Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

16 Km Di Luar Kabul

Pemberontakan kaum Islam di Afghanistan melawan pemerintahan Presiden Taraki yang komunis & didukung Soviet. Tentara banyak yang bergabung dengan pemberontak banyak orang Rusia gugur dalam pertempuran. (ln)

9 Juni 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI Afganistan kini pertempuran merupakan berita sehari-hari. Pasukan pemberontak Islam yang mula-mula cuma merupakan masalah insidentil bagi pemerintahan Marxis pimpinan Presiden Nur Mohammad Taraki, ternyata makin sulit diatasi. Semua nampaknya memang sulit dihindari. Ini akibat sikap kurang bijaksana pemerintahan Marxis Afganistan yang mengambil alih kekuasaan -- dengan jalan darah -- dari tangan Presiden Daud pada 27 April tahun silam. Ketika baru saja duduk sebagai presiden, Taraki yang komunis menjalankan kebijaksanaan yang amat menyakiti hati orang-orang Islam. Pemberontak Islam menjadi makin kuat ketika menyaksikan kemenangan saudara seagama mereka di Iran. Dari Pakistan kabarnya juga datang dukungan. Bahkan pemimpin pemberontakan itu kini mendapat perlindungan di Pakistan. Ini menjadi sebab makin tegangnya hubungan Kabul dengan Iran dan Islamabad. Pekan silam, Presiden Taraki secara terbuka menyatakan simpatinya terhadap suku Pathan dan Baluchistan yang sejak lama berjuang mendapatkan otonomi atau bahkan pemerintahan sendiri, lepas dari Pakistan. Reaksi Pakistan, Presiden Ziaul Haq mengunjungi kedua propinsi di perbatasan itu. Berita terakhir dari Kabul menyeburkan makin mcluasnya pemberontakan. Suku demi suku bergabung dan berjuang di bawah pimpinan tokoh agama. Pasukan pemberontak kabarnya sudah berada 16 km di luar Kabul. Pemerintahan Presiden Taraki tidak bisa berbuat banyak. Tentara Afganistan berada dalam keadaan nyaris lumpuh. Disersi besar-besaran sejak beberapa pekan silam. Tentara yang segan menembak saudara seagamanya itu banyak yang memutuskan untuk bergabung dengan para pemberontak. Dan 24 Mei lalu, misalnya, 2500 pasukan infantri berkendaraan Afganistan menyeberang ke pihak pemberontak. Yang menjadi sulit oleh desersi ini bukan cuma Taraki, tapi juga Uni Soviet. Moskow yang dianggap berada di balik kudeta April di Afganistan tahun silam, kini merupakan tulang punggung pemerintahan Marxis di Kabul. Para diplomat di negara itu cenderung menyamakan posisi Uni Soviet di Afganistan dengan posisi Amerika di Vietnam Selatan dulu. "Posisi Soviet malahan lebih buruk. Kalau mereka menarik diri, tindakan itu bisa merupakan langkah yang membangkitkan semangat memisahkan diri di kalangan orang-orang Uni Soviet beragama Islam yang jumlahnya besar di Asia Tengah," kata seorang diplomat Asia di Kabul. Keadaan inilah rupanya yang menyebabkan Uni Soviet bekerja keras di Afganistan sekarang. Pesawat-pesawat MIG 27 milik Afganistan tidak bisa terbang tanpa ditangani pilot Soviet. Demikian juga dengan berbagai jenis helikopter, tank serta senjata moderen lainnya. Selain alat-alat perang itu memang amat moderen, tentara Afganistan juga pada melarikan diri, sedang sisanya kurang dipercayai oleh Uni Soviet. Keterlibatan Soviet yang begitu jauh itulah yang menyebabkan gugurnya puluhan orang Rusia -- sejumlah MIG, Helikopter dan tank tertembak -- dalam pertempuran melawan pemberontak Islam di Afganistan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus