Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Ada yang merah ?

Pendudukan masjidil haram di mekah masih terus menimbulkan dugaan macam-macam. dugaan bahwa ada kekuatan asing di belakangnya, terlihat dari perusuh yang terlatih dan persenjataan yang lengkap. (ln)

29 Desember 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LEHER mereka mungkin sudah dipenggal akhir tahun 1979 ini. Tapi para perebut Masjidil Haram di Mekah itu masih meninggalkan sisa. Setidaknya karena belum diketahui pasti siapa sebenarnya mereka. Alasan mereka, seperti mula-mula dikatakan oleh pemerintah Saudi, bersifat keagamaan. Mereka orang "fanatik" dan menyerukan datangnya "Imam Mahdi". Tapi kemudian tercium juga bahwa kehidupan sosial dan politik di Arab Saudi merupakan sebab pembelotan para pemuda itu (TEMPO, 15 Desember). Seorang pejabat tinggi Saudi yang tak mau disebut namanya bahkan kemudian mengatakan kepada Steven Rattner, wartawan The New York Times bahwa para perusuh itu "disponsori organisasi internasional, mungkin dari Rusia." Petunjuk ke arah itu sebenarnya belum jelas benar. Namun pejabat itu mengatakan, "Saya tak akan heran bila mereka dilatih di Aden." Ia menunjuk ibukota Yemen Selatan itu, yang dikuasai oleh rezim yang didukung Soviet. Kenapa? Karena para perebut itu sejumlah 500, terlatih baik. Aksi mereka di Masjidil Haram sudah Airencanakan 6 bulan sebelumnya Dua bulan terakhir mereka memperoleh senjata, termasuk AK 47 bikinan Rusia. Menurut sumber ini, 80% perebut adalah orang Saudi. Lainnya orang Yemen Selatan dan Utara, Mesir, Pakistan dan Maroko. Pemimpinnya, disebut namanya sebagai Juayman, (sumber lain menyebutnya "Jahiman") bekas pegawai pemerintah Saudi. Ia dikatakan pernah dipecat dan dihukum cambuk karena minum alkohol -- lalu bergabung dengan "kelompok di bawah tanah." Ia orang suku Otaiba, yang punya banyak pemimpin agama yang "fundamentalis ". Sumber lain di Eropa Barat bercerita lepada wartawan Newsweek Arnaud de Borchgrave sebuah versi yang lebih menegangkan: para perebut Masjidil Haram itu sebenarnya bermaksud menyandera Raja Khalid. Raja di hari 1 Muharram itu dikabarkan bermaksud bersembahyang di Masjid Suci, dan rupanya para pemuda itu tahu. Bila Raja Khalid di tangan mereka, akan diajukan tiga tuntutan Pertama, didirikannya Republik Islam yang "murni". Kedua, dikuranginya produksi minyak. Ketiga, dilonggarkannya hubungan dengan Barat. Para penyerbu itu sudah menduga tuntutan macam itu akan ditolak. Bila demikian, mereka akan menuntut Raja Khalid di depan "pengadilan revolusioner" mereka. Menurut sumber ini komplotan tersebut didukung oleh Libya dan juga Yemen Selatan. "Sebagian senjata dikirimkan ke Mekah dalam peti kemas yang berasal dari Libya dan Yemen Selatan "kata sumber tadi. Jika versi itu benar, jadi jelaslah kenapa para penyerbu mengambil alih Masjidil Haram, dan hukannya menyerbu ke Ryadh, ibukota kerajaan. Namun belum diketahui, benarkah Raja Khalid dari pertama tahun 1400 H itu merencanakan bersembahyang di Masjidil Haram. Cerita yang diperoleh De Borchgrave menyebutkan bahwa karena sakit, kepala negara Saudi itu membatalkan rencananya. Sementara itu seorang anggota Parlemen Inggris, Jonathan Aitken, yang berkunjung ke Saudi waktu serbuan terjadi, punya cerita agak berbeda la menyebut bahwa insiden di Mekah meletus di tengah pertentangan diam-diam antara kaum "fundamentalis" yang konservatif, dan Pangeran Fahd, putra mahkota, yang memimpin grup "moderat" dan "modernis" di kalangan atas. Akhir-akhir ini posisi grup Pangeran Fahd agak terdesak. Menulis untuk Washington Post, Aitken juga menyebutkan bahwa sikap para pembangkang di Masjidil Haram itu sudah diketahui oleh pemerintah Saudi. Beberapa bulan sebelumnya mereka pernah dihukum karena dituduh berkomplot mau melawan Pangeran Fahd. Tapi Abdulaziz bin Bazz, ulama sepuh yang sudah buta, yang merupakan pemimpin spiritual kota Mekah, meminta pengampunan bagi mereka. Raja Khalid setuju, meskipun pihak Kementerian Dalam Negeri tidak. Kementerian Dalam Negeri dan Pertahanan kini pasti tambah yakin bahwa mereka tak boleh menggampangkan lagi Para penyerbu di Masjid Suci itu ternyata pasukan yang terlatih baik, bersenjata lengkap dengan basoka, dan mempergunakan walkie talkie serta punya penembak jitu. Tanda apa?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus