Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
RUANGAN itu remang-remang. Maklumlah, lampu mati. Tapi para hadirin tetap khidmat mengikuti misa khusus buat staf Partai Lakas Edsa atau partai Persatuan Nasional Kristen Demokrat, partainya bekas Menhankam Fidel Ramos. Itulah suasana Minggu malam menjelang pemilu, saat masa kampanye telah berakhir. Kegiatan semua partai terbatas di kantor pusat masing-masing. Begitu misa selesai, Ramos pun muncul. Kepala hubungan masyarakatnya, Raffi Alunan, segera mengusir para wartawan yang mencoba mewawancarai Ramos. Kata Alunan, acara selanjutnya adalah acara intern. Tapi wartawan TEMPO Leila Chudori yang terus "menempel" Alunan tak ikut terusir. Dan begitu tahu bahwa ada wartawan Indonesia ingin mewawancarainya, Ramos langsung saja menerimanya. Salah satu calon yang disebut-sebut punya kesempatan memenangkan pemilihan presiden ini tampak murung. Ia marah-marah terus konon karena baru saja mendapat laporan dari daerah bahwa telah terjadi pengeboman atas suatu rapat partai Lakas. Dua orang tewas dan 40 luka-luka. Ia uring-uringan malam itu karena terpaksa membatalkan janji makan siang bersama Kardinal Sin gara-gara insiden pengeboman itu. Dalam suasana seperti itulah ia menjawab pertanyaan TEMPO. Ramos didampingi Mayjen. Rene Cruz, bekas tangan kanannya di Kementerian Pertahanan dulu, dan sekretaris pribadinya. Inilah petikan tanya jawabnya yang diselingi oleh bentakan kepada anak buahnya dan gebrakan di meja. Koran-koran mengatakan Anda bertemu dengan Kardinal Sin kemarin. Tidak. Yang benar, saya diundang makan siang hari ini. Tapi ternyata terjadi bencana di daerah sehingga saya tak bisa memenuhinya. Apakah Kardinal Sin masih mendukung Ramon Mitra atau berbalik mendukung Anda, seperti kata banyak orang? Setahu saya, Kardinal Sin tak mendukung siapa pun secara resmi. Salah satu masalah Filipina adalah soal militer. Kalau Anda terpilih sebagai presiden, apa yang akan Anda lakukan untuk mengatasi perpecahan dalam militer? Dan terhadap kelompok Honasan? Saya akan tetap menangkap Honasan. Sekarang kelompoknya tak begitu besar lagi. Banyak dari mereka yang sedang diadili, dan mereka yang sudah terbukti kesalahannya hanya kecil sudah bertugas kembali di angkatan bersenjata. Saya ingin membuat Angkatan Bersenjata Filipina modern dan profesional. Dulu anggaran militer sebesar 16% dari bujet. Sekarang hanya sekitar 10%. Kami harus mencari tambahan dari sumber lain. Soal modernisasi dan profesionalisme juga ditekankan oleh pemerintahan Corry. Tapi yang terjadi adalah rangkaian percobaan kudeta. Itulah risiko revolusi. Transisi ke demokrasi kan tak bisa satu malam. Kami sudah bisa mengatasi elemenelemen pemberontak itu. Sistem Filipina lain dengan sistem negara lain. Kami menekankan demokrasi, karena itulah pemberontakan muncul di mana-mana. Pemerintahan Corry sudah menghapuskan hukuman mati, padahal saya merasa hukuman itu setimpal buat pemberontak, apalagi di kalangan tentara dan polisi. Wawancara terputus karena seorang bawahannya masuk dan melaporkan ada bukti jelas Danding Cojuangco, salah satu calon presiden, menghamburkan ratusan ribu peso bukan saja di daerah, tapi juga di Manila. Ramos meradang, menghentikan makannya, dan mengisap cerutunya. Kelompok Anda menuduh Ramon Mitra menggunakan fasilitas negara untuk bahan kampanye. Apa tuduhan itu karena Ramon Mitra saingan terkuat Anda? Kalau soal rival sebenarnya saya lebih mengkhawatirkan Cojuangco yang akan memulihkan sistem oligarki, monopoli, dan kekuatan lain yang dulu telah kami hancurkan. Kalau tuduhan terhadap Mitra, itu berdasarkan fakta. Kardinal Sin mengimbau agar rakyat tak memilih orang yang bertanggung jawab terhadap berlakunya undang-undang darurat di zaman Marcos. Apakah Anda yang ditujunya? Saya menolak. Itu cerita lama. Saya memang kepala polisi dan menteri pertahanan pada waktu itu, tapi waktu itu pun beberapa polisi yang bertindak sewenang-wenang diadili. Tapi Anda yang mempunyai daftar siapa-siapa yang mesti ditangkap pada masa Marcos. Daftar itu dibuat oleh badan intelijen, bukan tugas saya sebagai kepala polisi. Saya hanya pelaksana hal-hal yang dianggap legal oleh para atasan saya. Saya telah mempertahankan profesionalisme dengan melunakkan hukuman. Soal yang lain, apakah Anda punya batas waktu pelaksanaan pembagian tanah bila terpilih? Saya akan lakukan itu dalam 100 hari pertama kepresidenan saya. Tapi membuat tanah-tanah itu produktif kan lebih penting ketimbang membagikannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo