TIGA tahun lalu, menjawab pertanyaan wartawan Newsweek, Presiden
Filipina Ferdinand Marcos berkata: "Coba apa kata orang, kalau
saya mengangkat istri saya sendiri." Waktu itu ada desas-desus
bahwa Imelda Marcos adalah tokoh yang paling mungkin untuk
mengambil-alih kursi kepresidenan. Bukankah dia sudah diangkat
dan dilantik menjadi Gubernur Manila, kemudian jadi salah
seorang dari 200 anggota Dewan Nasional, dan kemudian diangkat
menjadi Menteri Lingkungan Hidup dan Pemukiman?
Selama ini, dia juga berperan sebagai Utusan Khusus Presiden
Filipina dalam kunjungannya di luar negeri. Imelda Marcos
bertemu dengan Qaddafi, Brezhnev, atau Paus Johamles Paulus II.
Tahun lalu, 160 anggota Gerakan Masyarakat Baru (New Society
Movement) menyodorkan sebuah resolusi kepada Dewan Nasional,
agar Imelda Marcos diangkat sebagai Wakil Perdana Menteri.
Tentang hal ini, Marcos, 64 tahun, bertanya sambil tersenyum:
"Mengapa kalian mau menggeser saya?" Selain presiden, Marcos
adalah juga Perdana Menteri. Sedangkan reaksi Imelda "Saya tidak
pernah memimpikan jabatan itu."
Waktu berlalu, orang tetap menduga bahwa Imelda Marcos, 53
tahun, adalah satu-satunya tokoh yang akan menggantikan
kedudukan suaminya. Para politisi dan kalangan diplomat di
Manila menilai bahwa Imelda, yang mempunyai lebih dari 5 macam
jabatan, kini sudah mempunyai kekuatan dan pendukung. Seorang
pengamat berkata: "Kini dia (Imelda) mulai tampil dan yang
satunya (Marcos) mulai menampakkan punggungnya." Para pejabat,
yang sibuk di Malacanang atau di kabinet, mulai membedakan
suami-istri ini dengan sebutan "his" atau "hers ".
Dan sang suami baru saja melantik 4 anggota Komite Eksekutif:
Roberto S. Benedicto, Duta Besar Filipina untuk Jepang, anggota
Dewan Nasional Ronaldo Zamora, Gubernur Lanao del Sur Ali
Dimaporo dan Imelda Marcos. Dengan pelantikan ini, Komite yang
diketuai oleh Cesar Virata kini mempunyai 11 anggota. Empat
orang lagi masih akan diangkat oleh Marcos. Pengangkatan Imelda
konon berdasarkan usulan Partai Masyarakat Baru (New Society
Party) yang kini berkuasa.
Komite ini suatu waktu memegang urusan pemerintahan sehari-hari.
Seandainya kursi kepresidenan kosong (karena meninggal atau
diskualifikasi), menurut klausulnya, Komite secara kolektif akan
memegang tampuk kepresidenan, sampai tiba saatnya pemilihan
presiden kembali.
Masalahnya kini ialah kekuatan Marcos semakin diragukan. Di awal
jabatan kepresidenannya, 1966, Marcos cukup populer. Republik
yang mempunyai penduduk sekitar 47 juta ini dibanggakan karena
gerakan landreformnya, dan waktu itu mulai dicanangkan
pemerataan. "Tetapi semenjak dia mengumumkan UU Darurat (1972),
Marcos buas bagai macan," ujar seorang oposisi.
Jumlah kelompok oposisi semakin meluas. Bukan saja di kalangan
Gereja katolik dan para mahasiswa, tetapi juga penduduk miskin
yang menjadi korban urbanisasi.
Gerakan Imelda Marcos tentang proyek keindahan kota semakin
banyak mendapat tentangan. "Penggusuran pemukiman hanya
menyenangkan Imelda dan orang asing saja," demikian seorang ayah
yang rumah liarnya digusur. Hampir sepertiga dari 1,6 juta
penduduk Manila tinggal di gubuk-gubuk.
Januari tahun lalu, Marcos mencabut UU Darurat. Ini bukannya
berarti peredaan suasana. Oleh pihak lawannya, Marcos tetap
dianggap seorang diktator, meskipun Marcos berseru bahwa
pencabutan UU Darurat berarti Filipina kembali menjalankan
demokrasi penuh. Nyatanya dia telah menyingkirkan semua lawannya
(antara lain Benigno Aquino yang kini berada di Amerika dan
sebetulnya dijatuhi hukuman mati). Pemimpin (partai buruh)
Gerakan Satu Mei (KMU) Felixberto Olalia, 79 tahun dan 13 tokoh
buruh lainnya pekan lalu ditangkap atas perintah Presiden.
Mereka dituduh melakukan penghasutan dan makar.
Kekuasaan Marcos banyak yang masih mutlak. Antara lain: presiden
berhak menahan siapa saja yang dianggap mengganggu kestabilan
nasional, berhak membubarkan parlemen dan mempunyai kekuasaan
pula untuk mengeluarkan UU Darurat.
Banyak yang menduga Marcos akan mengeluarkan UU Darurat lagi.
Sebab, menurut laporan pihak intelijen, pihak teroris akan
melancarkan serangan besar-besaran dalam September, berupa
pembunuhan dan ledakan bom. Juga akan ada pemogokan meluas.
"Anda tidak bisa membantai kami semua," demikian Marcos dalam
suatu pidato, "tetapi kamilah yang akan menghabiskan kalian
semua."
Pihak pemerintah kabarnya kini sibuk menyusun sebuah daftar
hitam dari kalangan buruh, pemberontak Muslim di Filipina
Selatan, kaum intelek. Dengan demikian begitu ada kerusuhan,
pihak militer Filipina tinggal main ciduk saja.
Harian Bulletin Today yang mendapat sumber Istana menulis bahwa
sejumlah aktivis Moro National Liberation Front dan Communist
New People's Army telah mcngadakan pertemuan di Sabah (18 April
lalu) merancangkan persekongkolan teror. Partai yang terakhir
sebetulnya dilarang dan sejak akhir Perang Dunia II telah
memberontak.
Menurut rencana semula, Marcos akan menjadi tamu Presiden Ronald
Reagan setelah dia merayakan hari ulang tahunnya, pertengahan
September. Kalau jadi, ini adalah kunjungan Marcos ke AS yang
pertama kali semenjak 15 tahun lalu. Bekas senator Salvador H.
Laurel yang kini bermukim di AS dan beroposisi, berniat akan
melancarkan demonstrasi menentang Marcos. Ada sekiAar 1,5 juta
orang Filipina berdiam di AS.
Menurut UU, Marcos masih harus menjalani kursi kepresidenannya 5
tahun lagi. Tapi Salvador Laurel yang juga anggota dari UNIDO
(United Nationalist Democratic Organization) berseru: "Sebaiknya
Marcos mundur saja."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini