KEHIDUPAN Syah Mohammad Reza Pahlevi di tempat pengasingannya
yang baru ternyata tak tenang. Di Pulau Contadora, 75 km sebelah
selatan Kota Panama, Syah masih memerlukan pengawalan yang
ketat. Puluhan pengawalnya bersenjata berat. Mereka berpakaian
preman, sebagian menempati bukit
sekitar tempat kediaman Syah yang bertingkat dua. Selain
menyandang senjata, mereka tak lupa membawa teropong untuk
mengawasi keadaan sekeliling pulau.
Contadora hanya berpenghuni 200 penduduk tetap, sebagian besar
adalah milyuner Panama. Hanya ada satu toko di situ dan sebuah
landasan udara jarak pendek. Suasana sekitarnya terasa cukup
tenang, sementara matahari bersinar sepanjang tahun di pulau
yang berada di Lautan Pasifik itu. "Contadora adalah tempat yang
ideal buat Syah," kata Robert Arma, Jurubicara pemerintah
Panama.
Yang ideal itu tak cukup untuk membebaskan Syah dari ancaman
pembunuhan yang sudah disiapkan gerilva revolusioner Iran.
Ayatullah Sadeg Khalkhali,bekas penuntut umum pengadilan
revolusioner yang menjadi pembantu dekat Ayatullah Khomeini,
mengumumkan pekan lalu bahwa sepasukan gerilya bersenjata akan
dikirim ke Panama untuk membunuh Syah dan keluarganya. Dia telah
membentuk satu organisasi gerilya yang tugasnya khusus memburu
Syah, keluarganya dan pembantu dekatnya. Menurut kantor berita
Pars dari Teheran, para gerilyawan yang berhasil membunuh Syah
akan diberi imbalan hadiah sebesar $ 130.000 atau Rp 81 juta
lebih.
Masih Dipertanyakan
Ayatullah Khalkhali -- yang ketika masih menjabat penuntut umum
pada Pengadilan Revolusi terkenal cukup kejam -- juga mengaku
bahwa pembunuhan terhadap keponakan Syah Iran, Syahriar
Moustapha Chafik di Paris adalah atas perintahnya. "Aksi ini
dilakukan oleh kelompok Fedayen untuk menghancurkan kebobrokan
rezim Pahlevi sampai ke akar-akarnya," kata Khalkhali. Kepada
Reuter dia menegaskan lagi bahwa kelompok Fedayen sudah disebar
ke beberapa negara di Eropa dan AS untuk membunuh keluarga Syah.
Mereka yang harus dilenyapkan, menurut Khalkhali, adalah Syah,
Farah Diba (permaisuri Syah), Putri Ashraf (saudara kembar Syah)
dan bekas PM Shapour Bakhtiar serta orang-orang dekat Syah yang
sekarang tersebar di mana-mana.
Tapi bahwa pembunuhan terhadap Chafik dilakukan oleh Fedayen
atas perintah Khalkhali, ini mungkin masih bisa dipertanyakan.
Jumat malam, 7 Desember, kelompok yang menamakan dirinya Front
Pembebasan Muslim di Paris menelepon AFP dan menyatakan bahwa
merekalah yang bertanggungjawab atas pembunuhan itu.
Paling tidak Khalkhali sudah 2 kali mengaku melakukan usaha
pembunuhan. Pernah dia mengatakan pasukannya telah menembaki
helikopter yang membawa Syah dan menciderainya pada bulan Juni
lalu. Berita itu ternyata isapan empol.
Syahriar Moustapha Chafik, 24 tahun, adalah anak Putri Ashraf
dari perkawinannya yang kedua dengan seorang perwira Mesir. Dia
baru 3 minggu berada di Paris dan menetap di Jalan Villa Dupont,
di sebuah rumah mewah yang mereka namakan Gardenia Chafik
bersama saudaranya Putri Azzadeh. Sebelum ke Paris, Chafik
menetap sementara di Amerika Serikat. Ketika meletus revolusi
Chafik -- yang waktu itu menjadi Komandan Kapal Gerak Cepat Iran
-- melarikan diri ke Maroko.
Siang itu, jam 1, 7 Desember, Chafik baru saja pulang
berbelanja. Dengan berjalan kaki dia menelusuri Jalan Pergolese
untuk kembali ke Villa Dupont. Seorang anak muda tiba-tiba
mencabut pistol kaliber 9 mm dan menembak ke arah tengkuk
Chafik. Setelah jatuh, anak muda itu sekali lagi menembak kepala
Chafik.
Begitu dilaporkan seorang yang melihat kejadian itu. Dan 3 jam
kemudian baru polisi Paris mengetahui bahwa yang terbunuh adalah
keponakan Syah Iran.
Kepada pers, pengacara keluarga Putri Ashraf, Marc Wahl
mengatakan bahwa sejak September lalu dia sudah mengajukan
permohonan agar kepada keluarga 'terhormat' itu diberikan izin
memakai senjata. Namun permohonan tersebut ditolak Menteri Dalam
Negeri Christian Bonnet dengan alasan bahwa si pemohon tidak
berada di bawah hukum Prancis. "Sekarang keadaan keluarga Syah
itu betul-betul terancam," kata Wahl. Dan dia pun membeberkan
berita 'bahwa 2 orang jenderal SAVAMA - dinas intelijen Iran
sebagai pengganti SAVAK di masa Syah -- datang ke Paris. Menurut
dia, Jenderal Farouzian, orang kedua SAVAMA berada di Paris pada
bulan November. Sedang dalam minggu terjadinya pembunuhan itu
Jenderal Kaveh, Direktur SAVAMA juga di Paris.
Tapi Duta Besar Iran di Prancis, Chamsedine Amiralaf, membantah
berita itu. Seorang mahasiswa Iran di Paris mengatakan bahwa
peristiwa itu sama sekali bukan pembunuhan politik. Bahkan dia
juga mengatakan bahwa pengabuan Khalkhali itu juga tak benar. Di
pihak lain, Djavad Alamir, anggota Gerakan Demokratik Iran
menduga bahwa pembunuhan terhadap Chafik itu terjadi karena
salah perhitungan. Yang ingin mereka bunuh adalah Pangeran
Chaman --putra pertama Ashraf -- yang menjadi bankir.
Kegiatannya banyak berhubungan dengan kekayaan keluarga
kerajaan.
Putri Azzadeh yang belakangan ini aktif menerbitkan jurnal Iran
Bebas melawan Ayatullah Khomeini, mengancam akan membalas
pembunuhan terhadap saudaranya itu. Kepada radio France-lnter
dia berkata, "Kami telah meminta perlindungan kepada pemerintah
Prancis, tetapi mereka menolaknya. Dan sekarang perjuangan telah
dimulai, mungkin akan lebih keras dari yang selama ini kami
lakukan." Suatu dendam paling tidak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini