Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAM di dapur kediaman keluarga pemimpin Libya, Muammar Qadhafi, tak lagi berdetak. Jarumnya menunjukkan pukul 08.08. Nasi, pasta, juga ikan masih di berada atas kompor. Namun keadaan rumah jauh dari utuh. Tembok bolong. Puing beton berserakan. Perabotan jungkir balik.
Sebuah peluru kendali tergeletak di tengah ruangan. Debu dan asap masih terasa di salah satu dari dua bangunan di kompleks kediaman keluarga Qadhafi di kawasan elite Tripoli itu, yang terkena hantaman beberapa rudal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Sabtu malam dua pekan lalu.
Serangan itu membuat Tripoli gusar. Juru bicara pemerintah Libya, Moussa Ibrahim, menuding target serangan NATO sangat jelas, ”Membunuh pemimpin Libya.”
Menurut dia, saat itu Muammar Qadhafi dan istrinya, Safiya, sedang berada di rumah. Tapi mereka selamat. Anak bungsunya, Saif al-Arab, 29 tahun, dan tiga cucunya dinyatakan oleh Tripoli menjadi korban.
Banyak warga Libya tak begitu percaya soal kematian anak Qadhafi. Namun protes kembali mengarah ke NATO karena ada anggapan tindakannya menyalahi Resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa Nomor 1973. Resolusi itu membolehkan aksi militer untuk melindungi warga sipil Libya dengan menyerang fasilitas militer, seperti pusat komando dan kontrol, tapi tidak membolehkan secara spesifik menargetkan individu.
Para penentang operasi NATO, seperti Cina dan Rusia, berteriak lantang. ”Pernyataan oleh partisipan koalisi bahwa serangan ke Libya tidak ditujukan kepada penghancuran fisik… Qadhafi dan keluarganya sangat meragukan,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Rusia.
Selain itu, kompleks Bab al-Aziziya, tempat Qadhafi kerap bekerja dan menerima tamu, beberapa kali menjadi target serangan. Pada awal operasi, kompleks ini telah diserang. Dan akhir bulan lalu, sekitar kompleks ini diserang dua kali hanya dalam tiga hari.
NATO jelas membela diri. Menurut Letnan Jenderal Charles Bouchard, Komandan Operation Unified Protector NATO, seluruh target serangan adalah militer, yang jelas-jelas terkait dengan serangan sistematis rezim Qadhafi kepada rakyat Libya dan kawasan padat penduduk. ”Kami tidak menargetkan individu,” katanya kepada The Guardian.
Bouchard hanya berkomentar pendek tentang kabar tewasnya anggota keluarga Qadhafi. ”Kami menyesali adanya korban jiwa, terutama warga sipil tak bersalah,” ujarnya.
Faktanya, banyak politikus di Barat, terutama Amerika Serikat, mendukung NATO dalam membidik sang Kolonel. ”Kita harus memotong kepala ular,” kata senator Amerika, Lindsay Graham.
Senator Republikan lain, John McCain, sepakat. ”Kita harus mengeluarkannya dari komando dan kontrolnya. Kalau dia sampai cedera atau tewas karena itu, tak jadi masalah,” ujarnya kepada CBS.
Seorang pejabat senior NATO memberikan informasi lebih terbuka. Kepada The Los Angeles Times, dia mengatakan pengerahan pesawat tanpa awak Predator dan pengeboman memang menjadi indikasi telah terjadi pergeseran. Pilar rezim Qadhafi, termasuk Qadhafi sendiri, menjadi sasaran.
”Kami memilih menyerang fasilitas komando dan kontrol. Jika dia kebetulan di dalam salah satu bangunan, itu lebih baik,” katanya. NATO frustrasi karena pasukan Qadhafi tak berhenti menggempur oposisi. Kini nyawa Qadhafi sama terancamnya seperti oposisi.
Ancaman buat Qadhafi bertambah setelah Mahkamah Kejahatan Internasional (ICC) menargetkannya untuk diadili. Pekan lalu, penuntut ICC, Luis Moreno-Ocampo, menyatakan di depan Dewan Keamanan PBB, dia akan meminta hakim di pengadilan di Den Haag mengeluarkan tiga surat perintah penangkapan petinggi rezim Qadhafi. Tuduhannya: melakukan kejahatan kemanusiaan.
Purwani Diyah Prabandari (The Guardian, Washington Post, Al-Jazeera, LA Times)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo