BILLY Carter sekali lagi membikin heboh dan membuat malu Jimmy,
abangnya. Berdasarkan hukum yang berlaku di AS ia diharuskan
mencatatkan diri sebagai agen bayaran pemerintah Libya. Soalnya,
Billy terbukti telah menerima pinjaman dari pemerintah Libya
sebesar US$ 220 ribu (Rp 138,6 juta). Supaya terhindar dari
kemungkinan hukuman badan atau pun denda karena kegiatannya
membantu Libya, Billy pekan lalu mencatatkan dirinya.
"Saya akan mencari pekerjaan untuk mengembalikan uang itu,"
katanya. Namun sejak membantu Libya selama dua tahun terakhir
ini, Billy mengaku ia tidak pernah melakukan hal yang
bertentangan dengan hukum. Apa yang diterimanya dari pemerintah
Libya itu, menurut keterangannya adalah sebagian dari pinjaman
sebesar US$ 500 ribu yang dijanjikan.
Rupanya Billy pernah berkunjung ke Libya tahun 1978. Sejak itu
hubungannya dengan negara itu semakin erat. Bahkan ia menghadiri
peringatan HUT Revolusi Libya, Agustus tahun lalu. dan kemudian
mendirikan Lembaga persahabatan Libya-Arab-Georgia di
Atlanta, kota asalnya. Dan ia juga menjadi tuan rumah bagi
suatu delegasi Libya yang berkunjung ke AS, Januari 1979.
"Mereka adalah teman saya yang terbaik di dunia ini," kata
Billy.
Ia diberitakan membikin kampanye agar AS melakukan kerjasama
yang lebih erat dengan negara Arab. "Bagaimana pun penderitaan
orang Arab jauh lebih besar ketimbang penderitaan orang Yahudi,"
ujarnya.
Maka seorang tokoh Partai Republik, Bill Brock, berang dan
menuduh Billy melakukan kampanye tersembunyi antiYahudi. Tapi
Billy hanya menjawab, "saya akan terus mendukung Arab meskipun
ada tekanan dari kaum Zionis."
Menteri Luar Negeri Libya, Ali Treki, ketika berada di Nicosia,
Cyprus, menatakan pada pers bahwa pemerintahnya hanya
menggunakan adik Presiden Carter itu untuk menjelaskan kepada
rakyat Amerika tentang kesalahan politik luar negeri AS dalam
menghadapi masalah Timur Tengah. Ketika ditanya apakah masih ada
orang Amerika lainnya yang dibayar untuk tugas serupa itu, Treki
menjawab: "Anda jangan membayangkan bahwa kami memiliki uang
untuk dibagikan di mana-mana."
Billy Carter, 43 tahun, semula membikin heboh karena bisnisnya,
antara lain mempromosikan suatu merek minuman bir. Dan ia
sendiri suka mabuk. Ia menggerutu karena harus mencatatkan
dirinya resmi sebagai agen Libya itu. "Saya catatkan nama saya
ini dengan protes," ujarnya.
Tentang uang yang diterimanya dari Libya, katanya, telah habis,
sebagian besar untuk biaya perawatan antialkohol. Presiden
Carter, ketika ditanya pers, mengatakan "Saya sama sekali tidak
mengetahui tentang uang itu."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini