Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Anggota senior Jamaah Islamiyah, jaringan militan Asia Tenggara yang disalahkan atas pengeboman maut Bali, mengumumkan bahwa mereka akan membubarkan kelompok tersebut, menurut sebuah laporan oleh sebuah wadah pemikir yang berbasis di Jakarta pada Kamis 4 Juli 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Laporan dari Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC), membenarkan keaslian pernyataan video pada 30 Juni yang dibuat oleh 16 pemimpin Jemaah Islamiyah (JI) yang mengumumkan bahwa mereka membubarkan jaringan ekstremis tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam pernyataan tersebut, yang direkam dalam video dan dibagikan secara online, para pemimpin menegaskan komitmen mereka terhadap negara dan hukum Indonesia. Mereka menambahkan semua materi yang diajarkan di sekolah berasrama yang berafiliasi dengan JI akan sejalan dengan Islam ortodoks.
“Masih terlalu dini untuk mengatakan apa konsekuensinya, namun orang-orang yang menandatangani pernyataan tersebut memiliki rasa hormat dan kredibilitas yang cukup di dalam organisasi untuk memastikan penerimaan yang luas,” kata Sidney Jones, penulis analisis awal IPAC.
Kelompok militan yang terkait dengan Al-Qaeda dituduh mendalangi beberapa serangan paling mematikan di Indonesia, termasuk pengeboman klub malam di Bali pada 2002 yang menewaskan lebih dari 200 orang.
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menolak mengomentari perkembangan tersebut, namun mengatakan pihaknya berencana untuk segera mengadakan konferensi pers.
Keputusan untuk membubarkan organisasi tersebut, kata Jones, kemungkinan besar didorong oleh beberapa faktor, termasuk pengaruh para intelektual di dalam JI yang kurang tertarik pada jihad dengan kekerasan, dan analisis untung-untungan mengenai cara terbaik untuk melindungi aset terbesar kelompok tersebut – yakni sekolah.
Keterlibatan intensif dengan para pejabat kontra-terorisme juga berperan, kata laporan itu.
Terlepas dari pengaruh tokoh-tokoh yang terlibat, IPAC mencatat bahwa kelompok tersebut memiliki sejarah perpecahan dan ada kemungkinan kelompok tersebut akan muncul di masa depan, meskipun mungkin tidak dalam waktu dekat.
“Untuk saat ini, kemungkinan besar dampaknya adalah tumbuh suburnya sekolah-sekolah yang berafiliasi dengan JI dan meningkatnya keterlibatan orang-orang yang menandatangani pernyataan 30 Juni dalam kehidupan publik,” kata IPAC. “Apa yang terjadi pada anggota lainnya masih harus dilihat.”
Adhe Bhakti, pakar terorisme di Pusat Kajian Radikalisme dan Deradikalisasi yang berbasis di Jakarta, mengatakan dia ragu faksi-faksi sempalan kelompok tersebut akan mengikuti seniornya.
Ia mengatakan kelompok-kelompok ini bisa menjadi ancaman karena mereka merasa perlu "melakukan sesuatu yang keras", meski ia tidak yakin hal ini akan terjadi dalam waktu dekat. “Serpihannya justru menjadi liar di titik rawan ini,” kata Adhe.
Pilihan Editor: Malaysia Tangkap 20 Anggota Jamaah Islamiyah Pascaserangan Kantor Polisi di Johor Bahru
REUTERS