Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah negara telah melarang penggunaan DeepSeek, platform kecerdasan buatan asal Cina. Salah satu negara yang mengharamkannya adalah Amerika Serikat (AS). Angkatan Laut AS (US Navy) mengeluarkan larangan penggunaan teknologi buatan Cina itu karena khawatir soal keamanan dan etika.
Tidak hanya itu, Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) bahkan telah melarang seluruh pegawainya untuk menggunakan teknologi AI dari Cina yang berbasis open source tersebut. Melalui sebuah memo yang dikeluarkan per 31 Januari 2025, NASA menjelaskan, server Deepseek yang beroperasi di luar AS dan dianggap dapat menimbulkan risiko terhadap data dan informasi yang dikelola pegawai NASA ataupun pemerintahan AS.
"DeepSeek dan layanan terkait tidak diizinkan untuk digunakan dengan data NASA atau pada perangkat dan jaringan yang dikelola oleh pemerintah," tulis memo tersebut.
Lantas, apa sanksi bagi pengguna DeepSeek di Amerika Serikat?
Dikutip dari Independent, Anggota senat dari Partai Republik, Josh Hawley baru-baru ini mengusulkan Rancangan Undang-undang (UU) baru yang berpotensi memperketat penggunaan DeepSeek dan teknologi AI China lain di AS. RUU tersebut adalah 'Decoupling America's Artificial Intelligence Capabilities from China Act of 2025' (UU Pemisahan Kemampuan AI Buatan Amerika dan China Tahun 2025).
RUU itu bertujuan melarang warga Amerika Serikat mengembangkan kemampuan kecerdasan buatan di Republik Rakyat Tiongkok, dan untuk orang lain. Meskipun dalam RUU ini tidak secara langsung menyebut 'DeepSeek', namun usulan ini muncul beberapa pekan setelah DeepSeek kian populer di seluruh dunia, termasuk di AS.
Undang-undang yang diusulkan juga mencegah impor "teknologi atau kekayaan intelektual" yang dikembangkan di Tiongkok. Adapun warga AS yang melanggar, akan terancam bui hingga 20 tahun dan dikenai denda besar. Ketentuan denda yang dibayarkan pun bervariasi.
Apabila pelanggar adalah individu, denda yang dikenakan bisa mencapai 1 juta dollar AS atau sekitar Rp 16,3 miliar. Sementara itu, apabila pelanggar adalah perusahaan, jumlahnya jauh lebih besar, yakni 100 juta dollar AS atau sekitar Rp 1,6 triliun. Saat ini, RUU tersebut masih dalam proses pembahasan, dan belum ada kepastian kapan akan disahkan.
Sebelumnya, pakar keamanan juga telah memperingatkan bahwa DeepSeek dapat menimbulkan ancaman yang lebih besar terhadap bisnis dan pemerintah daripada aplikasi milik China lainnya seperti TikTok. Sebab, data DeepSeek disimpan di server di China.
“DeepSeek merupakan risiko yang jelas bagi perusahaan manapun yang kepemimpinannya menghargai privasi, keamanan, dan transparansi data,” kata Bill Conner, kepala eksekutif perusahaan otomasi Jitterbit dan mantan penasihat keamanan untuk pemerintah AS.
“Sebagaimana dinyatakan dalam kebijakan privasi mereka sendiri, DeepSeek adalah layanan cloud bersama yang dijalankan di Tiongkok dengan data yang disimpan di Tiongkok – berpotensi menimbulkan risiko yang tidak diketahui terhadap privasi data, mandat kepatuhan, dan kontrol keamanan.”
Menilik lebih jauh, kekhawatiran AS terhadap DeepSeek berawal dari dari teknik destilasi yang dilakukan dari teknologi AI milik para pesaingnya di AS. Distilasi adalah teknik yang memanfaatkan sistem AI belajar dari sistem AI lain. Eksekutif dan Investor Silicon Valley mengatakan hal ini susah untuk dihentikan.
Kecurigaan AS dipicu oleh peluncuran model AI terbaru dari DeepSeek yang mengguncang dunia. Model AI tersebut menyaingi kecerdasan buatan miliki AS seperti OpenAI dengan biaya yang lebih rendah dan dapat diakses secara gratis.
Beberapa teknolog berpendapat model AI terbaru dari DeepSeek mungkin telah belajar dari model AI AS untuk memperoleh keuntungan. Distilasi atau penyulingan dalam pengembangan AI menggunakan teknologi yang lebih lama, mapan, dan canggih untuk mengevaluasi kualitas jawaban ke teknologi yang lebih baru.
Teknik penyulingan merupakan hal yang umum digunakan dalam bidang AI. Namun, penggunaannya berbeda dari apa yang dilakukan sebagian besar peneliti akademis. Selain itu, teknik tersebut merupakan pelanggaran terhadap ketentuan layanan beberapa model AI di AS yang mulai diberlakukan beberapa tahun terakhir, termasuk OpenAI.
Haura Hamidah dan Fuza Nihayatul Chusna berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: Pembaruan Gemini 2.0: Kemampuan Apa Saja?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini