Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tidak Perlu Ditanggapi Secara Berlebihan
BUKU Membongkar Gurita Cikeas: Di Balik Skandal Bank Century, yang ditulis George Junus Aditjondro, menuai kontroversi. Sejumlah kalangan menilai buku itu telah menyebarkan informasi menyesatkan. Alasannya, data yang diperoleh bukan dari investigasi mendalam tapi hanya berdasarkan asumsi.
Buku tersebut membeberkan informasi yang berkaitan dengan yayasan yang dikelola keluarga Susilo Bambang Yudhoyono. George juga menuliskan, yayasan-yayasan tersebut sebagai upaya untuk mengumpulkan dana kampanye menjelang pemilihan presiden.
Menurut saya, pihak yang disebut dalam buku itu tidak perlu menanggapi dengan tergesa-gesa dan emosional. Secara metodologis buku karya George itu sangat lemah karena sumber buku itu diperoleh dari data sekunder dan Internet. Mereka yang merasa dirugikan bisa membuat buku putih yang isinya membantah tulisan George.
Mengenai perlu-tidaknya buku tersebut ditarik, sejumlah kalangan meminta agar buku itu dibiarkan. Jika buku itu ditarik, akan ada penilaian bahwa pemerintahan Yudhoyono tidak ada bedanya dengan Orde Baru. Toh, masyarakat sudah semakin pandai, bisa menilai mana yang benar dan mana yang tidak.
AGUNG WIRATAMA
Margonda 274 ,Depok, Jawa Barat
— Redaksi menerima surat senada dari Hendriwan Angkasa, Masrur Syu’di, Tata Rustadinata, dan Reza Sanubari.
Selamat Jalan, Guru Bangsa
KETIKA menjabat presiden, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur memang sering membuat pernyataan kontroversial. Misalnya, setiap melawat ke luar negeri selalu saja dia menyentil lawan politiknya. Tak hanya itu, anak buahnya di kabinet atau pejabat setingkat menteri yang berseberangan sering pula kena sindirannya.
Tindakan Abdurrahman Wahid yang senggol sana-sini pula yang membuat parlemen gerah. Setelah partai-partai berkoalisi, akhirnya ia dimakzulkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. Cucu pendiri Nahdlatul Ulama, Hasyim Asy’ari, ini digantikan wakilnya, Megawati Soekarnoputri.
Di luar itu, Gus Dur adalah guru bangsa. Sebelum menjadi orang nomor satu di negeri ini, ia dikenal sebagai pilar pluralisme. Melalui Forum Demokrasi, ia mengkritik Orde Baru. Ia juga dikenal sebagai pembela minoritas. Setelah menjadi presiden, sikapnya tak berubah. Walau mengundang banyak tanya, ia mencabut peraturan yang melarang kegiatan Tionghoa. Ia juga menetapkan Konghucu sebagai agama yang diakui dan menyatakan Imlek sebagai hari libur nasional.
Kepergiannya menjadi kehilangan besar bagi Indonesia. Selamat jalan, guru bangsa.
A. IVAN SAMPOERNA
Cinere, Pondok Labu, Jakarta Selatan
Harus Berubah Lebih Baik
APA yang mesti kita torehkan pada 2010? Bagaimana kita: ajek, konstan, atau ada peningkatan kualitas pribadi? Kita harus mampu berubah lebih baik. Konsep pribadi yang unggul adalah bermanfaat bagi lingkungan.
Tahun ini, segala sengkarut politik negeri ini mungkin masih berkutat pada masalah korupsi, kolusi, dan nepotisme. Nah, mampukah virus akut itu lenyap? Sanggupkah mafia hukum dihancurkan atau justru lebih menggila? Tahun lalu dapat dikatakan sebagai tahun kelam yang menakutkan. Maka, yang sudah terjadi harus jadi pelajaran dan harus diubah.
WISNU WIDJAJA
Jalan Sindoro I, Kalibuntu, Panggung
Tegal, Jawa Tengah
Ayu, Kamu Bisa!
SELEBRITAS yang masuk dunia politik makin banyak. Tidak hanya di partai, juga dalam berbagai pemilihan kepala daerah. Untuk Sukabumi, Jawa Barat, artis yang tampil adalah Ayu Azhari. Ia berniat menjadi calon wakil bupati pada pemilihan Mei 2010.
Pemimpin yang diharapkan memiliki standar, antara lain tekad mencapai millennium development goal. Jangan hanya mengandalkan popularitas di media massa, dia harus mampu mengatasi masalah di daerah. Contohnya, masalah kesehatan, pendidikan, dan kemiskinan.
Saran untuk Ayu Azhari, Sukabumi merupakan daerah yang sangat besar potensi sumber daya alamnya. Jika Anda terpilih, kiranya dapat memberdayakannya sehingga membuka jalur investasi yang besar. Hasilnya, pendapatan asli daerah akan meningkat. Ayu juga menjadi panutan masyarakat karena meningkatkan taraf hidup dan ekonomi. Ayu, kamu bisa!
FADLI EKO SETIYAWAN
Jalan Tanah Kusir II ,Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12240
Terorisme dan Bunuh Diri Haram
BEBERAPA waktu lalu, ulama dan akademisi Islam di Lahore, Pakistan, mengeluarkan deklarasi yang mengharamkan aksi bunuh diri dan seluruh tindak kegiatan terorisme. Deklarasi tersebut dikeluarkan dalam seminar ”Kiprah Ulama Membasmi Terorisme” yang diselenggarakan oleh Kelompok Pengenang Mir Khalil ar-Rahman.
Menteri Dalam Negeri Pakistan Rahman Malik mengimbau agar pemuka agama terus menyerukan kutukan terhadap aksi kekerasan, terutama yang melancarkan aksi mengatasnamakan agama. Uskup Lahore Alexander John Malik menilai terorisme tidak terikat pada agama tertentu, melainkan strategi politik oleh kekuatan tertentu.
CUT ANGGI
Villa Ciomas Indah Blok M, Bogor,
Jawa Barat
Prita dan Layanan Rumah Sakit
KEPUTUSAN hakim Pengadilan Negeri Tangerang membebaskan Prita Mulyasari dari perkara pidana pencemaran Rumah Sakit Omni Internasional, Serpong, sungguh melegakan. Dukungan masyarakat melalui dunia maya hingga pengumpulan koin tak sia-sia. Saya berharap, hakim menjatuhkan vonis itu bukan karena didorong masyarakat, tapi karena secara hukum tuntutan rumah sakit tidak tepat.
Dengan demikian, jika satu hari nanti ada orang lain mengeluh atas pelayanan rumah sakit atau instansi lainnya, pengadilan bisa menolak perkara. Lebih dari itu, berpendapat mengenai layanan publik merupakan hak setiap individu.
Kita tahu, halaman media massa dan layar televisi tak henti-hentinya menampilkan malpraktek. Ada pasien yang merasa dampaknya ringan hingga ada yang sampai menemui ajal. Terhadap hal ini mestikah kita diam? Tak sedikit kelalaian dokter kita temui. Lebih besar dari itu, rumah sakit sering tak memberikan layanan optimal.
Buruknya pelayanan bukan hanya terjadi di rumah sakit kelas tiga. Di kelas satu pun sering terjadi hal yang sama. Pernah kerabat saya opname di rumah sakit dengan label internasional. Suatu kali perawat kelupaan memberikan obat. Setelah diprotes, mereka mengaku lalai karena baru berganti tugas jaga. Tak ada permintaan maaf dari sang perawat.
Maka keluhan Prita adalah wakil suara konsumen yang kerap mendapat perlakuan sewenang-wenang. Saya berharap, bila ada keluhan seperti ini, rumah sakit menanggapi dengan lapang dada. Bukankah umpan balik pasien bisa menjadi evaluasi yang berguna bagi rumah sakit?
AHMAD BUDIMAN
Kemranjen, Banyumas,
Jawa Tengah
RALAT
Pada artikel soal pompa hidrosepalus, di rubrik ”Inovasi”, majalah Tempo edisi lalu (terbit 28 Desember 2009), tertulis penghargaan dari Hamengku Buwono IX seharusnya Hamengku Buwono X.
— Redaksi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo