Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Anak Miskin Dari Pahang Itu ...

Tun haji abdul razak bin hussein,yang lahir dari keluarga miskin di pahang, telah wafat di london karena kanker darah. Almarhum dikenal sebagai sponsor kemajuan Asean. (ln)

24 Januari 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SALURAN tiga televisi Malaysia mendadak menggantikan acaranya dengan pengajian kitab suci Al Quran. Dan penduduk Malaysia tiba-tiba bersiap menanti sebuah berita duka cita. Tapi siapa yang wafat? Pertanyaan itu tidak lama tergantung. Pukul 10.45 Rabu malam pekan silam, Datuk Husain Onn muncul di layar televisi dengan mata merah lantaran tangis dan emosi kurang terkontrol. "Dengan perasaan amat berat saya mengumumkan bahwa Perdana Menteri kita yang tercinta, Tun Haji Abdul Razak bin Hussein, telah wafat di London pada pukul 6.30 sore waktu Malaysia": Suara tersendat-sendat Datuk Husain itu kemudian merupakan angin beliung di atas Malaysia. "Kematian itu kini menyebabkan sejumlah anak-anak ayam telah kehilangan induknya", tanggap Tan Sri Haji Gazali Jawi Menteri Besar Sabah, beberapa saat setelah berita duka itu tersiar. Di London Clinic, tempat Razak dirawat, perjuangan melawan maut telah berlangsung sebelum semuanya berakhir dengan sia-sia. 10 menit sebelum keadaan menjadi jelas, dokter pribadi Ratu Elizabeth, Ronald Bodley, masih bekerja keras menolong pemimpin Malaysia itu dengan alat pernafasan buatan. Tapi tangan maut sudah lebih dulu berpegang kukuh lewat kanker darah yang rupanya sejak lama diderita Tun Razak. "Dokter yang merawat Allahyarham Tun Razak memberi tahu saya lewat telepon, bahwa beliau telah menderita monocleuosis sejak 6 tahun terakhir dan osteosclerosis beberapa bulan sebelum kematiannya", kata Datuk Husain menjelaskan kematian atasan yang juga iparnya itu. Di Kuala Lumpur, kecurigaan terhadap memburuknya kesehatan Razak sebenarnya sudah lama menjadi bahan pembicaraan kalangan politik dan diplomat. Wajah orang yang sebenarnya belum terlalu tua itu (lahir tahun 1922 di negara bagian Pahang), kelihatan lusuh sekali ketika muncul di gedung AIA pada saat terjadi pembajakan tentara Merah Jepang bulan Agustus yang silam. Tapi Razak yang mengabdikan sebagian besar umurnya untuk tanah airnya itu cukup lihai untuk menghancurhan spekulasi orang banyak. Ia nyaris tidak pernah beristirahat dalam pekerjaannya sebagai Perdana Menteri. Perjalanan ke berbagai tempat di dalam maupun luar negeri selalu saja dilakukannya. Semangat sehebat apa pun dalam sebuah rongga dada, tubuh yang mendukungnya toh punya batas kemampuan. Dan tanggal 17 Desember tahun silam, di lapangan terbang antar bangsa Subang, Kuala Lumpur, mendarat secara tak terencana sebuah pesawat terbang Perancis. Itulah kapal terbang yang membawa pergi Razak dari tanah airnya untuk selama-lamanya. Seperti ada firasat buruk saja yang menghinggapi Tunku Abdul Rahman ketika itu. Lewat sebuah tulisannya di koran-koran Malaysia, bekas Perdana Menteri Malaysia serta kawan tua Razak sejak belajar di London itu ada mengecam keberangkatannya ke London tanpa pemberitahuan yang jelas kepada Rakyat. "KaIau Razak ke London untuk berobat, mestilah rakyat Malaysia diberi tahu mengenai sakitnya Perdana Menteri mereka". Begitu "kecam" Abdul Rahman. Tidak pernah muucul kabar mengenai jenis penyakit yang diderita Razak, Hingga kematiannya. Pemerintah Kuala Lumpur yang dipimpin Datuk Husain sejak 17 Desember itu kemudian memang mengakui sakitnya Razak ketika dari London datang berita menggembirakan. Bahkan berita kedatangan Razak pun sudah tersiar: ialah hari ia menghembuskah nafas terakhir itu. "Dua hari sebelum tanggal kepulangannya, keadaannya tiba-tiba memburuk, karena itu dari hotel ia kembali lagi ke London Clinic", kata Husain pula. Di rumah sakit itulah anak Pahang itu mengakhiri hidupnya -- pada sebuah tempat tidur yang dengan setia ditunggui oleh Toh Puan Rahah, isteri dan ibu dad lima anaknya yang kesemuanya lelaki. Kematian Razak memang tidak mendadak. Sebab meskipun tidak diketahui orang banyak, ia toh telah lama menderita. Tapi rakyat Malaysia seperti belum siap ditinggal pemimpin yang satu ini. Bersama Tunku Abdul Rahman, Razak sejak zaman penjajahan Inggeris maupun Jepang terus berada di garis depan perjuangan kemerdekaan negerinya. Ia menjadi pemimpin Malaya merdeka maupun Malaysia sekarang ini bahkan jauh sebelum semuanya berdiri kukuh seperti sekarang. Razak yang lahir dari keluarga miskin di Pahang, kabarnya dari keturunan Bugis dan oleh masyarakat nenek-moyangnya diberi gelar La Tatta Amaralla, memulai segalanya dari bawah untuk kemudian menduduki berbagai jabatan menteri, sebelum jadi Perdana Menteri. Ketika kecil ia mengunjungi sekolah berlantai tanah dengan menempuh jarak lima kilometer. Tanda-tanda keistimewaan justru terlihat pada anak miskin dengan 16 saudara itu. Kenang seorang temannya: "Dia adalah anak terpandai dalam kelompok kami. Dia bisa membaca buku sekali, kemudian mengisahkan isinya dengan lancar kepada kita. Setiap tahun dia menjadi murid terpandai". Masa kecilnya yang melarat itu nampaknya tidak pernah hilang dari benaknya. Hingga ketika mempunyai kesempatan, perbaikan terhadap nasib buruk sebagian besar bangsanya yang melarat itu dengan segera menjadi prioritas. "Penyelamat utama kemerdekaan, negeri kita tidak cuma pertahanan, di atas itu adalah pembangunan". Itu adalah ucapan Razak, seorang bekas komandan gerilya pada zaman pendudukan Jepang dan meninggalkan ketentaraan dengan pangkat kapten ketika harus melanjutkan pelajaran di London di tahun 1949. Tidak bisa dikatakan bahwa bekas-bekas ketentaraan tidak nampak ada Razak. Kawan-kawan dan pembantu-pembantunya dengan lancar bercerita mengenai organisasi dan cara kerja Razak yang sangat praktis, cepat dan rapi. Tapi sifat-sifat militer yang masih tertinggal pada Razak cumalah cara dan organisasi kerja yang praktis dan cepat untuk membangun sebuah bangsa beragam ras dan sebagian besar terkebelakang. Bahkan ketika memiliki kekuasaan mutlak selama 16 bulan, selepas tragedi rasial 13 Mei 1969, Razak selalu berhasil menghindari kesewenang-wenangan. "Untuk mengabdi kepada rakyat, terlalu banyak kekuasaan itu berbahaya. Sebab bahkan apabila anda tidak berniat menyalahgunakannya, anda toh bisa berbuat salah karena tidak ada orang yang bisa mengoreksinya", begitu kata Razak beberapa tahun silam. Karena itulah almarhum tergolong orang yang amat bergembira ketika masa darurat tanpa Parlemen di Malaysia itu berakhir. Hari Jumat pekan silam, jenazah Razak telah bersatu dengan bumi Malaysia yang ia perjuangkan sejak mudanya. Beberapa puluh jam sebelum itu, Datuk Husain Onn telah pula disumpah sebagai pengganti iparnya. Kelihatannya seri cerita Razak telah berakhir. Tapi semua itu tentulah pada wujudnya. Sebab perkembangan berbagai urusan di tanah airnya adalah pula bekas tangan Razak. Hubungan baik Indonesia-Malaysia, misalnya terpulang juga pada Razak yang bersama Adam Malik menandatangani pernyataan berakhirnya konfrontasi di Bangkok sepuluh tahun silam. Hubungan itu menjadi semakin kuat oleh kunjungan Razak beberapa kali ke Indonesia. Juga kemajuan ASEAN tidak terpisahkan dari Razak yang menjadi salah satu sponsor utamanya dahulu. Sejuta kenangan tentang Razak akan tidak habisnya, setiap sesuatu terjadi di tanah airnya. Salah satu dari kenangan itu tentulah pemakamannya yang amat terhormat, dengan tamu-tamu penting dari semua penjuru dunia. (Indonesia mengirim Sultan Hamengkubuwono, Jenderal Panggabean, Letjen Ali Murtopo dan Letjen Yoga Sugama). Sebuah akhir yang fantastis bagi anak miskin dari Pahang yang dulu ke sekolah dengan bertelanjang kaki.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus