Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Meninggal dunia

Prof.dr. k.h. aboebakar, 73, meninggal dunia karena penyakit kencing manis dan darah tinggi. almarhum banyak mengarang buku-buku tentang islam dan yang paling monumental ialah sejarah mesjid. (pt)

29 Desember 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"APOTIK hidup," adalah julukan yang diberikan kawan-kawannya. Sebab ke mana pun pergi, ia selalu mengantongi bermacam obat kencing manis dan darah tinggi -- 2 jenis penyakit yang diidapnya sejak 40 tahun lalu, dan 17 Desember kemarin merenggut jiwanya. Almarhum, Prof Dr. KH. Aboebakar yang diberi nama belakang 'Atjeh' oleh Bung Karno, 1962, lahir di Banda Aceh 28 April 1906. Tokoh Syarekat Islam, Masyumi dan Muhammadiyah yang kemudian menjadi anggota MPR (FKP) itu, sempat mendirikan beberapa perpustakaan Islam di berbagai tempat. Antara lain di Yogya, Banda Aceh dan Jakarta. Beristri 2 orang. Dari istri pertamanya, Ny. Soewami (alm, diperoleh 6 anak: 2 lelaki, 4 perempuan. Oleh anak-anaknya Aboebakar dikenal sebagai ayah yang keras dalam prinsip, tapi juga senang humor dan suka melakukan hal-hal yang terasa lucu. Muhammad Furqan, anak ketiga, bercerita: ketika sang ayah dirawat di RS Islam 3 tahun lalu, tiba-tiba ia menghilang dari kamarnya. Ke mana? Dengan ambulans dia pergi ke Departemen Keuangan dan memberi ceramah agama. "Ayah memang sulit disuruh istirahat," ujar Umarah Sri Angsani, anak pertama. "Tapi ketika sedang sehat ayah kuat baca buku sepuluh jam sehari." Propagandis Golkar dalam Pemilu 1971 itu selain gemar membaca juga banyak mengarang buku-buku tentang Islam. Antara lain Sejarah Al Qur'an, Sejarah Ka'bah, Teknik Chutbah, Riwayat Hidup Nabi Muhammad bersajak. Ada belasan judul lagi, tapi rasanya tak ada yang lebih monumental dibanding Sejarah Masjid dengan ratusan gambar berbagai bentuk masjid di dunia, sebagiannya berwarna. Bung Karno bangga sekali -- dan dalam sambutannya di buku itu ia pun mengumumkan idam-idamannya tentang pembangunan Masjid Istiqlal. Beberapa saat sebelum meninggal, Aboebakar meminta buku karangannya yang pertama, Sejarah Al Qur'an untuk dipeluk di dadanya. Selain itu dia juga minta diputarkan lagu-lagu Umi Koultzum yang digemarinya. Dan wasiatnya "Ayah hanya minta agar buku-buku koleksinya diwakafkan pada lembaga-lembaga ilmiah Islam dan minta dikubur secara sederhana saja," tutur Umarah. Dan ternyata sebagian besar buku koleksinya, semasa Aboebakar masih hidup, telah diberikannya sendiri kepada Universitas Islam Bandung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus