Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Regenerasi, Alhamdulillah

Mutamar NU ke-26 di gor Semarang, dibuka wapres adam malik. Idham Chalid yang selalu jadi Ketua Umum PB NU, akan didampingi wakil yang sebelumnya tidak ada. Ada kaitannya dengan regenerasi. (nas)

9 Juni 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DIBUKA Wapres Adam Malik, muktamar NU ke 26 di GOR yang resminya mengundang 26 wilayah dan 350 caban itu -- masing-masing 4 peserta dan 2 peninjau -- nyatanya luber. Panitia daerah mempersiapkan 40 hotel kelas menengah. Kalau massa masih terus berdatangan, kata Karmani, Ketua Pelaksana Daerah, "terpaksa ditampung di madrasah, pondok dan rumah-rumah warga NU." Tinggal NU memang, satu-satunya parpol yang masih berakar. Ijin muktamar yang akhirnya lancar turun, sebelumnya sempat hampir tersendat. Seperti parpol lain, sejak fusi 1973, NU kembali menjadi organisasi sosial, sedang aspirasi politiknya disalurkan lewat PPP. Hal itu diputuskan 2 tahun sebelumnya, dalam muktamar ke 25 di Surabaya. Lahir 11 Juni 1926, NU yang pernah menjadi "anggota istimewa" partai Masyumi kemudian keluar, secara resmi jadi parpol sejak 1952 dalam Muktamar ke 20 di Palembang. Sejak itu terjadi semacam pergeseran peranan dari Syuriah ke Tanfdziah yang dua-duanya merupakan bagian dari PB NU. Peranan Syuriah -- dewan pembina, terdiri dari para ulama terkemuka -- praktis digantikan oleh Tanfidziah atau eksekutif. Mengapa? Menurut Jusuf Hasjim, "itu kecenderungan politik di mana-mana, eksekutif selalu lebih dekat dengan kekuasaan." Regenerasi Itu tak berarti di zaman NU sebagai parpol, Syuriah mandul. "Dalam hal-hal tertentu, terutama yang menyangkut hukum agama, Syuriah masih campurtangan. Misalnya dalam pembicaraan tentang RUU Perkawinan dulu," kata Jusuf Hasjim, salah seorang Ketua PB NU. Sekarang, dalam muktamar kali ini, peranan Syuriah akan dipulihkan, "bukan hanya secara teoritis tapi juga operasionil dengan rumusan redaksionil yang lebih nyata," kata H.A. Sjaichu, juga salah seorang ketua PB NU. Meski menurut Imam Sofwan, muktamar kali ini "tidak ada yang ramai dari segi politik", setidaknya ada hal yang menarik. Seminggu sebelum muktamar, Pelita, menyiarkan amanat Ketua Umum PB NU Idham Chalid depan muker NU Jawa Barat. "Saya jangan lagi dipilih dalam muktamar di Semarang," kata Idham. Benarkah? "No comment," jawab Idham Jumat siang pekan lalu di teras gedung Dewan Pertimbangan Agung. Idham sudah 23 tahun sebagai Ketua Umum PB NU. Setiap Jumat pulang jam 11, siang itu Idham yang kini jadi Ketua DPA, amat terlambat. Rupanya sedang berbincang dengan Jusuf Hasjim di kamar kerjanya. "Ternyata pak Idham tidak mengatakan begitu. Pak Idham hanya mengharap agar muktamar jangan dijadikan arena kampanye. Mengenai pribadinya, katanya, kalau saya terpilih lagi alhamdulillah, kalau tidak ya tidak apa," tutur Jusuf mengutip Idham. Juga ada yang baru di bidang organisasi. Misalnya peningkatan peranan para Wakil Sekjen. Juga adanya Wakil Ketua Umum yang sebelumnya tidak dikenal. Selain agar sesuai dengan struktur syuriah, seperti kata Sekretaris Panitia Muktamar M. Zamroni, tampaknya lebih tepat alasan Imam Sofwan: "Agar ketua umum lebih berperan. Tugasnya kan banyak, dus harus didampingi yang muda. Katakanlah ada kaitannya dengan regenerasi." Suatu hal yang jarang terjadi dalam tubuh pimpinan NU.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus