Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

<font size=1 color=#FF9900>INDIA</font><br />Menuding Mujahidin

Mumbai dihantam tiga bom. Polisi menuding keterlibatan kelompok Islam garis keras Mujahidin India.

25 Juli 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RABU sore yang tenang, pusat perdagangan berlian Zaveri Bazaar, Mumbai, berubah menjadi petaka. Sebuah bom meledak saat warga tengah menikmati teh sore di kafe pinggir jalan. Tiga ledakan be­runtun mengguncang pusat Kota Mumbai pada Rabu dua pekan lalu. Ledakan pertama terjadi di Zaveri Bazaar pukul 6.45 petang. Sekejap kemudian, ledakan kedua terdengar di halte bus Kabutar Khana, dekat stasiun kereta Dadar. Selang sepuluh menit, ledakan bom rakitan meluluhlantakkan Opera House di sebelah selatan Kota Mumbai.

Bom meledak pada jam paling sibuk di Mumbai. Akibatnya fatal: 21 orang tewas dan 144 terluka. Situasi Mumbai mencekam. ”Itu serangan terhadap jantung India,” kata Menteri Besar Maharashtra Prithviraj Chavan. Tidak ada satu pun organisasi teroris yang mengaku bertanggung jawab.

Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan IRNA, Asif Mohd Khan dari Majelis New Delhi menuding Mossad dan Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA) berada di balik insiden itu. ”Kaitan badan-badan intelijen Israel dan Amerika tak dapat dikesampingkan dalam serangan bom terkoordinasi itu,” katanya. Menurut dia, Mossad dan CIA ingin menggagalkan proses dialog yang sedang berlangsung antara India dan Pakistan, yang terhenti setelah serangan Mumbai pada 2008.

Di tengah tudingan politis itu, polisi dan Detasemen Antiterorisme (ATS) berusaha mencari petunjuk. Mereka menemukan beberapa kesamaan dengan pengeboman pada 2008. Berdasarkan bukti forensik, pelaku menggunakan bom rakitan dengan amonium nitrat. Bom diaktifkan dengan pengatur waktu. Bom Opera House, yang ledakannya terbesar, dimasukkan dalam sebuah kotak makan siang logam dan diletakkan di ceruk tanah. Bom di Dadar dipasang pada sedan Esteem Maruti, yang diparkir di dekat halte bus.

Semua rekaman kamera pengintai di lokasi ledakan tidak luput diperiksa. Seorang pria tertangkap kamera dengan gerak-gerik mencurigakan. ”Pria dengan topi olahraga, kaus, dan jins terlihat berdiri celingukan sebelum ledakan Opera House,” kata seorang petugas. Bukti yang sama ditemukan dari kamera di Zaveri Bazaar.

Sketsa wajah segera dibuat. Berbekal sketsa ini, tim gabungan dari ATS dan reserse India menyebar ke seluruh negara bagian, termasuk Madhya Pradesh, Delhi, Rajasthan, dan Gujarat. Penyisiran dilakukan hingga ke hutan Dang di perbatasan Gujarat-Maharashtra. Di sinilah para teroris diduga bersembunyi.

Petunjuk lokasi pencarian ini diperoleh dari Abu Faisal, operator Mujahidin India yang kini dipenjara di Madhya Pradesh. Dia membocorkan: pemuda-pemuda asal Bengali Barat dan Gujarat mungkin terlibat. Kepada polisi, Abu Faisal memberikan enam nama. ”Saat dicek, keenamnya menghilang dari rumah mereka,” katanya.

Nama Abu Faisal sebetulnya diarahkan oleh Danish Riyaz. Dia adalah anggota Mujahidin India yang ditahan polisi Gujarat karena kasus pada 2008. Riyaz adalah ahli perangkat lunak yang bekerja di Hyderabad. Dia ”bernyanyi” bahwa informasi soal ledakan Mumbai bisa dikorek dari Abu Faisal.

Dari nyanyian Riyaz juga polisi menangkap anggota jaringan lainnya bernama Haroon. Pemuda 26 tahun ini ditangkap di Kolkata pada Senin pekan lalu. Dia sehari-hari menyamar sebagai pedagang kain. Keduanya beberapa kali bertemu awal Juni lalu. Menurut sumber, Haroon sempat tinggal dengan Riyaz di rumah kontrakannya di Tolichowki. Polisi menduga Haroon punya peran kunci. ”Riyaz juga bertugas sebagai penghubung,” katanya.

Mujahidin India adalah kelompok amatir yang mampu melakukan serangan intensitas rendah sampai menengah. Kelompok ini diduga telah dilatih dan didukung oleh kelompok militan di Pakistan dan Bangladesh. Polisi mengatakan Mujahidin India termasuk mantan anggota kelompok militan Bangladesh, Harkat-ul-Jihad al-Islami.

Ninin Damayanti (The Hindu, Times of India, BBC, Reuters)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus