Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

<font face=verdana size=1><B>Philipina</B></font><br />Terjungkal di Sandiganbayan

Mantan presiden Joseph Estrada divonis penjara seumur hidup. Hukuman tertinggi dalam sejarah Pengadilan Korupsi Filipina.

17 September 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

REKOR itu pecah di tangan Pre­siden Filipina ke-13, Joseph Ejercito Estrada. Rabu pekan lalu, Sandiganbayan—Pengadilan Korupsi Filipina—menjatuhkan vonis bui se­umur hidup bagi Estrada, 70 tahun. Inilah hukuman terberat yang pernah dijatuhkan lembaga itu sejak berdiri pada 1998. Erap, begitu dia biasa disapa, menolak keras vonis. Dia langsung meminta banding ke Mahkamah Agung.

”Ini keputusan politis,” ujarnya se­telah hakim membacakan keputusan. Erap menuding Presiden Gloria Macapagal-Arroyo berada di belakang nasib buruknya. Proses peradilan Estrada berlangsung pasang-surut selama enam tahun sebelum putusan dijatuhkan. Hakim dan jaksa pernah diganti karena dianggap tak mampu. Maka pihak kejaksaan lega tak terkira setelah hakim menjatuhkan vonis dengan hukuman jumbo tersebut.

”Ini kesempatan terakhir bagi nega­ra untuk menunjukkan kita bisa mendak­wa, mengadili, dan memvonis pejabat­ publik tanpa memperhatikan jabat­an­nya,” ujar Dennis Villa-Ignacio. Dia­lah jaksa khusus yang menangani kasus ­Estrada. Presiden Arroyo hanya ber­komentar singkat dan diplomatis me­ngenai nasib bekas bosnya itu: ”Kita mematuhi apa yang telah diputuskan peng­adilan,” ujar Arroyo.

Berawal pada Oktober 2001, pengadil­an terhadap Estrada menyertakan empat dakwaan yang bermuara pada korupsi. Dia dituduh merugikan negara US$ 85 juta atau sekitar Rp 799,55 miliar. Hanya dua dari empat dakwaan yang terbukti, yaitu menerima uang dari perjudian ilegal serta menerima komisi dalam penjualan saham dana pensiun pemerintah. Pengadilan kemudian menyita aset-aset milik Estrada senilai 731 juta peso (sekitar Rp 148 miliar) dan membekukan reke­ningnya, US$ 87 juta.

Estrada, yang memimpin Filipina pada Juni 1998-Januari 2001, adalah orang dengan jabatan tertinggi yang pernah divonis Sandiganbayan. Keputusan berani itu mendongkrak citra peradilan Filipina yang selama ini memble. Selama Sandiganbayan berdiri, hingga Mei 2006, hanya 27 pejabat ”tingkat tinggi” yang pernah divonis, termasuk dua gubernur. Sejak 2001 hingga Mei 2006, sekitar 53,4 persen atau 3.909 kasus tertunda penyelesaiannya. Yang dapat diadili hanya 19,3 persen atau 1.403 kasus. Sisanya gagal masuk pengadilan.

Sebelum menjadi presiden, Estrada adalah bintang film yang populer. Pernah bermain di sekitar 100 film, dia kerap memerankan tokoh pahlawan miskin—citra yang dia pakai betul saat berkampanye merebut kursi presiden pada 1998. Dan dia berhasil. Erap juga menjabat selama 16 tahun sebagai Wali Kota San Juan, sebuah wilayah pinggir­an Manila—sebelum melaju ke Istana Malacanang.

Saat menjejak puncak kekuasaan, Erap berikrar dia dan keluarganya tak akan main curang dan tak bakal meng­ambil keuntungan satu sen pun dari jabatan presiden. Dia bahkan mendorong Sandiganbayan agar giat dalam meng­adili kasus-kasus korupsi. Tapi peng­adilan membuktikan dia justru menjadi miliuner dalam waktu singkat setelah menjadi presiden.

Padahal dia tidak berasal dari keluarga kaya lama seperti sejumlah politikus di lingkaran elite politik Filipina. Umpamanya Corazon Aquino, Fidel Ramos, dan Gloria Macapagal-Arroyo. Mereka berasal dari ”dinasti” kaya raya dan terpandang. Adapun Erap lahir di Tondo—kawasan miskin di Manila. Nama aslinya Joseph Ejercito. Dia putus sekolah dan diusir ayahnya dari rumah. Dari buku telepon, dia kemudian menemukan nama Estrada, yang terus dipakai­nya sampai sekarang.

Estrada dikenal perlente dan menjaga penampilan. Saat menuju pengadilan pada Rabu pekan lalu, dia melangkah dengan gagah ke ruang sidang sambil melambaikan tangan. Tapi vonis melesakkannya ke dalam kesedihan. Bahunya luruh, senyumnya hilang. Toh, dia masih ”beruntung”. Setelah vonis, dia boleh kembali ke vilanya dan tidak langsung digiring ke bui. Vilanya terletak di kawasan eksklusif Tanay, Provinsi Rizal, sekitar 50 kilometer dari Manila.

Di sinilah Estrada menjalani tahanan rumah selama lima tahun lebih. Di sini pula bekas presiden itu menghabiskan waktu dengan urusan-urusan yang jauh dari politik: setiap pagi, dia memulai aktivitasnya dengan memberi makan ikan-ikan hias.

Purwani Diyah Prabandari (ABS-CBN, Inquirer, BBC)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus