LEHER mereka mungkin sudah dipenggal akhir tahun 1979 ini. Tapi
para perebut Masjidil Haram di Mekah itu masih meninggalkan
sisa. Setidaknya karena belum diketahui pasti siapa sebenarnya
mereka. Alasan mereka, seperti mula-mula dikatakan oleh
pemerintah Saudi, bersifat keagamaan. Mereka orang "fanatik" dan
menyerukan datangnya "Imam Mahdi". Tapi kemudian tercium juga
bahwa kehidupan sosial dan politik di Arab Saudi merupakan sebab
pembelotan para pemuda itu (TEMPO, 15 Desember). Seorang pejabat
tinggi Saudi yang tak mau disebut namanya bahkan kemudian
mengatakan kepada Steven Rattner, wartawan The New York Times
bahwa para perusuh itu "disponsori organisasi internasional,
mungkin dari Rusia."
Petunjuk ke arah itu sebenarnya belum jelas benar. Namun pejabat
itu mengatakan, "Saya tak akan heran bila mereka dilatih di
Aden." Ia menunjuk ibukota Yemen Selatan itu, yang dikuasai oleh
rezim yang didukung Soviet. Kenapa? Karena para perebut itu
sejumlah 500, terlatih baik. Aksi mereka di Masjidil Haram sudah
Airencanakan 6 bulan sebelumnya Dua bulan terakhir mereka
memperoleh senjata, termasuk AK 47 bikinan Rusia.
Menurut sumber ini, 80% perebut adalah orang Saudi. Lainnya
orang Yemen Selatan dan Utara, Mesir, Pakistan dan Maroko.
Pemimpinnya, disebut namanya sebagai Juayman, (sumber lain
menyebutnya "Jahiman") bekas pegawai pemerintah Saudi. Ia
dikatakan pernah dipecat dan dihukum cambuk karena minum alkohol
-- lalu bergabung dengan "kelompok di bawah tanah." Ia orang
suku Otaiba, yang punya banyak pemimpin agama yang
"fundamentalis ".
Sumber lain di Eropa Barat bercerita lepada wartawan Newsweek
Arnaud de Borchgrave sebuah versi yang lebih menegangkan: para
perebut Masjidil Haram itu sebenarnya bermaksud menyandera Raja
Khalid. Raja di hari 1 Muharram itu dikabarkan bermaksud
bersembahyang di Masjid Suci, dan rupanya para pemuda itu tahu.
Bila Raja Khalid di tangan mereka, akan diajukan tiga tuntutan
Pertama, didirikannya Republik Islam yang "murni". Kedua,
dikuranginya produksi minyak. Ketiga, dilonggarkannya hubungan
dengan Barat.
Para penyerbu itu sudah menduga tuntutan macam itu akan ditolak.
Bila demikian, mereka akan menuntut Raja Khalid di depan
"pengadilan revolusioner" mereka. Menurut sumber ini komplotan
tersebut didukung oleh Libya dan juga Yemen Selatan. "Sebagian
senjata dikirimkan ke Mekah dalam peti kemas yang berasal dari
Libya dan Yemen Selatan "kata sumber tadi.
Jika versi itu benar, jadi jelaslah kenapa para penyerbu
mengambil alih Masjidil Haram, dan hukannya menyerbu ke Ryadh,
ibukota kerajaan. Namun belum diketahui, benarkah Raja Khalid
dari pertama tahun 1400 H itu merencanakan bersembahyang di
Masjidil Haram. Cerita yang diperoleh De Borchgrave menyebutkan
bahwa karena sakit, kepala negara Saudi itu membatalkan
rencananya.
Sementara itu seorang anggota Parlemen Inggris, Jonathan Aitken,
yang berkunjung ke Saudi waktu serbuan terjadi, punya cerita
agak berbeda la menyebut bahwa insiden di Mekah meletus di
tengah pertentangan diam-diam antara kaum "fundamentalis" yang
konservatif, dan Pangeran Fahd, putra mahkota, yang memimpin
grup "moderat" dan "modernis" di kalangan atas. Akhir-akhir ini
posisi grup Pangeran Fahd agak terdesak.
Menulis untuk Washington Post, Aitken juga menyebutkan bahwa
sikap para pembangkang di Masjidil Haram itu sudah diketahui
oleh pemerintah Saudi. Beberapa bulan sebelumnya mereka pernah
dihukum karena dituduh berkomplot mau melawan Pangeran Fahd.
Tapi Abdulaziz bin Bazz, ulama sepuh yang sudah buta, yang
merupakan pemimpin spiritual kota Mekah, meminta pengampunan
bagi mereka. Raja Khalid setuju, meskipun pihak Kementerian
Dalam Negeri tidak.
Kementerian Dalam Negeri dan Pertahanan kini pasti tambah yakin
bahwa mereka tak boleh menggampangkan lagi Para penyerbu di
Masjid Suci itu ternyata pasukan yang terlatih baik, bersenjata
lengkap dengan basoka, dan mempergunakan walkie talkie serta
punya penembak jitu. Tanda apa?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini