Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat pada Minggu, 23 Februari 2025, menyampaikan dukungan pada keputusan Israel yang ingin menunda pembebasan 620 tahanan warga Palestina yang ditahan di sejumlah penjara di Israel. AS beralasan Hamas telah memperlakukan sandera Israel dengan barbar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat Brian Hughes mengatakan menunda pembebasan tahanan warga Palestina adalah sebuah respon yang pantas pada Hamas atas perlakuan mereka terhadap sandera warga Israel. Dia menekankan Presiden Amerika Serikat Donald Trump sudah mempersiapkan dukungan pada Israel terkait apapun tindakan Hamas
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelumnya kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengklaim seremonial serah-terima sandera oleh Hamas ke otoritas PBB telah melanggar hukum internasional. Seremonial yang dimaksud itu, membawa para sandera yang hendak dibebaskan, ke atas panggung yang disaksikan warga Gaza. Terkadang, sandera diminta menyampaikan harapan dan komentar sebelum mereka diserahkan ke otoritas. Hamas bahkan membawa ke atas panggung peti mati sandera yang sudah meninggal.
Ezzat El Rashq, anggota biro politik Hamas, mengatakan seremonial yang mereka lakukan dalam pembebasan sandera bukan untuk mempermalukan para sandera, namun untuk mengingatkan lagi soal kemanusiaan dan memperlakukan para sandera dengan bermartabat. Penyiksaan yang sebenarnya malah dialami oleh tahanan warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.
Reuters mewartakan Hamas mengatakan tahanan warga Palestina dibebaskan dalam kondisi tangan diborgol, kedua mata ditutup dan mereka diancam agar jangan melakukan syukuran atas pembebasan mereka. Tindakan seperti itu bagi Hamas adalah hal yang mempermalukan sesungguhnya yang dilakukan otoritas Israel.
Silang pendapat soal seremonial pembebasan sandera ini, tak pelak membuat kesepakatan gencatan senjata Israel Hamas melemah. Kesepakatan gencatan senjata itu disetujui pada 19 Januari 2025, sebagai bagian dari upaya menghentikan perang Gaza yang berkecamuk sejak Oktober 2023.
Hamas pernah mengancam tidak akan membebaskan lagi sandera warga Israel setelah menyebut tel Aviv banyak melanggar kesepakatan gencatan senjata. Di antara pelanggaran Israel adalah menghalang-halangi masuknya bantuan masuk ke Gaza.
Pilihan editor: Umat Katolik di Amerika Latin Doakan Paus Fransiskus