Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

<font size=2 color=#FF0000>FILIPINA</font><br />Saatnya Amerika Angkat Kaki

31 Oktober 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PRESIDEN Filipina Rodrigo Roa Duterte kembali membuat panas telinga Amerika Serikat. Setelah berulang kali menyatakan cerai dari Abang Sam, kini Duterte mematok tenggat bagi pasukan Amerika untuk hengkang dari negaranya.

Pernyataan itu terlontar dalam lawatan Duterte ke Jepang. Setelah bertemu dengan Perdana Menteri Shinzo Abe, kepada wartawan dia bilang ingin pasukan asing keluar dari negaranya dalam dua tahun mendatang.

"Saya tidak ingin mempermalukan menteri pertahanan saya, tapi latihan bersama dengan Amerika akan menjadi yang terakhir," kata Duterte.

Dalam pertemuannya dengan Abe itu, Duterte juga mengungkapkan alasan mengapa dia tidak suka Amerika. "Mereka memperlakukan kami seperti anjing yang siap dipecut. Perdana Menteri memahaminya," katanya. Bila tak menyukainya, dia mempersilakan para investor Amerika hengkang dari Filipina.

AMERIKA SERIKAT
Partai Republik Kian Pesimistis

HARI pemilihan Presiden Amerika Serikat semakin dekat. Jajak pendapat terbaru memperlihatkan dukungan terhadap kandidat presiden Partai Demokrat, Hillary Rodham Clinton, terus menguat. Banyak anggota Partai Republik ketar-ketir. Soalnya, jagoan mereka, Donald Trump, tengah terbelit beragam isu, dari pelecehan seksual hingga keengganan Trump menghormati hasil pemilihan—jika kelak dia kalah.

Jajak pendapat Reuters yang dirilis pada Rabu pekan lalu menunjukkan banyak anggota Republik kian pesimistis terhadap kemampuan Trump mengalahkan Clinton. Sebanyak 41 persen pemilih Republik yang ikut jajak pendapat menduga Clinton bakal memenangi pemilihan yang akan digelar pada 8 November mendatang. Hanya 40 persen yang yakin pada kemenangan Trump. "Angka ini turun dari bulan lalu yang mencapai 58 persen," tulis Reuters.

Salah satu negara bagian yang menjadi cobaan terberat bagi kedua calon adalah Florida. Wilayah yang memiliki 29 electoral votes itu akan menjadi kunci penting dalam memutuskan siapa yang bakal menghuni Gedung Putih menggantikan Presiden Barack Obama.

INGGRIS-PRANCIS
Kamp Pengungsi Calais Dibongkar

PERKEMAHAN Calais, tempat menampung pengungsi yang berhasrat ke Inggris, akhirnya dibongkar, Kamis pekan lalu. Pemerintah Prancis menyatakan kamp yang dijuluki "Hutan" atau "The Jungle" itu telah kosong sehari sebelumnya. Lebih dari 1.200 polisi dikerahkan.

Kamp yang menjadi simbol krisis imigran itu akhirnya dibenahi setelah ditinggali 6.000-8.000 pengungsi. Sebagian besar berasal dari Afganistan, Sudan, dan Eritrea.

Sekitar 5.000 orang dipindahkan ke 450 tempat penampungan di seluruh pelosok Prancis. Adapun Inggris bersedia menampung para pengungsi, terutama anak-anak di bawah usia 12 tahun bersama ibu mereka. Lebih dari 1.500 anak-anak dikirim ke pusat penampungan sementara di bekas kontainer dekat Pelabuhan Calais.

"Misi telah selesai, tidak ada lagi imigran di kamp," kata Fabienne Buccio, pejabat Calais. Namun pengosongan Calais tidak serta-merta menyelesaikan krisis imigran. Pengungsi dari wilayah konflik masih terus berdatangan ke Eropa.

VENEZUELA
Tak Tumbang Diguncang Demo

PRESIDEN Nicolas Maduro bergeming. Meski puluhan ribu demonstran membanjiri jalanan di kota-kota besar Venezuela, dia tetap lantang bicara. Para demonstran menudingnya telah menyeret negeri itu di ambang resesi dan kebangkrutan. Namun Maduro berdalih anjloknya harga minyak dan perang ekonomi yang dipimpin Amerika Serikat.

"Mereka putus asa. Mereka menerima perintah dari utara untuk menghancurkan revolusi Venezuela," kata Maduro di hadapan loyalis pemerintah berpakaian merah yang menggelar demo tandingan, Rabu pekan lalu.

Oposisi menyerukan langkah "Ambil Alih Venezuela" setelah upaya referendum untuk mencabut kekuasaan Maduro dihentikan komite pemilihan umum. Pemimpin koalisi menyerukan mogok nasional pada Jumat dan turun lagi ke jalan pada 3 November menuju Istana Kepresidenan Miraflores di Karakas, hingga komite pemilihan umum mengizinkan proses referendum berlanjut kembali.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus