PUTRA makota Roh Tae-Woo sudah mengambil ancang-ancang. Walaupun pemilu presiden masih tiga bulan lagi paling lambat 20 Desember tahun ini -- Roh sebagai calon partai yang berkuasa DJP (Partai Keadilan Demokrasi) pekan lalu sudah melawat ke AS dan Jepang untuk "sowan" kepada pemimpin di sana. Kunungan yang terlalu pagi memang -- sampai dikecam berbagai pihak dalam dan luar negeri -- tapi rupanya merupakan bagian mustahak dalam strategi Roh untuk memenangkan pemilu. Jenderal purnawirawan berusia 53 tahun ini merintis jalan ke kemenangan lewat Washington dan Tokyo. Apakah perlu? Kubu oposisi dan mahasiswa menilainya sebagai "tindakan mengemis", tapi Rott mungkin berpikiran lain. Kuat dugaan ia berusaha memperbaiki citra kediktatoran pemerintahan Chun Doo Hwan yang tidak populer itu, dengan satu pendekatan khusus dan kontroversial pula. Gaya Roh mungkin begitu. Awal Juli lalu Roh membuat kejutan ketika ia tiba-tiba memenuhi tuntutan oposisi, di antaranya untuk mengadakan pemilu presiden secara langsung. Kejutan ini kontan meredakan protes, bahkan mendorong ke perbedaan sikap antara partai oposisi dan mahasiswa serta buruh militan. Belakangan kerja sama dua tokoh oposisi Kim Dae-Jung dan Kim Young-Sam terancam retak, gara-gara keduanya berambisi untuk maju sebagai calon presiden. Roh melihat peluang itu harus dimanfaatkan. Selama berkunjung di AS, ia berdialog dengan banyak pejabat, di antaranya beberapa pentolan Kongres AS. Ia sempat mengobral janji bahwa militer Kor-Sel tak akan campur dalam pemilu. Tanpa ragu Roh memastikan lawatannya berhasil. "Terutama meyakinkan pemimpin kedua negara yang saya temui, bahwa Korea Selatan sedang menuju ke arah penerapan demokrasi penuh," ucap Roh setiba di bandara Kimpo, Seoul, Sabtu lalu. Gedung Putih cepat menetralisasikan suasana. AS membantah bahwa Presiden Reagan sudah menjanjikan dukungan penuh bagi Roh. "Presiden Reagan tak memihak. Pertemuan itu bukan berarti dukungan. Kunjungan dari kubu mana pun akan diterima," kata jubir Gedung Putih Marlin Fitzwater. Tapi kubu oposisi Kor-Sel berpendapat lain, apalagi Roh saat ini bukanlah pejabat resmi pemerintah Kor-Sel. Reagan pada tahun 1985 menolak bertemu tokoh pembangkang Kim Dae-Jung, dengan alasan Kim bukan pejabat Kor-Sel. Karena itulah oposisi Sabtu lalu mengecam, "Kalau AS dan Jepang terus mengabaikan aspirasi rakyat kami terutama dalam upaya menumpas rezim militer, maka hubungan dengan Kor-Sel akan menjadi buruk." Sementara itu, Kim Dae Jung melakukan tur ke daerah asalnya di Kwangju, Provinsi Cholla. Lawatan ini bagi Dae-Jung semacam uji coba untuk mengukur kepopuleran dirinya. Masalahnya kini, apakah ia akan maju sebagai calon tunggal oposisi. Belum ada jawaban pasti. Walaupun didesak oleh Kim Young-Sam ketua RDP (Partai Persatuan Demokrasi, partai oposisi tempat ke dua Kim ini bergabung -- Dae-Jung menyebutkan Oktober sebagai batas akhir penentuan. Menyadari bahwa perpecahan akan membuat Roh Tae-Woo menang dengan mudah, kedua Kim akhir pekan lalu menemukan formula sementara: yang tak terpilih sebagai calon presiden akan menjabat ketua RDP. F.S. (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini