3 persen atau 1.403 kasus. Sisanya gagal masuk pengadilan.
Sebelum menjadi presiden, Estrada adalah bintang film yang populer. Pernah bermain di sekitar 100 film, dia kerap memerankan tokoh pahlawan miskin—citra yang dia pakai betul saat berkampanye merebut kursi presiden pada 1998. Dan dia berhasil. Erap juga menjabat selama 16 tahun sebagai Wali Kota San Juan, sebuah wilayah pinggiran Manila—sebelum melaju ke Istana Malacanang.
Saat menjejak puncak kekuasaan, Erap berikrar dia dan keluarganya tak akan main curang dan tak bakal mengambil keuntungan satu sen pun dari jabatan presiden. Dia bahkan mendorong Sandiganbayan agar giat dalam mengadili kasus-kasus korupsi. Tapi pengadilan membuktikan dia justru menjadi miliuner dalam waktu singkat setelah menjadi presiden.
Padahal dia tidak berasal dari keluarga kaya lama seperti sejumlah politikus di lingkaran elite politik Filipina. Umpamanya Corazon Aquino, Fidel Ramos, dan Gloria Macapagal-Arroyo. Mereka berasal dari ”dinasti” kaya raya dan terpandang. Adapun Erap lahir di Tondo—kawasan miskin di Manila. Nama aslinya Joseph Ejercito. Dia putus sekolah dan diusir ayahnya dari rumah. Dari buku telepon, dia kemudian menemukan nama Estrada, yang terus dipakainya sampai sekarang.
Estrada dikenal perlente dan menjaga penampilan. Saat menuju pengadilan pada Rabu pekan lalu, dia melangkah dengan gagah ke ruang sidang sambil melambaikan tangan. Tapi vonis melesakkannya ke dalam kesedihan. Bahunya luruh, senyumnya hilang. Toh, dia masih ”beruntung”. Setelah vonis, dia boleh kembali ke vilanya dan tidak langsung digiring ke bui. Vilanya terletak di kawasan eksklusif Tanay, Provinsi Rizal, sekitar 50 kilometer dari Manila.
Di sinilah Estrada menjalani tahanan rumah selama lima tahun lebih. Di sini pula bekas presiden itu menghabiskan waktu dengan urusan-urusan yang jauh dari politik: setiap pagi, dia memulai aktivitasnya dengan memberi makan ikan-ikan hias.
Purwani Diyah Prabandari (ABS-CBN, Inquirer, BBC)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo