AKHIRNYA, kabinet dan parlemen Muangthai bubar juga.
Usaha-usaha Perdana Menteri Kukrit Pramoj (TEMPO 17 Januari)
yang kelihatannya bisa mengatasi krisis, terbukti gagal. Dari
parlemen dengan puluhan partai tanpa mayoritas, sejak semula
memang telah diramalkan nasib kacau yang demikian. Tapi keadaan
menjadi lebih gawat oleh perkembangan di luar gedung parlemen
yang beranggotakan 269 orang itu. Ketika para politikus di sana
sibuk dengan segala macam konsepsi dan rencana, di seluruh
perbatasan Muangthai berlangsung perjuangan mati-matian melawan
gerilya Komunis, domestik maupun asing.
Golongan militer, yang secara langsung berhadapan dengan
musuh-musuh negara, tentu saja makin kelabakan jika di pusat
pemerintahan bercokol pula mereka yang kurang lebih seideologi
dengan musuh-musuh itu. Dan tanda-tanda ke arah sana nampak
jelas di Bangkok sekarang ini. Sebelum Kukrit berkeputusan
meminta Raja membubarkan Parlemen, kabinetnya sudah
dibayang-bayangi oleh rencana mosi tidak percaya dari golongan
oposisi. "Pemerintah tidak bisa menghadapi mosi itu. Karena
itulah maka Parlemen bubar", kata seorang perwira militer di
Bangkok pekan silam. "Soalnya, jika kabinet Kukrit jatuh lewat
mosi tidak percaya, kemungkinan besar masuknya golongan kiri
dalam kabinet berikutnya hampir bisa dipastikan", kata seorang
pengamat politik di Bangkok. Dan ini hal yang alr1at ditakutkan
oleh golongan militer.
Minggu malam pekan silam sejumlah perwira tinggi Muangthai
lerkumpul di rumah Kukrit. Resminya mereka menghadiri jamuan
makan. Tapi sumber-sumber yang dapat dipercaya menyebut
pertemuan itu sebagai forum dialog militer dengan Kukrit. Di
situlah Kukrit didesak untuk membubarkan Parlemen. Dan 24 jam
kemudian, Raja Bumhibol memang nembubarkan Parlemen dan
menyebut tanggal 4 April nanti sebagai hari dilaksanakannya
pemilihan umum. Kukrit dan anggota kabinetnya diminta tetap
menjalankan tugas rutin sehari-hari, sampai terbentuknya
pemerintahan hasil pemilu nanti.
Serangan-serangan pihak oposisi terhadap keputusan Kukrit itu
sudah bisa diduga keras dan kasarnya. Blok sosialis dan demokrat
mencap keputusan mendadak dan mengejutkan itu sebagai "tindakan
kotor terhadap aturan permainan tidak etis dan memalukan".
Dalam sebuah pidatonya, Seni Pramoj, Ketua Partai Demokrat dan
abang kandung Kukrit, secara terbuka mengutuk pembubaran
parlemen itu dengan serangan-serangan pribadi terhadap adiknya.
Sembari meragukan sahnya keputusan pembubaran, Seni juga
berkata: "Tujuan kami adalah untuk mengakhiri karir politik
Kukrit".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini