Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

<font size=1 color=brown>Inggris</font><br />Pesta Beraneka Makna

Warga London memeriahkan pernikahan Pangeran William-Kate Middleton dengan menggelar pesta jalanan. Ada pula warga yang mencibir dan memboikot pesta itu.

2 Mei 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lisa Harrison rela menempuh perjalanan tiga jam menggunakan bus National Express dari Leicester di wilayah East Midlands menuju London. Dia ingin ikut merayakan pernikahan akbar Catherine Middleton dengan Pangeran William. Namun, tidak seperti sejumlah pencinta keluarga Kerajaan Inggris lain, yang bersedia tidur di tenda-tenda di trotoar depan Gereja Westminster Abbey, tempat pernikahan dilakukan, Lisa bersama kekasihnya mendirikan tenda mereka di Camp Royale, daerah perkemahan yang khusus didirikan untuk menyambut acara gegap-gempita ini.

Camp Royale, yang berlokasi di Taman Clapham Common, London Selatan, hanya berjarak kira-kira 25 menit dari Istana Buckingham dan pusat Kota London. Tempat perkemahan dadakan ini mengutip 75 pound sterling per orang untuk menginap selama tiga hari dan setengah harga untuk anak-anak bagi mereka yang membawa tenda sendiri. Selain itu, mereka menyediakan tenda-tenda mewah, lengkap dengan ranjang dan layanan bagai hotel bintang empat, khusus bagi mereka yang bersedia membayar di atas 1.000 pound sterling per tenda.

”Saya akan berpesta bersama teman-teman saya dan menonton upacara pernikahan lewat layar raksasa di Camp Royale,” kata Lisa kepada Tempo. Camp Royale, yang didirikan di taman yang dikenal sebagai tempat kaum homoseksual mencari teman kencan itu, memang menawarkan kesempatan berpesta besar di sana. ”Saya sendiri sudah gila-gilaan mempersiapkan diri,” ujar Lisa. Dia mengaku membawa hiasan meriah untuk mendekorasi tendanya, perlengkapan makan berhias bendera Union Jack, replika cincin pertunangan Kate Middleton, dan pakaian yang semuanya berwarna merah-putih-biru, yang merupakan warna bendera Inggris. ”Yang paling penting, saya juga membawa baju tracksuit yang saya hias sendiri dengan tulisan ’Kate Will’ untuk dipakai pada saat pesta,” dia menambahkan.

Pesta rakyat memang menandai hari pernikahan yang menjadi hari libur nasional Inggris ini. Street party atau pesta jalanan, yang menjadi tradisi Inggris sejak 1919 dalam merayakan peristiwa yang berhubungan dengan kerajaan atau peristiwa nasional lainnya, akan digelar di 5.500 jalan di Inggris (825 di antaranya berada di Ibu Kota London). Pesta jalanan ini biasanya dikelola oleh penduduk setempat. Untuk itu, mereka harus meminta izin khusus kepada pemerintah setempat buat menutup jalan sehingga tidak ada lalu lintas.

Di jalan-jalan yang ditutup, para penduduk bisa membawa meja, kursi, peralatan makan, serta makanan dan minuman untuk dimakan beramai-ramai. Anak-anak dapat berlarian di jalan yang bebas lalu lintas. Permainan untuk anak-anak juga diadakan, mulai menghias wajah, lomba membawa kelereng, hingga lomba balap karung. Pesta jalanan akan semakin meriah dengan munculnya pesta-pesta informal yang dilakukan tanpa meminta izin dan tanpa menutup jalan.

Organisasi Street Alive, yang mempromosikan dan mendorong agar pesta komunitas semacam ini terus berkelanjutan, memperkirakan satu juta orang di Inggris menikmati pesta semacam ini pada Jumat, 29 April lalu. Inilah pesta masyarakat termeriah dalam 30 tahun terakhir. Pesta semarak dalam skala sebesar ini terakhir mewarnai Inggris ketika Pangeran Charles, ayah Pangeran William, menikahi Putri Diana.

Bagi kebanyakan orang, pesta jalanan adalah alasan untuk bisa bersosialisasi dengan para tetangga, seperti kata Caroline Carr, yang membantu menyelenggarakan pesta jalanan di Copleston Road, London Selatan. ”Saya bukan pendukung keluarga kerajaan, apalagi ini masa sulit untuk banyak warga Inggris dengan adanya pemotongan anggaran belanja dan lain-lain,” ujarnya. ”Tapi saya selalu mendukung acara komunitas dan hal-hal yang diadakan dengan semangat bertetangga yang baik. Karena itu, saya bersedia membantu,” dia menambahkan sambil menyelipkan selebaran tentang pesta di Copleston Road pada kotak surat rumah tetangganya.

Ucapan senada dilontarkan Chris Morley, yang mengaku tidak peduli mengenai keluarga kerajaan. ”Tapi saya senang bertemu dan berkenalan dengan tetangga, jadi saya akan datang,” katanya sambil menambahkan bahwa pesta jalanan di dekat rumahnya akan menyertakan pula layar besar untuk menonton siaran langsung upacara pernikahan. ”Putri saya yang berusia 9 tahun sangat ingin menonton. Sedangkan saya hanya ingin bertemu dengan tetangga. Untung, kedua hal ini bisa digabungkan,” katanya.

Jonathan Brothers, yang mengorganisasi pesta jalanan di Swift Gardens, Woolston, sebuah daerah di Southampton, Inggris Tenggara, juga menganggap pernikahan keluarga kerajaan justru menjadi pengikat bagi acara silaturahmi dengan tetangga. ”Saat pernikahan keluarga kerajaan pada 1981, banyak dari kami masih kecil. Jadi ini kesempatan bagi kami untuk membalas kepada generasi lebih tua yang dulu mengadakan pesta jalanan dan untuk menunjukkan kepada generasi yang lebih muda akan pentingnya memiliki semangat kemasyarakatan yang baik,” kata Jonathan.

Dia menyatakan semua orang suka kepada William dan Kate. ”Mereka muda, fashionable, dan menjadi role model kerajaan yang baik untuk generasi Facebook. Dalam beberapa tahun lagi, mereka bisa menjadi raja dan ratu. Jadi bagus bagi kami untuk merayakan pernikahan calon pemimpin bangsa kami,” Jonathan menambahkan. Dia juga menyebutkan ada 70 rumah di jalan tempat tinggalnya yang ikut berpartisipasi. Para tetangga, katanya, diharapkan datang beramai-ramai membawa keluarga dan teman-teman mereka dengan mengenakan pakaian ”patriotik” alias mengikuti tiga warna bendera Union Jack.

”Jalan kami juga sudah dihiasi dengan bendera dan hiasan lain sejak seminggu ini. Kami bahkan punya foto besar William dan Kate yang dicetak di atas kertas karton sebesar ukuran tubuh asli mereka,” kata Jonathan kepada Tempo. Foto itu, menurut dia, sangat populer di antara para tetangga yang ingin mencium calon raja dan ratu.

Tanpa pesta jalanan di luar daerah Westminster dan Istana Buckingham yang menjadi pusat aktivitas pernikahan, London tidak terasa sedang menjadi tuan rumah peristiwa akbar yang disorot jutaan mata di seluruh penjuru dunia, apalagi suasana di luar London. ’’Di daerah saya, pesta jalanan tidak ada,’’ kata Atik Brougham, wanita Indonesia yang menikah dengan pria Inggris dan kini menetap di daerah Manchester.

Dibandingkan dengan saat-saat berlangsungnya pertandingan sepak bola besar, seperti Piala Dunia dan Piala Eropa, terlihat perbedaan besar. Saat pertandingan sepak bola, di mana-mana terlihat bendera Inggris, termasuk di jendela dan rumah-rumah warga. Untuk pernikahan ini, tak terlihat kemeriahan semacam itu.

Alasannya jelas: tidak semua orang sepositif Jonathan dalam menyambut pernikahan Kate dan William. Neilson, penduduk daerah East Dulwich, di London Selatan, yang mengaku tidak menyukai monarki, memutuskan akan menutup tirai jendelanya jika pesta jalanan diadakan di jalan rumahnya. Bob, warga East Dulwich lainnya, sepakat dengan Neilson, yakni tidak ikut berpartisipasi. Pernikahan semacam ini, menurut dia, mengeruk uang pajak rakyat, yang sudah hidup dalam kesusahan. Keluarga Kerajaan Inggris memang dibiayai oleh dana dari masyarakat. BBC memperkirakan jumlah uang yang diberikan kepada keluarga kerajaan sekitar 41,5 juta pound sterling per tahun.

Peter Prior dan pasangannya, Carol Hickey, memilih jalan pintas dengan pergi berlibur ke Italia saat pernikahan Kate dan William dilangsungkan. ”Kami bukan penggemar keluarga kerajaan, dan tidak mau tahu dengan apa yang terjadi. Jadi kami memilih mengungsi saja sementara,” kata Peter. Dia mengaku juga menghindari pernikahan Pangeran Charles dengan Putri Diana, 30 tahun lalu, dengan berlibur di Swiss.

Lenah Susianty (London)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus