Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktoral Jenderal Pengawal Perbatasan Arab Saudi membuka lowongan untuk wanita yang dipersiapkan menjadi pasukan keamanan di sepanjang perbatasan negara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam sebuah pernyataan yang diterima Middle East Monitor, Direktorat menyampaikan informasi bahwa pos militer kaum hawa itu untuk posisi inspeksi keamanan di perbatasan. "Mereka akan ditempakan di Riyadh, Jazan."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wanita Arab Saudi, Wadiha Al Dar (kiri) membantu Rana Al Shammaai saat berlatih mengangkat beban di dalam dalam sebuah gym atau pusat kebugaran di Qatif, Arab Saudi, 21 April 2018. Izin diperbolehkan gym untuk wanita Arab Saudi telah ditunggu-tunggu sejak lama, karena selama ini Gym yang boleh diakses perempuan Arab Saudi yang tujuan utama mereka bukan tempat berolahraga, tetapi sebagai spa atau operasi ritel. REUTERS/Hamad I
Adapun untuk tugas di wilayah perbatasan, mereka akan dikerahkan guna menginspeksi perbatasan di utara meliputi Tabuk, Sharqiyah, Asir, Najran, Madinah dan Aljouf. "Lowongan rekrutman tentara wanita akan berkahir hingga Sabtu depan," bunyi pengumuman Direktorat.
Menurut pengumuman tersebut, para pelamar tentara wanita harus warga negara yang lahir di Arab Saudi, tidak terikat pekerjaan atau dipecat dari tempat kerja baik sipil maupun militer, serta tidak pernah tersangkut kejahatan. "Mereka tidak boleh menikah dengan warga negara non-Arab Saudi."Sejumlah wanita Arab Saudi melakukan lari bersama dalam bagian dari acara perayaan Hari Perempuan Internasional di Jeddah Lama, Arab Saudi, 8 Maret 2018. Perempuan Arab Saudi punya momentum bagus setelah Putra Mahkota Mohammed bin Salman mencabut sejumlah ketentuan yang membatasi hak perempuan." REUTERS
Bagi yang berminat, jelas Direktorat, mereka berusia antara 25 hingga 35 tahun, lolos wawancara dan berpendidikan setidaknya mengantongi ijazah SMA.
Arab Saudi saat ini sedang berperang dengan negara Yaman melawan Houti dukungan Iran. Dalam perang tersebut, Arab Saudi menyokong pemerintahan Yaman yang diakui internasional. Untuk keperluan perang, Arab Saudi membeli senjata modern dari Prancis, Inggris, Jerman, Amerika Serikat dan Rusia.