Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Adios kuba

Pasukan kuba di angola akan ditarik pulang. presiden das santosa, mulai menoleh ke negara-negara nonkomunis. (ln)

31 Maret 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUMBER devisa Kuba yang dikumpulkan tentaranya di luar negeri mulai kering. Setelah serbuan AS ke Grenada, Oktober 1983, beberapa ribu tentara Fidel Castro terpaksa angkat kaki dari negara pulau di Laut Karibia itu. Kejutan Grenada ini ternyata berbuntut panjang. Kebijaksanaan Castro yang menyangkut pasukan bayaran Kuba di Angola, Afrika, ikut berubah. Sekitar 25.000 tentaranya segera ditarik pulang, bergabung dengan 250.000 pasukan induk di Kuba. Atau terpaksa menganggur. Rencana penarikan disiarkan resmi kantor berita Kuba, Presna Latina, setelal kunjungan presiden Angola Jose Edurdo Dos Santos di Havana, 18 Maret. Dalam komunike bersama Dos Santos dan Gastro yang menyebutkan rencana itu, tercantum juga ucapan terima kasih pemerintah Angola kepada rakyat internasionalis Kuba yang telah membantu perjuangan mereka selama dua dekade. Tercatat lebih dari 200.000 orang Kuba bermukim di Angola, sebagian besar militer, selebihnya guru, dokter, dan sejumlah tenaga ahli. Syahdan, setelah Angola ditinggalkan penjajah Portugal, orang Kuba masuk ke sana. Tahun 1975, 350.000 tentara Portugis meninggalkan Angola merdeka yang serba kalut. Apalagi beberapa pemerintahan muncul di situ. UNITA (Persatuan Nasional untuk Kemerdekaan Seluruh Angola) yang bermarkas di selatan, didukung pemerintah Afrika Selatan. Di utara berkuasa FNLA (Front Nasional Pembebasan Angola) yang dibantu AS, dan MPLA (Gerakan Rakyat untuk Pembebasan Angola) yang berhaluan kiri disokong Soviet dan Kuba. PEMERINTAH FNLA ambruk setelah Kongres menyetop bantuan AS untuk Angola, Desember 1975. MPLA, dengan bantuan pasukan Kuba dan persenjataan Rusia, segera menguasai wilayah FNLA di utara, kemudian mendesak UNITA hingga terpaksa bergerilya. Pasukan komunis ini bahkan terus menyusup ke Afrika Selatan, lewat Afrika Barat Daya alias Namibia, bekas jajahan Jerman. Angola juga membantu gerilyawan SWAPO (Organisasi Rakyat Afrika Barat Daya) yang ingin membentuk negara merdeka Namibia. Tapi perang Angola menguras devisa. Penghasilannya, terutama dari tambang minyak dan intan, cuma US$ 1 milyar per tahun, sedangkan utangnya kini sudah lebih dari US$ 2,5 milyar. Semua ini membuat Presiden Dos Santos, yang dilantik 1979 berubah haluan. Ia mulai pragmatis dan menoleh ke negara-negara nonkomunis, tidak terkecuali AS. Meski belum terjalin hubungan diplomatik, perusahaan AS, misalnya Gulf Oil Corp., telah menanam modal di Angola. Bulan lalu, AS tampil sebagai perantara Angola dan Afrika Selatan untuk kesepakatan "tak saling menyerang". Namibia juga diikrarkan akan segera merdeka asalkan tentara Kuba ditarik dari Angola. Tapi masalahnya, menurut inteligen Barat, pemerintahan Dos Santos justru harus menambah 10.000 Iagi tentara Kuba, kalau tak mau jatuh ke tangan UNITA.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus