Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kondisi pasar hewan liar di Asia yang kotor, tempat para hewan liar di perjual belikan, telah menjadi sebuah bom waktu bagi munculnya pandemik baru yang mematikan. Peringatan itu disampaikan oleh Andrew Cunningham, ahli bidang Zoological Society di London, Inggris, dimana saat ini penyebaran virus corona atau COVID-19 diduga berasal dari pasar hewan di Kota Wuhan, Cina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di Cina, saat ini menjual dan mengkonsumsi hewan liar sudah dilarang demi menjaga keamanan kesehatan masyarakat dan keamanan ekologi. Namun di beberapa negara di Asia masih ada menyembelih dan menjual daging hewan liar. Rantai suplai hewan liar umumnya dari Afrika dan Amerika Latin yang mengirim ke Myanmar, Indonesia, Laos, Malaysia, Thailand dan Vietnam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Festival Yulin di Cina, dimana daging anjing di konsumsi. Sumber: No To Dog Meat/mirror.co.uk
Dikutip dari mirror.co.uk, perdagangan hewan liar per tahun bernilai £58 miliar atau Rp 1,1 miliar. Cunningham mengimbau penutupan pasar-pasar tradisional diharapkan bisa menjadi salah satu upaya dalam melindungi kesehatan masyarakat. Peringatan juga disampaikan oleh Steve Galster, Pendiri Freeland, sebuah Lembaga anti-perdagangan gelap do Bangkok. Thailand.
“Wuhan adalah peringatan besar. Alam membalas dendam,” kata Galster.
Menurut Galster, cara untuk mencegah penyebaran virus yang membahayakan manusia adalah menghentikan perdagangan hewan liar. Larangan seperti yang sudah dilakukan Cina diharapkan bisa berlangsung permanen. Cina adalah salah satu importir terbesar hewan liar di dunia.
Galster menyebut penjualan hewan liar biasanya dikendalikan oleh gangsters. Jual-beli hewan liar bukan sebuah perdagangan yang diatur dalam peraturan resmi sehingga tidak mengherankan infeksi dan virus berbahaya menyebar.
“HIV, SARS dan flu burung semuanya berasal dari hewan dan virus yang saat ini berkembang. Pasar-pasar ini seperti bom waktu,” kata Galster.
Di Vietnam, pemerintah telah melarang secara resmi aktivitas di pasar-pasar hewan liar setelah munculnya tekanan dunia. Hewan yang biasanya diperdagangkan di pasar hewan liar seperti monyet, kucing dan anjing. Ada pula yang menjual kelelawar, yang biasanya di sop yang diduga bisa untuk mengobati penyakit pernafasan.
Tikus, kadal dan ular juga diperjual-belikan yang biasanya disajikan dengan cara barbecue. Sedangkan hewan liar Chatuchak, biasanya diselundupkan ke berbagai belahan dunia untuk dijadikan hewan peliharaan.