Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pejabat AS dan Rusia mengadakan pembicaraan di Arab Saudi pada Senin, 24 Maret 2025. Pertemuan itu bertujuan membahas gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Al Arabiya mewartakan bahwa Washington mengincar kesepakatan gencatan senjata maritim Laut Hitam yang terpisah sebelum mengamankan perjanjian yang lebih mendalam. Pembicaraan tersebut terjadi ketika Presiden AS Donald Trump terus menekan agar perang Rusia Ukraina segera berakhir. Trump pekan lalu lalu berbicara dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gedung Putih mengatakan tujuan dari pembicaraan tersebut adalah untuk mencapai gencatan senjata maritim di Laut Hitam. Gencatan senjata memungkinkan pengiriman barang bisa berlangsung lebih aman karena wilayah itu belum menjadi lokasi operasi militer dalam beberapa bulan terakhir.
"Ini terutama tentang keselamatan navigasi," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov. Ia mencatat bahwa perjanjian sebelumnya tentang pengiriman Laut Hitam yang ditengahi pada 2022 telah gagal.
Menurut seorang sumber yang mengetahui hal ini, dalam pembicaraan tersebut AS dipimpin oleh Andrew Peek, seorang direktur senior di Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, dan Michael Anton, seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri. Rusia diwakili oleh Grigory Karasin, seorang mantan diplomat yang sekarang menjadi ketua Komite Urusan Luar Negeri majelis tinggi parlemen Rusia, dan oleh Sergei Beseda, seorang penasihat direktur Dinas Keamanan Federal, badan penerus utama KGB era Soviet.
Menurut Karasin yang dikutip oleh kantor berita Interfax, selama jeda setelah hampir tiga jam pembicaraan bahwa konsultasi berlangsung secara kreatif. Kedua belah pihak telah membahas isu-isu yang dianggap mengganggu hubungan bilateral AS dan Rusia.
Trump menyatakan sangat puas atas pembicaraan tersebut. Ia juga memuji keterlibatan Putin.
Kremlin mengatakan pada hari Senin bahwa Rusia masih mematuhi moratorium 30 hari untuk tidak menyerang target infrastruktur energi Ukraina. Sebaliknya, Kyiv terus menyerang fasilitas energi Rusia. Ukraina menuduh Moskow mengabaikan moratoriumnya sendiri. Hal ini telah dibantah Rusia.