Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

<font size=2 color=#FF9900>Dr Ahmad Bahar: </font><br />Bangun Gaza Hari Ini, Bukan Esok

16 Maret 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAK ada yang berubah di Gaza. Meski 74 negara donor telah berjanji menggelontorkan dana miliaran dolar dalam konferensi di Mesir dua pekan lalu, puluhan ribu penduduk Gaza masih tidur beratapkan langit. Dr Ahmad Bahar, Penjabat Ketua Parlemen Palestina yang juga salah seorang petinggi Hamas, mengatakan alat-alat berat yang dibutuhkan untuk membersihkan puing reruntuhan belum bisa masuk Gaza karena perbatasan masih ditutup.

Hamas, kata Bahar, ingin rekonstruksi Gaza berlangsung lebih cepat, dan meminta dunia internasional menekan Amerika Serikat agar tak punya agenda politik berlebihan di balik bantuan rekonstruksi. Amerika memang bertekad membantu sekitar Rp 10 triliun, tapi mengajukan syarat: bantuan itu tak boleh jatuh ke tangan Hamas.

”Kami sangat mengharapkan Indonesia, yang selalu mendukung perjuangan Palestina, mendesak Amerika,” kata Bahar. Dia datang ke Jakarta bersama sembilan anggota parlemen Palestina lainnya pekan lalu. Bahar sebenarnya Wakil Ketua Parlemen Palestina. Tapi, lantaran Ketua Parlemen Dr Abdel Aziz Dweik ditahan Israel, Bahar menggantikan Dweik untuk sementara.

Dia menerima wartawan Tempo Angela Dewi untuk suatu wawancara khusus pada Kamis pekan lalu. Berikut ini petikannya.

Bagaimana kondisi terakhir di Gaza setelah disetujuinya paket bantuan rekonstruksi?

Sampai hari ini, Gaza masih terisolasi. Penduduk Gaza masih tidur beratapkan langit. Perbatasan belum dibuka. Israel masih menyerang sejumlah tempat di Gaza.

Belum ada tindak lanjut setelah pertemuan para donor?

Kondisi masih sama. Tak ada perubahan. Rekonstruksi Gaza, sebagaimana yang diinginkan dunia dan rakyat Palestina, belum dimulai.

Hamas menyebutkan pertemuan rekonstruksi Gaza di Mesir bersifat politis karena Hamas, sebagai pihak yang berkepentingan dan berkuasa, justru tak diajak. Apa komentar Anda?

Kami tak menentang pertemuan negara donor untuk membahas proses rekonstruksi Gaza. Namun kami tetap memandang pertemuan itu bersifat politis karena hanya melegitimasi keinginan Israel dan Amerika Serikat untuk menekan Hamas dan meningkatkan isolasi di Gaza.

Apa yang Hamas inginkan lewat proses rekonstruksi ini?

Kami hanya punya satu tujuan penting dan itu atas nama rakyat Palestina. Apa pun jalan yang ditempuh haruslah mengutamakan nasib penduduk Gaza yang hidup dalam isolasi dan porak-poranda setelah dibombardir Israel.

Hamas tak menuntut ambil bagian dalam proses rekonstruksi?

Kami tak memikirkan siapa yang akan menjadi pelaksana dan bagaimana prosesnya. Yang penting, semua mengutamakan nasib rakyat Palestina. Yang kami inginkan membangun Gaza hari ini, bukan esok. Yang paling penting, Gaza harus dibangun oleh penduduknya sendiri, bukan dengan tujuan politik dengan syarat ini dan itu.

Soal perundingan membentuk pemerintah nasional bersatu, apa keinginan Hamas?

Kami mengharapkan tercapainya kesepakatan membentuk pemerintah nasional bersatu. Persoalannya, Hamas dan Fatah berbeda dalam melihat persoalan di Gaza. Ini akan menentukan cepat atau lambatnya proses persatuan Palestina. Perundingan ini, menurut kami, juga akan mendapat tekanan dari Israel, Amerika Serikat, dan negara besar lain.

Hamas ingin porsi seperti apa?

Kami tak ingin membicarakan siapa yang berkuasa, karena secara demokratis kami sudah memenangi pemilu dan memiliki legitimasi penuh. Kami ingin kesepakatan ini bermanfaat bagi Palestina. Pemerintah baru nanti harus mengutamakan pembangunan Palestina yang porak-poranda.

Persoalannya, nanti kembali lagi ke pengakuan terhadap Israel….

Kita tahu persyaratan-persyaratan yang diajukan seperti dalam Perjanjian Oslo itu bertentangan dengan prinsip Palestina berdaulat. Persyaratan hidup berdampingan, damai, dengan Israel itu menzalimi dan merampas hak-hak rakyat Palestina. Kami saat ini hidup dalam kondisi terjajah. Jadi bagaimana mungkin bisa hidup berdampingan dengan Israel sebagai penjajah? Di mana logikanya?

Kalau begitu, tak ada jalan tengah demi pemerintah bersatu?

Kami tetap menyerukan rakyat Palestina berjuang menentang kezaliman ini. Persoalan rekonstruksi Gaza hanya sebagian dari seluruh persoalan Palestina yang amat kompleks. Di antaranya pembangunan terowongan di bawah Masjid Al-Aqsa di Yerusalem serta tembok pembatas dan permukiman muslim di sekitar Al-Aqsa yang dihancurkan Israel.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus