Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

"pemerasan dan tekanan Israel"

Gencatan senjata ke-11 berlaku di beirut setelah presiden AS, Ronald Reagan menelpon Begin, dan sesudah puncak pengeboman Israel terjadi. evakuasi PLO ditunggu pekan ini. (ln)

21 Agustus 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEKANAN militer Israel tak berkurang, bahkan selama seminggu barisan tanknya sudah leluasa melewati Jalan Museum ke Beirut Barat. Aksi militernya mencapai puncaknya pekan lalu dalam pengeboman udara paling ganas sejak 2 bulan berselang. Serangan pagi itu menghancurkan paling sedikit 600 rumah di kawasan Shatila dan pemukiman pengungsi Palestina Burj al-Barajneh. Pihak PLO menyatakan pada hari (12 Agustus) itu saja pesawat tempur Israel menjatuhkan 44.000 bom di atas wilayah Beirut Barat. Kemudian PM Libanon Safik Wazzan memprotes, tidak bersedia melanjutkan perundingan yang berlangsung di bawah "pemerasan dan tekanan Israel." Hari Kamis itu juga kabinet Israel di Tel Aviv bersidang, segera setelah ada pesan telepon dari Ronald Reagan -- langsung dari Ruang Oval Gedung Putih. Serangan udara itu "keterlaluan", kata Presiden Amerika itu. Ia mengancam akan menghentikan misi perdamaian Philip Habib. Sesudah itu kabinet Israel memang memutuskan untuk menghentikan serangan. Tapi sebuah pengumuman resmi Israel menyatakan keputusan serupa sudah diambil sebelum pesan Reagan diterima. Namun karena beberapa jam kemudian Israel dikabarkan masih mengebom, Presiden Reagan terpaksa menelepon Begin kembali. Sepuluh menit menjelang pukul 5 Kamis petang itu, Raja Fahd dri Arab Saudi menyatakan keprihatinannya atas nasib Beirut Barat pada Reagan. Tepat pukul 5, genjatan senjata yang ke-11 dinyatakan berlaku di Beirut Barat, mengakhiri pengeboman yang berlangsung 11 jam terus-menerus. Begin memberitahukan Reagan 40 menit kemudian mengenai berlakunya gencatan senjata, dan Presiden AS itu pun lega. Percakapan telepon itu konon diakhiri dengan ucapan "Menachem, shalom" dari Reagan. Akibat pengeboman terbesar itu, Polisi Libanon melaporkan 156 orang tewas, 417 lainnya luka-luka di kalangan sipil, sementara 2 prajurit Israel tewas, 41 lainnya cedera. Keesokan paginya (13 Agustus), penduduk yang malang keluar dari persembunyian mereka hanya untuk menyaksikan kehancuran yang jauh lebih mengerikan bila dibanding hari-hari sebelumnya. Pemandangan yang meluluhkan ini dipertajam oleh kesepian mutlak, mungkin sekali karena semua orang sudah kehabisan kata-kata. Tapi sekali-sekali masih terdengar perintah Israel lewat pengeras suara, tentu ditujukan pada semua gerilyawan PLO yang dalam tempo 18 jam wajib melapor. Seorang juru bicara di Tel Aviv menyatakan PM Begin berharap PLO sudah meninggalkan Beirut pekan ini. Semua gerilyawan PLO diperkirakan akan berangkat ke Suriah lewat darat. Dari sana, baru disebarkan ke negara Arab lainnya, termasuk Irak dan Yordania. Dalam sebuah wawancara, PM Begin menyatakan pasukan Suriah juga harus angkat kaki dari Libanon. Pihak Israel sudah berulang kali mengancam bahwa pasukan mereka belum akan mundur, kalau pasukan Suriah tidak mundur lebih dahulu. Pokok soal yang masih mengganjal ialah jadwal kehadiran pasukan multinasional (terutama dari Prancis, Italia dan Amerika). Pasukan ini nanti dipersiapkan untuk mengambil-alih posisi PLO di Beirut Barat. Tapi, menurut juru bicara PLO Jamil Hilal, Israel cenderung memilih pasukan Libanon, bukan pasukan multinasional, yang ditugaskan pada awal evakuasi. Kabinet Israel (15 Agustus) mengajukan syarat baru bagi evakuasi itu kepada Habib. Antara lain Israel mendesak untuk meneliti daftar nama teroris (maksudnya gerilyawan PLO) yang akan meninggalkan Beirut. Kehadiran pasukan multinasional dimintanya supaya bertugas sesua dengan rencana yang disampaikan pada semua pihak (artinya, jangan melindungi PLO secara terselubung). Dan pasukan Suriah di Beirut dan wilayah lain di Libanon ditegaskannya lagi supaya berangkat bersama PLO. Kemungkinan Prancis turut serta dalam pasukan multinasional sebelumnya ditolak oleh Israel. Sesudah terjadi ledakan yang menewaskan 5 orang Yahudi di Paris awal bulan ini, PM Begin bukan saja marah besar pada PLO tapi juga serta-merta tidak mempercayai Presiden Mitterand. Israel mengotot untuk mendapatkan daftar nama gerilyawan PLO karena 2.500 gerilyawan -- ini disetujuinya -- akan ditinggalkan di Beirut tapi mereka dicurigainya kelak melakukan gerakan bawah tanah. Tapi Israel bersedia menarik mundur pasukannya dari jalan raya Beirut-Damaskus, agar PLO bisa lewat --diperkirakan dimulai 20 atau 21 Agustus, meski sampai berita ini dicetak belum ada kesepakatan tentang jadwal kehadiran pasukan multinasional di Beirut. PLO sebelumnya menolak usul Israel supaya pasukan multinasional baru boleh tiba setelah pasukan PLO berangkat. Diduga akan ada jalan tengah untuk ini, yaitu keberangkatan PLO akan dilepas oleh pasukan Libanon bersama pasukan multinasional. Selama Israel melancarkan penghancuran bertahap terhadap Beirut Barat di Tel Aviv terjadi pula aksi protes bertahap. Sekitar 2.000 orang antiperang (7 Agustus) menghimbau Begin, misalnya, agar menarik pasukan Israel dari Libanon. Spanduk mereka bertuliskan, Segera Berunding dengan PLO dan Israel-Palestina: Dua Negara Untuk Dua Bangsa. Dalam aksi protes terpisah beberapa kelompok, yang menyebut dirinya Warganegara Menentang Perang, mulai berpuasa seraya memilih lokasi di seberang kantor PM Begin di Yerusalem. Sementara itu Ariel Sharon dicabut wewenangnya khusus yang menyangkut serangan udara atas Beirut. Menhan Israel itu bersikeras bahwa serangan itu ditujukan untuk melumpuhkan PLO. Tapi sesudah telepon Reagan, Sharon sama sekali tidak mendapat dukungan dalam kabinet. Walaupun kritik tajam ditujukan padanya, Sharon tanpa segan bersuara bahwa ia tidak akan mengundurkan diri darikabinet. Sebaliknya PM Begin yang berulang tahun ke-69 (16 Agustus) dikabarkan berniat meninggalkan kursi perdana menteri dalam tempo 2 tahun mendatang. Koran Yedioth Ahronoth memberitakan bahwa Begin sudah berjanji pada istrinya Aliza untuk "melewatkan lebih banyak waktu bersamanya."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus