Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BERKURBAN seratus domba tentu bukan hal yang mudah. Namun tidak bagi Umar bin Ladin. Putra keempat dari 19 anak orang paling dicari di seluruh dunia, Usamah bin Ladin, itu bahkan tak hanya memotong seratus domba. Ia berjanji menghibahkan sedikit kekayaannya bagi mereka yang membutuhkan. ”Ini adalah tugas,” ucapnya.
Ucapan itu bagian dari selebrasi Umar yang akan segera berkumpul dengan keluarganya yang hilang. Setelah serangan 11 September 2001, keluarga miliuner asal Arab Saudi itu terpecah belah. Ada yang hijrah ke Suriah, seperti istri pertama Usamah, Nazwa al-Ghanem, ada pula yang ke Qatar, seperti Umar.
Namun beberapa anak Usamah dari istri pertama hilang entah ke mana. Bersama mereka, ikut serta seorang istri Usamah, Khairiya, yang dikenal bernama Ummi Hamzah. Rupanya saudara Umar: Saad, 29 tahun, Uthman (25), Fatima (22), Hamza (20), Bakr (15), serta Iman (17) dan Khairiya selama delapan tahun lebih berada di Iran. Kabar keberadaan mereka baru terkuak pada November lalu, setelah Iman berhasil menghubungi seorang saudaranya yang tinggal di Arab Saudi. ”Saya mengira anak-anak saya sudah meninggal,” kata Nazwa.
Kelompok ini meninggalkan Afganistan sebelum 11 September 2001, menuju perbatasan Iran. Mereka tertangkap aparat Iran ketika berusaha kembali ke Arab Saudi. Pemerintah Negeri Syiah itu kemudian menempatkan mereka dalam rumah dengan keamanan tingkat tinggi. ”Pemerintah Iran tak tahu harus melakukan apa dengan kelompok yang tak diinginkan siapa pun itu. Maka mereka melindunginya. Untuk itu, kami sangat berterima kasih,” kata Umar.
Kerabat Umar ini hidup normal layaknya orang lain di negeri para mullah itu. Mereka masih bisa memasak, menyaksikan tayangan di layar kaca, dan membaca. Namun mereka tak bebas bepergian, meski Umar membantah keluarganya berada dalam tahanan rumah. Kisah tragis mereka terungkap ketika Iman melarikan diri. Sewaktu berbelanja di Teheran bersama anggota keluarga lainnya, gadis remaja itu memisahkan diri dan langsung menuju Kedutaan Arab Saudi untuk mencari suaka.
Di Iran, kerabat Bin Ladin ini memang bukan tahanan tapi juga bukan tamu. Keluarga ini memang diperlakukan dengan baik, tapi tak memiliki dokumen resmi agar dapat meninggalkan Iran. Steve Coll, penulis buku The Bin Ladens: An Arabian Family in the American Century, mengungkapkan, ”Kabar ini mengkonfirmasi bahwa pemerintah Iran berusaha mengendalikan mereka dengan cara tertentu.”
Beberapa anggota Al-Qaidah, seperti Saif al-Adel, dikabarkan berada di Iran dalam status yang sama seperti kerabat Bin Ladin. Bahkan anak sulung Usamah, Saad, sejak beberapa tahun lalu disebut-sebut sebagai salah satu dari 35 kepala operasi Al-Qaidah yang lari ke Iran setelah serangan Amerika Serikat ke Afganistan. Pemerintahan Presiden Mohammad Khatami (1997-2005) pernah menawarkan barter para figur Al-Qaidah ini dengan kelompok anti-Iran, Mujahidin-e Khalq. Kelompok ini bermarkas di Irak selama rezim Saddam Hussein. Namun, sejak Saddam jatuh, kelompok ini berada di bawah kendali Amerika. Tawaran ini ditolak oleh Amerika Serikat.
Umar, yang baru saja meluncurkan memoar bersama ibunya, Growing Up Bin Laden, menegaskan tak satu pun kerabatnya terlibat Al-Qaidah. ”Mereka lebih muda daripada saya dan tak punya kaitan dengan serangan 11 September atau gerakan teroris apa pun,” ujarnya. Bahkan Nazwa secara tegas menyebut keluarga Bin Ladin itu korban lain dari serangan 11 September.
Pemerintah Iran sendiri sempat mengelak soal keberadaan kerabat Bin Ladin di Iran. Juru bicara Menteri Luar Negeri Iran, Ramin Mihmanparast, mengaku tak dapat mengidentifikasi apakah Iman benar anak Usamah bin Ladin. Namun sepekan kemudian Menteri Luar Negeri Iran Manouchehr Mottaki akhirnya mengakui keberadaan Iman.
Perempuan muda itu kini telah mendapat dokumen resmi dari Kedutaan Arab Saudi dan pemerintah Iran. Ia pun bersiap kembali ke negeri asalnya. Sayang, hingga kini pemerintah Iran masih bungkam mengenai motif ”penahanan” kerabat Bin Ladin itu.
Sita Planasari (Asharq Al-Awsat, New York Times, Christian Science Monitor)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo