Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

"Milosevic" dari Manhattan

Bekas Menteri Luar Negeri AS Henry Kissinger memimpin Komisi Investigasi 11 September. Tapi masa lalunya membuat kredibilitas Kissinger diragukan.

1 Desember 2002 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tiga dekade sudah berlalu sejak namanya berkibar sebagai salah satu Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) yang paling populer. Tapi tak banyak yang berubah pada penampilan lelaki gaek itu, Henry Alfred Kissinger, 79 tahun. Kacamatanya masih saja berbingkai tebal bewarna hitam, hanya bentuknya lebih modis. Rambut ikalnya yang gelap kini memutih seperti disepuh perak. Bibirnya, seperti biasa, boros menyunggingkan senyum. Alhasil, tiga dekade boleh saja lewat. Tapi orang tetap akan mudah mengenalinya sebagai Tuan Kissinger—seorang diplomat ulung yang namanya tercatat dalam aneka pertumpahan darah di berbagai penjuru dunia. Rabu dua pekan lalu, Presiden George W. Bush menunjuknya sebagai ketua komisi independen untuk mengungkap penyebab kegagalan pemerintah Amerika dalam menangkal serangan 11 September 2001. Maka, dengan serta-merta, mata dunia kembali menoleh kepadanya. Komisi yang ia pimpin diharapkan bakal menguak tabir rahasia mengapa Biro Investigasi Federal (FBI) dan Pusat Intelijen Amerika (CIA) gagal mendeteksi serangan teror terhadap gedung World Trade Center (WTC) di New York dan markas Pentagon di Washington pada 11 September tahun silam. Bersama 10 anggota timnya, Kissinger diharapkan menelisik pangkal kegagalan intelijen, kontrol imigrasi. Juga, kekurangan dari pihak penegak hukum dan kebijakan kabinet Bush serta mantan Presiden AS Bill Clinton yang mungkin berpengaruh pada tragedi yang menewaskan lebih dari 3.000 nyawa tersebut. Selama setahun terakhir, sesungguhnya Partai Demokrat dan keluarga korban 11 September telah memaksa pemerintahan Bush agar melakukan investigasi ini. Tapi Bush setengah mati menolaknya sembari mengobarkan perang global terhadap terorisme. Tak mengherankan jika keputusan Bush ini menerbitkan rasa hormat dari sejumlah pihak. "Penunjukan Pak Kissinger menunjukkan pemerintah (AS) amat serius," kata Stephen Push, pemimpin keluarga korban 11 September. Bahkan Senator Bob Graham dari Partai Demokrat yang memimpin Komite Intelijen Senat memberikan aplaus pada pengangkatan Kissinger. Di antara lontaran puja-puji terhadap Bush dan Kissinger, nada-nada nyinyir pun terdengar: "Mengapa Kissinger?" Menurut seorang penasihat Gedung Putih, Wakil Presiden Dick Cheney yang menggagas penunjukan tersebut. Cheney pernah bekerja sama dengan Kissinger dalam pemerintahan mantan presiden Gerald Ford. Sedangkan dengan Pak Tua Bush—ayah Presiden Bush—Kissinger punya pertalian yang lama dan erat sejak Bush senior duduk sebagai wakil presiden dalam pemerintah Ronald Reagan. Ketika Bush senior menggantikan Reagan sebagai Presiden AS, dia menunjuk Kissinger sebagai anggota Dewan Penasihat Intelijen Luar Negeri. Ketika Bush junior gantian masuk ke Gedung Putih, Kissinger kerap hadir dalam jamuan makan siang bersama Bush dan Cheney. Dan jangan lupa menghitung sumbangan Kissinger sebanyak puluhan ribu dolar untuk kandidat Partai Republik itu dalam dua putaran pemilu terakhir. Kissinger memang sohib bagi keluarga Bush. Tak mengherakan kalau pengritik Presiden George W. Bush dengan sinis menyatakan bahwa kontrol komisi investigasi yang berada di tangan Kissinger akan membuat Bush aman dari kemungkinan hasil investigasi yang merugikan. Secara tak langsung, seorang penasihat Gedung Putih mengakui bahwa pemerintahan Bush percaya Kissinger akan cukup independen. Tapi pada saat yang sama Bush merasa "nyaman" dengan Kissinger. Di sinilah penunjukan Kissinger ini menjadi menarik. Bush adalah salah satu calon "terdakwa" dan sang penyidik adalah tokoh yang kondang dengan julukan "penjaga rahasia Gedung Putih". Tapi Kissinger buru-buru menepis kecurigaan terhadap dirinya. "Kami akan merangsek ke mana pun fakta bermuara," katanya. Bagi aktivis hak asasi manusia, Kissinger sedang membual. Ia memang memperoleh Nobel Perdamaian pada 1973, buah kerja kerasnya sebagai diplomat menutup Perang Vietnam dengan damai. Tapi Kissinger adalah sejarah panjang karier yang penuh darah. Dia dianggap ikut bertanggung jawab terhadap proyek rahasia CIA "Condor Operation" yang membunuh ribuan lawan politik AS di Amerika Latin pada masa Perang Dingin. Kissinger dituduh ikut mendudukkan diktator Pinochet di Cile yang banyak menimbulkan korban. Bekas Menlu AS itu juga disebut-sebut berada di balik pengeboman rahasia di Kamboja yang menewaskan 600 ribu petani setempat, serta merestui penyerbuan tentara Indonesia ke Timor Timur pada 1975 yang menewaskan 10 ribu jiwa. Alhasil, para pengritiknya menjuluki dia sebagai "Milosevic dari Manhattan". Raihul Fadjri (AP, The Nation, New York Times, The Village Voice Radio

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus