Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

<font size=2 color=#FF9900>John Milkins:</font><br />Kedua Pemerintah Bohong Sejak Awal

14 Desember 2009 | 00.00 WIB

<font size=2 color=#FF9900>John Milkins:</font><br />Kedua Pemerintah Bohong Sejak Awal
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

SEJAK pengakuan Kolonel (Purnawirawan) Gatot Purwanto muncul ke publik, keluarga korban tragedi Balibo mendesak polisi Australia meminta keterangan saksi peristiwa 34 tahun lalu itu. ”Soal jenazah yang dibakar untuk menutupi keterlibatan Indonesia persis dengan kesaksian di sidang,” ujar John Milkins. Sidang yang dimaksud Milkins adalah sidang Coroner’s Inquest di Sydney pada 16 November 2007.

Milkins, 39 tahun, adalah putra tunggal Garry Cunningham, salah seorang wartawan yang tewas ditembak di Balibo. Ia baru mengetahui bahwa ia putra Cunningham ketika berusia 18 tahun. Rupanya sang ibu, lantaran mengalami trauma, menitipkan Milkins kepada keluarga lain. Milkins diberi tahu justru ketika ia sedang belajar tentang invasi Indonesia di Timor Leste untuk studi politik yang ia tekuni. ”Semuanya serba kebetulan,” katanya.

Berikut ini petikan wawancara Milkins dengan Yophiandi dari Tempo melalui sambungan telepon internasional.

Apa yang Anda pikirkan ketika membaca pengakuan bekas tentara di Balibo pada 1975?

Saya pikir pengakuan itu berbeda dengan pernyataan para saksi mata di Coroner’s Inquiry, yang mengatakan mereka ditembak. Tapi pengakuan ini signifikan karena belum pernah ada tentara atau bekas tentara Indonesia yang mengakui hal ini, meski sehari berikutnya dia kembali pada posisi seperti tentara lain. Saya berharap polisi federal Australia mau melanjutkan pengakuannya itu untuk penyelidikan kasus ini.

Apa yang Anda harapkan dari pengakuan itu?

Akan lebih baik bila polisi Australia meminta keterangan dia. Demi prinsip fundamental Konvensi Jenewa yang ditandatangani Australia dan Indonesia, keterangan dia mesti diambil.

Anda menilai pengakuan dia jujur?

Saya pikir dia mau mengakui penembakan itu terjadi. Tapi kedua negara (Australia dan Indonesia) berbohong selama puluhan tahun. Jadi sulit buat dia. Suasana yang digambarkan memang berbeda dengan keterangan saksi di Coroner’s Inquiry, tapi penting. Sebab, dia mengakui jenazah dibakar untuk menutupi keterlibatan Indonesia. Pemerintah Australia juga tahu sejak awal, tapi menutupinya selama tiga dekade. Ini sama persis dengan pernyataan saksi di sidang Coroner.

Pemerintah Indonesia dan Australia menyatakan tak ada masalah dalam kasus itu?

Memang memalukan pemerintah Indonesia menyatakan kasus itu sudah ditutup, tapi bekas tentaranya di Balibo justru memberi pengakuan setelah 34 tahun. Masalah ini perlu dituntaskan, dengan dasar persahabatan dan kejujuran, bukan dendam.

Anda menyalahkan pemerintah Indonesia?

Saya pikir semua negara Barat punya kontribusi kesalahan di sini. Saya tak cuma menyalahkan Indonesia. Pemerintah saya juga bersalah, karena saat itu diam. Australia, Selandia Baru, Inggris, dan Amerika diam. Mereka tak protes ketika lima wartawan mereka ditembak. Ini bukan karena saya anak korban penembakan, tapi semestinya negara tak boleh mendiamkan saja kasus yang menimpa warga negaranya.

Menurut Anda, investigasi polisi Australia mesti diteruskan sampai ke pengadilan?

Ya. Kalau ada bukti, para pelakunya mesti diadili. Ayah saya, warga sipil, bukan kombatan, dieksekusi tanpa diadili. Ini tak pernah kami lupakan. Memang berat buat kedua negara, tapi ini prinsip dasar hak asasi manusia.

Anda yakin pemerintah Australia mau melakukan itu?

Saya berharap Australia patuh pada Konvensi Jenewa yang ditandatanganinya. Sidang itu menghadirkan semua yang bertanggung jawab. Tak cuma jenderal dan pemimpin lapangan Indonesia. Juga para pemimpin Australia yang mendiamkan kasus itu. Dua pekan lalu sebetulnya Departemen Arsip Nasional akan membuka kasus itu ke publik, tapi ditahan dengan alasan akan membuat luka Australia dan Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus