Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Sekitar 61 migran tewas tenggelam setelah perahu yang mereka tumpangi karam dengan tragis di lepas pantai Libya. Laporan International Organization for Migration (IOM) menyebut di antara korban tewas itu adalah perempuan dan anak-anak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Korban selamat menceritakan pada IOM bahwa perahu yang mereka tumpangi bertolak dari wilayah pantai Kota Zuwara atau sekitar 60 kilometer dari perbatasan Tunisia dengan wilayah barat Ibu Kota Tripoli, Libya. Diperkirakan ada sekitar 86 orang dalam perahu naas itu.
“Laut mediterania tengah telah menjadi salah satu rute migrasi yang paling berbahaya di dunia,” tulis IOM di X.
Libya telah menjadi titik transit utama di sepanjang mediterania tengah. CNN sudah mencoba menghubungi otoritas IOM di Libya untuk menanyakan detail perihal ini.
Setiap tahun, puluhan ribu orang memenuhi perbatasan-perbatasan Libya. Sejumlah tragedi di laut sudah sering terjadi karena banyak orang ingin menyelamatkan diri dari konflik dan mencari kehidupan yang lebih baik. Sejumlah data terbaru yang dipublikasi UNHCR memperlihatkan lebih dari 2.500 orang tewas atau hilang sepanjang tahun ini saja di laut mediterania tengah. Jumlah lebih besar jika ditambah dengan musibah serupa dibelahan dunia lain
Yunani adalah salah satu rute utama ke Uni Eropa untuk pengungsi dan migran dari Timur Tengah, Asia dan Afrika. PBB mencatat lebih dari 20 ribu kematian dan korban hilang di Mediterania tengah sejak 2014, menjadikannya penyeberangan migran paling berbahaya di dunia.
Juru bicara pemerintah Yunani Ilias Siakantaris mengatakan tantangan terbesar bagi negara-negara perbatasan Uni Eropa adalah menempa solusi Uni Eropa yang komprehensif tentang migrasi dan suaka yang menghormati hukum internasional dan humanisme inklusif.
Sumber: edition.cnn.com
Pilihan Editor: Save the Children Hilang Kontak dengan Staf di Gaza
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini