Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SUHU politik di Iran ternyata belum mendingin. Setelah kandidat presiden yang kalah Mir-Mousavi tak lagi turun ke jalan menggerakkan demonstran memprotes hasil pemilu, kini giliran politikus senior Hashemi Rafsanjani yang ”bermain”.
Ia mengkritik Presiden Mahmud Ahmadinejad, yang telah memilih besannya sebagai wakil presiden. Ia meminta Ali Khamenei, pemimpin tertinggi Iran, bersikap tegas terhadap Presiden demi menjaga secara konsisten Revolusi Iran 1979. Maklum, wakil presiden pilihan Ahmadinejad telah melontarkan pernyataan ”Israel sahabat Iran”, yang dinilai menyakitkan.
Benarkah telah terjadi keretakan antara Khamenei dan Rafsanjani? Dan apakah kaum mullah tak lagi bulat mendukung sang imam? Berikut petikan wawancara Yophiandi dari Tempo dengan analis politik Universitas Teheran, Iran, Seyyed Mohammad Marandi, melalui surat elektronik, Rabu lalu.
Rafsanjani membenturkan Khamenei dengan Ahmadinejad, agar publik tak lagi percaya Pemimpin Tertinggi?
Rafsanjani memang tak suka sama sekali dengan Ahmadinejad. Tapi dia sangat dekat dengan Khamenei. Ini persaingan politik. Rafsanjani pernah kalah dari Ahmadinejad. Apalagi gaya politik Rafsanjani yang tak suka dengan gaya kebijakan Ahmadinejad yang kekiri-kirian. Dia akan terus melawan Presiden, tapi dia sangat berbeda dengan Mousavi.
Apa perbedaannya?
Rafsanjani mendukung Mousavi pada awal protes ketika komisi pemilu Iran memenangkan Ahmadinejad. Ini strategi supaya bisa menjungkalkan Ahmadinejad. Tapi ia kemudian menolak protes yang dilakukan dengan menggunakan kekerasan di jalanan atau melawan hukum. Tak seperti Mousavi.
Bukankah tak semua mullah sepakat dengan Khamenei untuk banyak hal, termasuk hasil pemilu?
Mayoritas mullah berpengaruh di dunia akademis maupun di kalangan pemimpin religius masih mendukung Khamenei. Yang menentang itu minoritas, dan itu sudah sejak dulu.
Apa yang mesti dilakukan Khamenei untuk memperbaiki keadaan?
Secara gradual situasi telah kembali normal. Banyak yang merasa lelah terhadap ulah para ekstremis di kedua pihak (ekstremis reformis dan konservatif).
Bila Ahmadinejad memasukkan unsur reformis dalam pemerintahan, apakah hal itu akan memperbaiki keadaan?
Saya pikir itu ide bagus. Namun menurut saya dia tak akan melakukannya, kecuali parlemen mendesaknya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo