Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Ambisi Kim

Insiden yang berakibat tewasnya 2 perwira as oleh tentara korea utara di perbatasan korea utara dan selatan diikuti dengan pengerahan pasukan. tetapi korea utara belum berminat menyerbu ke selatan.

4 September 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INSIDEN tanggal 18 Agustus -- yang menewaskan 2 perwira Amerika Serikat di selatan Jembatan Takkan Kembali (Bridge of no Return) di perbatasan dua Korea itu -- sebenarnya tidak bisa lepas dari ambisi Kim Il Sung untuk mempersatukan kedua Korea. Sejak Perang Korea berakhir Kim Il Sung telah merubah taktiknya untuk tujuan itu. Ia telah beralih dari taktik perang terbuka ke infiltrasi dan operasi bawah tanah dengan cara menyelundupkan kelompok-kelompok kecil bersenjata. Tercatat tahun 1968 terjadi percobaan membunuh Park Chung Hee yang gagal. Tahun 19?4 terjadi lagi usaha pembunuhan, Park lolos, tapi isterinya tewas. Yang paling hebat di tahun 1974 ketika pasukan PBB berhasil menemukan rangkaian terowongan yang dapat dilalui kendaraan bermotor pengangkut senjata. Terowongan yang panjangnya berjumlah 15 km tersebut memotong garis demarkasi dari utara ke selatan dan siap untuk digunakan. Rahasia tentang terowongan itu hanya terbuka setelah dua orang tentara utara menyeberang ke selatan. Menurut keduanya jalan rahasia itu dibangun sejak tahun 1971 dan Kim Il Sung sendiri turut serta dalam perencanaan dan pembangunannya. Melihat sikap keras yang dianut Ford, rupanya Kim Il Sung agak terkejut dan melunak. Korea Utara menyatakan penyesalan atas insiden 18 Agustus itu, tapi tidak meminta maaf. Pernyataan itu diikuti oleh protes keras terhadap dilibatkannya B-52 sambil menuduhnya sebagai "provokasi yang dilakukan kaum imperialis" Peristiwa pengkapakan oleh tentara Korea Utara yang menewaskan 2 perwira AS itu, walaupun telah diikuti oleh pengerahan pasukan oleh kedua pihak, nampaknya tidak akan jadi besar. Apalagi menjadi perang terbuka seperti halnya pada awal tahun 50-an. Dengan tindakan ini Kim Il Sung seolah ingin memperingatkan bahwa masalah Korea belum selesai. Apalagi Korea Utara sekarang sudah jadi anggota kelompok non-blok. Suatu aksi militer, seperti penyerbuan ke selatan misalnya, akan membawa risiko besar. Hal itu akan memaksa Amerika bersikap keras. Lebih-lebih Amerika sedang diuji sampai di mana kesetiaan terhadap sekutu-sekutunya. Dan tindakan agresif Kim Il Sung tidak akan mendapat "restu" dari pendukungnya yang utama: Uni Soviet dan RRC. Kedua kekuatan besar komunis itu, bersama dengan Amerika sedang menghirup udara peredaan ketegangan. Walaupun demikian, masalah Korea nampaknya memang memerlukan pemecahan. Semenanjung tersebut merupakan tempat di mana ketegangan akan terus berlangsung. Setelah masalah Vietnam habis, Korea adalah suatu tempat di mana komunisme dan "dunia bebas" saling berhadapan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus