Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Riyadh -Arab Saudi adalah salah satu negara Islam terbesar di dunia. Penduduknya yang mayoritas beragama Islam tak luput dari sejarah berdirinya negara kuat di Timur Tengah tersebut.
Jatuh Bangun Dinasti Saud
Menurut salah satu artikel terbitan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, cikal bakal Arab Saudi berdiri pada tahun 1744 di daerah bernama Diriyah. Berdirinya negara ini adalah akibat dari pernikahan antara pangeran dari seorang penguasa padang pasir, Muhammad bin Saud, dengan putri dari ulama Sunni, Muhammad bin Abdul Wahhab.
Baca : Profil Abdul Aziz bin Al-Saud, Raja Pertama Arab Saudi Penakluk Kota Mekkah
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bersatunya kedua keluarga tersebut kemudian menciptakan sebuah aliran Wahabi yang ditujukan demi menumpas aliran-aliran lainnya yang dinilai menyimpang dari Islam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Muhammad bin Saud memiliki visi politik, ia menginginkan kerajaannya di Diriyah melancarkan ekspansi militer. Akhirnya sejumlah wilayah di sekitar kerajaan tersebut takluk hingga ia meninggal pada tahun 1765 dan digantikan oleh putranya, Abdul Aziz bin Muhammad al-Saud.
Putranya ini kemudian berhasil memperluas wilayah hingga menaklukkan sebagian besar Semenanjung Arabia. Sayangnya, perjuangan Abdul Aziz bin Muhammad Al-Saud harus terhenti ketika ia melancarkan serangan ke kota suci Karbala. Ia tewas di tangan seorang Syiah pada tahun 1801.
Niat dinasti Saud untuk menguasai kota suci Mekkah dan Madinah membuat dinasti Turki Ottoman terpancing untuk melawan mereka. Atas perseteruan ini, maka perang terjadi pada tahun 1811 hingga 1818 dengan hasil kemenangan dinasti Turki Ottoman.
Dinasti Saud Jilid II
Kekalahan dinasti Saud tidak serta merta membuat dinasti ini kehilangan seluruh anggota keluarganya. Turki bin Abdullah sebagai cucu dari Muhammad bin Saud kemudian mendirikan dinasti Saud jilid II pada tahun 1824.
Sayangnya di dalam dinasti ini terdapat perebutan kekuasaan. Salah satu agen keluarga Saud, Klan Rasyid, diketahui berkhianat, yang berakibat terjadinya perang saudara. Dinasti Saud pun kembali jatuh dengan Muhammad bin Rasyid sebagai penguasa Riyadh.
Arab Saudi
Setelah dinasti Saud kedua terjatuh, Abdul Aziz bin Abdul Rahman Al-Saud bersama 39 pengikutnya bertekad untuk mengambil hak warisannya kembali dari keluarga Al-Rasyid. Hal ini dilakukan sebab keluarga Al-Rasyid diketahui sudah mendirikan gubernur dan garnisun di Riyadh.
Akhirnya pada tahun 1902, Abdul Aziz dan para pengikutnya berhasil meruntuhkan jantung dari kekuasaan dinasti Al-Rasyid, yakni benteng Masmak. Mulai dari sinilah Abdul Aziz bin Abdul Rahman Al-Saud menguasai Riyadh dan membangkitkan kembali dinasti Saud.
Kehati-hatian Abdul Aziz dalam berpolitik membuatnya berhasil membangun koloni persaudaraan di gurun Al-Artawiyyah pada tahun 1912. Pada tahun 1913, barulah Abdul Aziz melakukan ekspansi hingga merebut seluruh Hijaz, termasuk Mekkah dan Madinah pada tahun 1924 sampai 1925.
Ia juga berhasil menyatukan berbagai suku yang saling melawan sehingga menjadi satu negara, serta menjalin kerjasama dengan negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan Inggris.
Proklamasi dan Pengangkatan Raja Pertama
Keberhasilan Abdul Aziz bin Abdul Rahman Al-Saud melakukan ekspansi dan membangun kembali dinastinya membuat ia kemudian memproklamasikan berdirinya negara yang telah ia perjuangkan pada 8 Januari 1926, ia juga diangkat sebagai raja pertama Arab Saudi.
Abdul Aziz kemudian menamakan negara ini dengan nama resmi Al Mamlakah al-'Arabiyah as-Sa'diyah atau Arab Saudi dan menetapkan Kerajaan Arab Saudi sebagai negara Islam pada 23 September 1932. Ia juga menetapkan Al Quran sebagai kitab suci negara tersebut, serta bahasa Arab sebagai bahasa nasionalnya.
PUTRI SAFIRA PITALOKA
Baca juga : Arab Saudi Penjarakan Admin Wikipedia 32 Tahun
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.